Bagi anak-anak tempo dulu, permainan ular tangga merupakan permainan yang sangat disukai. Semakin menantang permainannya, semakin disukainya. Bagi anak-anak memahami aturan permainan ular tangga tidak sulit, karena ia terus mengulang dan mengulang permainan tersebut.

Lewat permainan ini anak mengenal kalah dan menang, belajar bekerjasama, dan sabar menunggu giliran. Anak-anak mampu berimajinasi dan mengingat peraturan permainan yang diwujudkan dalam langkah-langkah permainan. Keasyikan sebuah permainan bagi anak-anak justru karena peraturannya.

Permainan ular tangga melatih kompetisi dalam mencapai kemenangan. Dalam kompetisi ini anak belajar mengatasi ketegangan, akankah ia menang atau kalah. Bagi anak yang tidak siap menghadapi kekalahan mungkin akan mencoba mengubah aturan main begitu tahu dirinya hampir kalah. Anak juga bisa berspekulasi ketika melempar dadu agar bisa naik tangga.

Mengikuti tantangan Gurusiana ada kemiripan dengan bermain ular tangga. Bedanya bagi peserta tantangan gurusiana tidak ada kesempatan untuk melompat naik tangga atau merapel tulisan. Setiap hari peserta harus konsisten menulis. Satu hari bolong resikonya peserta harus mengikuti remidi dari awal lagi.

Peserta belajar mengatasi ketegangan bukan karena faktor menang dan kalah. Namun lebih karena faktor mengalahkan ego sendiri. Konsisten menulis tiap hari atau tidak, ada ide yang ditulis atau tidak, ada kesulitan mengunggah tulisan atau tidak dan sebagainya.

Peserta yang mampu mengatasi hambatan-hambatan tersebut itulah pemenangnya. Pemenang yang sesungguhnya. Dan, hari ini adalah hari ke-30 bagi peserta yang memulai tantangan sejak 15 Januari lalu. Selamat untuk Gurusianer yang berhasil sampai finish untuk sertifikat biru. Anda puas hanya mendapat sertifikat biru? Jika belum, ayo lanjut menuju tantangan ke-31 dan seterusnya!