Rohayati

Namaku Rohayati, Lahir di Jakarta, Seorang guru geografi di SMAN 1 Tanjungpandan, alumni IKIP Jakarta atau UNJ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Gemuruh Asa Hitam Putih (episode 35)

Gemuruh Asa Hitam Putih (episode 35)

Tantangan Hari ke 255

#tantanganGurusiana

#menuju-365

Gemuruh Asa Hitam Putih (episode 35)

Babah Zhang mengungkapkan keheranannya padaku sebagai anak menantunya, karena menurutnya aku sangat baik dan sopan. Ah ... babah Zhang terlalu memuji padahal apalah saya ini?, seperti penuturannya,

“Sebetulnya owe melasa sangat helan, lu olang selalu saja bisa belsikap baik dan sopan sama owe, selalu saja ingin membantu walaupun sepeltinya owe sudah sangat kasal dan telah menyakiti hatimu, Bali. Owe minta maaf. Owe juga jadi penasalan mendengal penjelasan lu olang tentang lalangan makan daging babi. Owe pingin mendengal lu olang ajalin owe tentang agama Islam.

“Bah, sebenarnya saya hanya orang awam. Saya mengerjakan perintah Allah awalnya hanya ikut-ikutan ayah saya. Dulu ayah seorang guru mengaji di surau yang tak jauh dari rumah kami. Teman-teman saya banyak yang belajar mengaji pada ayah. Dan seingat saya, ayah selalu mengajarkan tentang kalimat tauhid yaitu kalimat Laa ilaaha illa Allah yang artinya tiada tuhan selain Allah”, demikian penjelasanku yang sebatas aku mengerti.

Coba lu olang tuntun owe membaca kalimat tauhid”, kata babah Zhang.

Aku terkejut bukan kepalang. Benarkah yang aku dengar barusan?.

Baiklah, bah. Ikuti saya pelan-pelan ya, bah”, kataku, babah Zhang menjawab dengan anggukan kepala.

“Laa”, lalu babah Zhang mengikuti.

“Laa”,

“ilaaha”, kataku

“ilaaha”, kata babah Zhang

“Illa Allah”, kataku.

“Illa Allah”, kata babah Zhang

“Kita sebut semuanya ya, bah”, kataku. Kembali babah Zhang menjawab hanya dengan anggukkan kepala.

“Laa ilaaha illa Allah”, kataku

“Laa ilaaha illa Allah”, babah Zhang mengikuti dan langsung lancar.

“Laa ilaaha illa Allah”, berulang-ulang babah Zhang melafadzkan kalimat tauhid ini, hingga matanya terpejam sambil terus saja babah Zhang melafadzkannya, terus ... terus ... dan terus, babah Zhang melafadzkan kalimat tauhid itu, hingga akhirnya suaranya terhenti, bibirnya terkatup rapat dan senyum tersungging dibibirnya. Senyum seorang hamba yang mualaf, kembali keharibaanNya, kembali kepada Sang Khalik, sang pemilik jiwa dan raga yang fana.

– SEKIAN--

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sad ending, namun penuh makna

19 Nov
Balas

Terimakasih bu Fitriani FAG, sudah mengapresiasi

19 Nov

MasyaAllah, berpulang dlm keadaan menerima hidayah, keren bu

19 Nov
Balas

Iya aamiin bu Yurlina cantik terimakasih sehat selalu

19 Nov

Walaupun sad ending, kisahnya memberi nuansa kesejukan. sukses selalu, salam.

19 Nov
Balas

Terimakasih bu Sanria elmi, sudah mengapresiasi

19 Nov

Terimakasih bu Sanria elmi, sudah mengapresiasi

19 Nov

Alhamdulillah.

19 Nov
Balas

Iya bu Marni alhamdulillah ...

19 Nov

Semoga husnul hotimah. Sukses selalu buat Ibu Rohayati

19 Nov
Balas

Terimakasih doanya pak untuk babah Zhang dan untuk saya ...

19 Nov

Trims Admins, luv u ...

19 Nov
Balas



search

New Post