Rokhayah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Perih Itu

Perih Itu

Aku baru saja menghenyakkan pantatku di kursi kerjaku di kantor ketika suara salam dari depan pintu mengejutkanku. Seorang pemuda sedang berdiri di ambang pintu, "Assalamu'alaykum.."

"Wa'alaykumsalam,"jawabku spontan dengan setengah terkejut karena kupikir sebentar tadi aku sendirian saja di kantor ini. Rekan kerjaku yang lain sedang menunaikan kewajibannya mengajar di kelas. Kebetulan jam mengajarku di kelas sudah habis dan aku berniat istirahat di kantor sambil mengoreksi lembar Penilaian Harian yang menumpuk di meja kerjaku.

Aku segera berdiri lagi dan menghampiri pemuda tersebut yang ternyata muridku yang sudah lulus tahun kemarin. Pemuda itu tersenyum menyambutku. Aku menyebutnya pemuda karena dia sudah bukan remaja lagi.

Meski baru beberapa bulan kelulusan ia sudah nampak tinggi menjulang dan tegap.

Ia buru-buru menghampiriku dan mengangsurkan tangannya bermaksud menyalamiku. "Sehat, buk?" tanyanya. Entah itu basa-basi atau ia benar-benar ingin tahu keadaanku. Aku menyambut tangannya, ia menyalamiku dengan takzim.

"Alhamdulillah sehat, nak. Rafy apa khabar?"aku balik bertanya.

"Alhamdulillah sehat buk"Sambil nyengir. Aku menautkan kedua alisku, heran dengan ekspresinya tadi.

Tak ingin terlalu jauh mencampuri urusannya alias kepo, aku segera mengalihkan topik pembicaraan dari sekedar basa-basi tapi serius ini.

"Kuliah di mana?"tembakku begitu saja. Ia sedikit gelagapan, "Ng,..itulah buk"sambil menganggukkan kepala kemudian matanya menghindar dari tatapanku.

Ia menunduk kemudian mendongak menatap wajahku yang penuh selidik. Melempar senyum, ada kilatan sendu di matanya. Aku semakin penasaran. Ya Tuhanku, aku lupa menanyakan maksud kedatangannya bahkan tidak mempersilakannya duduk.

"Astaghfirullah ibu lupa menyuruh Rafy duduk!"aku menepuk jidatku sambil terkekeh kemudian memberi isyarat padanya agar mengikutiku menuju kursi tamu di ruangan kantor majelis guru ini.

Aku memilih kursi duluan dan juga duduk duluan. Sangat tidak sopan untuk ukuran seorang tuan rumah, tapi sudah kulakukan."Silakan duduk"basa-basi lagi! Tapi serius. Aku sedang menghilangkan rasa bersalahku karena duduk duluan. Padahal Rafy sudah memilih kursinya berhadapan denganku dan sudah hampir menghenyakkan pantatnya di kursi. Ia tidak menjawab.

"Bagaimana? Ada perlu apa nih?"berondonganku membuat ia berpikir sejenak untuk menjawab.

"Mau ambil ijazah buk"jawabnya tepat,seperlunya saja.

"Oo...belum diambil?"tanyaku setengah antusias.

"Belum buk, kemarin sedang tidak di sini"jawabannya terdengar seperti sedang membela diri

"Ke mana?"tanyaku.

"Ng... Saya kemarin ke Bandung buk tempat Oom saya. Jadi yah...baru sekarang bisa ambil ijazah." Ia mengakhiri alasannya sambil mengangguk-angguk. Kebiasaannya dari dulu yang tidak pernah hilang. Aku diam saja memerhatikan.

"Ibu yang bertugas menangani masalah ijazah baru keluar, sebentar lagi kembali." Aku menjelaskan.

" Iya nggak papa buk, biar saya tunggu"

" Terus rencananya ngapain kalau nggak kuliah?"tanyaku benar-benar ingin tahu.

" Pengen masuk tentara buk.."

" Wuih...mantap!"aku tulus memuji.

Aku merasa bangga jika ada pemuda yang masih peduli kepada bangsanya, menunjukkan rasa cinta kepada tanah airnya. Apalagi itu mantan muridku sendiri.

"Tapi belum bisa sekarang buk masih banyak kendala."

"Kendala apa?"sergahku ingin tahu.

"Yah biaya juga buk"sambil mengangguk-angguk lagi.

"Lho? Maksudnya nyogok?"sergapku langsung, Rafy jengah tapi mencoba tetap sopan sambil cepat-cepat memberi isyarat menggoyang-goyangkan telapak tangannya,"bukan-bukan buk, nggak pake nyogok gitu, tapi tetep aja pakai biaya khan buk"

Aku menarik nafas berat, baru ingat dia ikut neneknya. Ia dulu pernah cerita ibunya telah tiada,tapi aku lupa bapaknya kemana."Bapakmu...?"tanyaku menggantung. Rafy tersenyum memudar,"Udah apa...ng... kawin lagi, nikah lagi maksudnya,yah nikah lagi" gugup tapi jujur. Seketika ada perih di ulu hatiku. Ooo...jadi masih hidup.

"Dia masih ingat Rafy kan? Maksudnya masih kontak-kontak an..ngasih perhatian atau minimal duwit jajan meski sedikit.?"belum selesai saja kalimatku ia sudah menggeleng-gelengkan kepala cepat.

"Nggak ada sama sekali buk, itulah kenapa saya ke Bandung tempat oom kemarin sambil nyari ayah. Cuma pengen tahu aja kabarnya seperti apa, banyak orang mengatakan wajah saya mirip banget sama dia, tapi sepertinya ayah sengaja menjauhi saya karena kabarnya anaknya juga banyak."Diam.

Hening sesaat, aku menatap pemuda di depanku ini dengan dada penuh sesak karena rasa prihatin yang menaungi suasana. Ia melirikku sekejap tanpa berani menatap. Aku gurunya dan ia tahu hatiku sedang rusak karena ceritanya barusan.

"Kamu yakin karena itu ayahmu menjauh?"tanyaku hati-hati.

"Saya pernah menelponnya dulu bu, dapat nomor dari oom saya itu, tapi ayah saya mengatakan gak usah cari ayah, beban ayah berat, adikmu banyak. Padahal saya cuma ingin ketemu saja buk. Kalau saya sudah berhasil saya berniat membantu menyekolahkan adik-adik saya itu. Meski ayah meninggalkan saya sejak ibu meninggal karena melahirkan saya, meski itu bukan adik dari ibu yang telah melahirkan saya...."matanya mulai berkaca-kaca.

Hatiku semakin perih, mataku menghangat, aku yakin mataku juga sudah berkaca², bahkan airmataku hampir jatuh. Diam beberapa saat.

" Yang sabar ya Rafy" ucapku cepat dan menyudahi acara temu haru ini. Semoga niat baikmu diberi jalan terbaik oleh Tuhan, nak. Semoga harapanmu menjadi kenyataan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lama nggak nulis di sini di gurusiana sampai lupa cara publish & posting di medsos

08 Feb
Balas

aamiin..mengharukan critanya niih...keren..salam ya

08 Feb
Balas

Matursuwun pak Eko, Salam literasi

08 Feb



search

New Post