ROHMAH WATI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
TAMPARAN ITU JUGA UNTUKKU?

TAMPARAN ITU JUGA UNTUKKU?

(Rohmah Wati)

Ketika tengah asyik menyelesaikan buku yang mendekati deadline, saya tersentak manakala membaca postingan mentor kami yang dishare di grup Whats App. Rasanya malu sekali sebagai sesama penyandang profesi. Guru. Ya Guru. Profesi itu dari dulu sampai sekarang selalu menjadi pusat sorotan masyarakat. Guru dalam Bahasa Jawanya kepanjangan dari diGugu dan ditiRu. Jadi gerak gerik apapun akan menjadi panutan bagi masyarakat.

Lantas apa tamparan itu? Secarik kertas yang akhir-akhir ini dikejar dan diburu para pahlawan tanpa tanda jasa. Terutama yang usianya diambang batas dan mendekati kenaikan pangkat. Untuk memenuhi porto folio yang bersangkutan.

Memagn benar apa yang disampaikan dalam tulisan itu, selama ini banyak guru (tidak bagi sebagian kecil) yang hanya mencari sertifikat dalam mengikuti seminar, workshop atau acara apalah itu yang berbau pendidikan. Walau berbayar cukup lumayan, berjubel, tidak tau isinya apa, akan tetap diikuti asalkan ada sertifikatnya pada akhir acara. Yang lebih menyedihkan hanya mengirim identitas, sertifikat itu bisa diperoleh.

Bersyukur tidak menjadi bagian dari yang mayoritas. Karena ingin mendapat ilmu itu yang nomor satu. Mendapat teman baru saudara baru. Sertifikat nomor selanjutnya. Namun demikian masih ada keinginan mendapatkan sertifikat. Sebab dengan adanya sertifikat yang tertulis nama kami di situ, maka akan menambah jumlah point yang kami kumpulkan sedikit demi sedikit. Walau hanya mendapat point satu, rasanya seneng dan bangga banget . Sekerdil itukah pola pikirku? Tapi kalau tidak punya sertifikat, kami dianggap tidak melakukan pengembangan diri, dan bisa menjadi tertolak pengajuan Penilaian Angka Kredit (PAK) dan kami akan mendapatkan apelan.

Kalau mendapat kiriman surat apelan, berarti kami tidak layak naik pangkat. Nilai belum sempurna walau kinerja sudah maksimal. Point harus ditambah. Dari mana kalau tidak dari sertifikat?

Bagi sebagian sekolah, bila ada nama yang mendapat apelan, akan merasa sangat memalukan. Tapi tidak berlaku bagi sekolah kami, karena bila ada nama kami yang masuk apelan, maka semua teman mensuport untuk memperbaiki bersama. Karena di sekolah kami, kami semua merasa satu keluarga.

Beberapa bulan yang lalu kami mendengar ada wacana kenaikan pangkat akan dikembalikan seperti dulu, secara otomatis. Empat tahun sekali naik pangkat. Tapi tetap harus menyertakan sertifikat dan bukti-bukti tugas yang lain sebagai bukti fisik. Hanya Yang Maha Kuasa Yang Tahu.

Semoga ada pencerahan.

Pandaan, 2 September 2017

#sagusabupasuruansatu

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post