Romdonah Kimbar

Guru SD yang suka membaca, sedang belajar menulis, ingin menularkan virus membaca dan menulis kepada anak sendiri dan anak didik ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Air Mata Maya (9)

Air Mata Maya

“Ceritakan saja!” Kataku pada Maya suatu siang sambil menikmati jatah makan siangku. Sebungkus nasi dengan sayur gudeg dan semur telur itu terasa lezat kulahap dalam sekejab. Terasa cukup kenyang sampai sore hari saat aku pulang kerja. Tubuhku tidak memerlukan asupan kalori yang terlalu banyak karena kalori yang terbakar karena aktivitasku siang itu juga tidak terlalu berat. Aku bertugas piket di dalam ruangan, sementara partner piketku, yang mendapat tugas di luar ruangan.

Waktu istirahat masih cukup lama. Aku masih sempat minum jus sirsat yang terasa segar dingin di tenggorokanku. Aku suka campuran rasa asam dan manisnya. Menurut yang aku baca di internet, buah sirsat sangat banyak manfaatnya. Salah satunya adalah mencegah dan menyembuhkan penyakit asam urat dan kanker juga. Bahkan daunnya bisa pula dimanfaatkan. Pengetahuan ini baru aku ketahui sebatas sebagai bacaan. Aku belum membuktikannya.

Aku baru meminum setengah gelas jus sirsat ketika ponselku berdering. Ada pesan masuk. Pesan whatsapp, bukan SMS. Di tempat kerjaku waktu itu jauh dari kota. Aku tinggal di hutan, tidak ada sinyal untuk berkomunikasi dengan ponsel. Tetapi wifi terpasang di belakang bangunan yang berfungsi sebagai kantor perusahaan tempat aku bekerja. Semula belum menggunakan aplikasi whatsapp. Meskipun tidak bisa tilpon dan kirim SMS tetapi aku bisa terhubung dengan keluarga dan teman-teman dengan media facebook. Kadang-kadang aku membuat status di facebook. Saling berkomentar. Kadang juga berbalas pesan di inbox facebook.

“Aku diajak makan siang,” Maya mengawali ceritanya. “Tetapi aku tidak suka.”

“Kenapa?”

“Ya, tidak suka.”

“Diajak makan kok nggak mau,” aku memancing alasan Maya tidak mau diajak makan.

“Aku terbiasa makan sendiri atau bersama banyak orang. Kalau hanya makan berdua dengan teman lelaki aku nggak pernah.”

“Wah, enak dong! Dikasih gratisan to?”

“Lebih baik aku makan sendiri dan bayar sendiri juga.” Maya mengirimkan foto dompetnya, sambil diberi penjelasan di bawah fotonya. “Masih cukup untuk hidup sampai akhir bulan.”

“Aku tidak suka, dia sudah merendahkan aku. Dia pikir aku ini siapa?”

“Siapa dia yang kau maksud?”

“Teman sekolahku dulu.”

“Oh, yang kemarin itu diceritakan?”

“Iya.”

“Salah sendiri.”

“Kok menyalahkan aku?” Maya tidak mau disalahkan. Dia malah mengirim emotikon menangis.

Aku kembali menghabiskan jus sirsat yang tinggal setengahnya. Rokok yang tadi masih kuhisap kini hampir tinggal puntungnya dan segera mati apinya. Rokok habis terbakar tanpa kunikmati karena aku asyik memencet tombol huruf-huruf di keyboard ponselku membalas pesan dari Maya. Sampai tersisa tiga menit waktu istirahatku, Maya belum melanjutkan ceritanya. Sebenarnya aku ingin meneleponnya, tetapi mendadak aku mendapat tugas di luar ruangan bergantian dengan Dimin partnerku hari itu. Dan Dimin sudah siap berada di hadapanku.

Kenapa perempuan selalu dekat dengan air mata? Ini yang aku temukan pada Maya. Kadang dia mengungkapkan isi hatinya dengan cerita, kadang dengan diam, namun juga dengan air mata. Aku tidak ingin salah mengartikan air mata Maya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Waduh sdh yang ke 9 ya? Menyimak

26 Jun
Balas

ya, bu. Minta no WAnya Bu, saya putus kontak je dengan jenengan dan teman-teman

26 Jun

089692593804 itu nomer WA saya Bu..

26 Jun
Balas

Terima kasih

26 Jun

Hebat, cerpen seru! Sayang baru membaca yang ke- 9 ini.

26 Jun
Balas

Baca sebelumnya, Bu Mimin.

26 Jun

ini trik penulisnya, menimbulkan penasaran pembacanya....

26 Jun
Balas

terima kasih Pak Syaihu, sudah mampir. Penasaran juga? tunggu jawabnya ya.

26 Jun

Keren ke 9

26 Jun
Balas

Terima kasih, kurangnya menggigit ya?

26 Jun



search

New Post