Rokhayah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Dompet Coklat Tua

Suara berat pintu yang ku tarik membangunkan ibuku. Aku tau pintu ini pasti akan berderit berisik mengejutkan siapa pun yang sedang terlelap di dekatnya, bahkan yang sedang tidak terlelap sekalipun. Mata ibu membelalak terkejut, ia mendongakkan kepala menatapku. Ku lempar senyum termanisku sebagai bentuk maaf atas rasa bersalahku karena telah mengusik lelap ibu. " Mau ngapain, sih ke situ? (masuk kamar ibu). Bikin kaget aja" Omelnya padaku.

" Cari dompet pensilku. Aku lupa menaruhnya. Siapa tau ada di kamar ibu." Jawabku sambil membuka pintu keluar.

" Angkat, jangan diseret biar nggak berisik." Lalu ibu merebahkan kepalanya di bantal.

" Nggak kuat..." ledekku sambil tertawa. Ibu tidak menanggapi. Kembali melanjutkan tidurnya. Dan malam ini ibu masih konsiten di depan televisi yang setia menyala menemani ibu seperti malam-malam yang lalu di ruang tengah. Aku masih mencari dompet pensilku di teras depan rumah, sampai-sampai kolong mobil yang terparkir mesra di teras rumah kulongok juga. Ini mah impossible, tapi siapa tau aku jadi dapat wangsit sehingga ingat di mana dompet berwarna coklat tua itu menginap malam ini. Aku kembali masuk ke rumah dengan tangan hampa. Kunci pintu kuputar dua kali lalu memastikan gorden kaca sudah tertutup rapat.

Dari sore tadi aku mengingat-ingat dan mencari keberadaan dompet pensil yang meresahkan hatiku. Bukan sekedar peralatan tulis di dalamnya yang membuat rusuh hatiku. Pena memang perlu apalagi pena merah untuk menandai koreksi tugas muridku, spidol juga perlu, sebab aku suka menulis kata-kata atau istilah yang kuanggap penting sehingga memancing pertanyaan dari muridku. Namun ada yang lebih penting daripada itu. Ya, selembar merah dan beberapa biru yang juga termasuk di dalam dompet pensil coklat tua nan lusuh itu. Lembaran itu akan berguna untuk melanjutkan semingguku.

Aku duduk merenung di dapur meminta petunjuk. Ya Allah, berikan petunjukmu agar hamba ingat di mana dompet yang setiap hari setia menemaniku itu. Tapi aku tak kunjung ingat. Ingin rasanya ku misscall seperti jika aku kehilangan androidku. Tapi mustahil dompet itu akan menyahut panggilanku. Setelah lama berputar-putar antara dapur, kamar, dan seluruh ruangan di rumahku, aku menyerah. Berharap esok hari si coklat tua akan kembali ke tanganku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Penasaran sambunganny buk

06 Mar
Balas

Cerbung ini buk????

06 Mar
Balas

Iya ntar malem dilanjut

06 Mar
Balas



search

New Post