Romdonah Kimbar

Guru SD yang suka membaca, sedang belajar menulis, ingin menularkan virus membaca dan menulis kepada anak sendiri dan anak didik ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kehilangan Jejak Maya (10)

Kehilangan Jejak Maya

Lebaran telah lama berlalu. Ini adalah hari keduabelas bulan Syawal. Aku sudah kembali bekerja, tetapi aku tidak bekerja lagi di Jogja. Aku memilih bekerja di kotaku saja sambil menunggu informasi kelanjutan lowongan bekerja sebagai satpam di Jakarta. Aku sudah memasukkan surat lamarannya, tetapi belum ada jawaban kepastiannya.

Ada proyek bangunan di kotaku yang memerlukan tenaga kerja tambahan. Aku ikut saja ketika tetanggaku mengajak ikut bergabung di proyek itu. Toh aku sekarang sudah terbiasa dengan pekerjaan di proyek, walaupun kasar tetapi halal. Tenagaku cukup kuat, fisikku cukup kekar untuk pekerjaan angkat beban berat sekalipun. Apalagi setelah beberapa bulan aku bekerja di Jogja, berat badanku turun beberapa kilogram, tetapi kekuatan ototku malah semakin terlatih.

Hari ini, Selasa, aku sudah mulai berangkat kerja. Sebelum pekerjaan dimulai aku sudah stand by di lokasi kerja. Ini terbentuk sejak aku bekerja di sebuah perusahaan di kotaku beberapa tahun lalu. Berada di tempat pekerjaan beberapa menit sebelum pekerjaan dimulai membuat segalanya menjadi nyaman. Tertata dan tenang. Berbeda dengan ketika sampai di tempat kerja mepet waktu atau bahkan malah terlambat. Hasil pekerjaan bisa runyam dan tidak karuan. Pikiran pasti tidak tenang dan semrawut.

Masih ada waktu sepuluh menit tersisa setelah aku memakai baju kerjaku. Ah, bukan seragam kerja seperti yang aku pakai saat menjadi satpam dulu. Sebuah kaos oblong warna biru, warna kesukaanku, sudah kukenakan, juga kaos tangan yang sudah tidak baru tetapi bersih karena baru saja dicuci. Aku tidak perlu membeli kaos tangan baru karena kaos tangan lama yang kupakai di Jogja masih bisa kupakai.

Beberapa teman kerja menyusul berdatangan. Ada sepuluh pekerja di proyek ini. Tiga orang adalah tetanggaku, dan enam lainnya berasal dari desa lain yang berbeda. Aku belum mengenal mereka berenam. Satu-persatu mereka datang bergabung bersamaku dan tiga orang tetanggaku yang datang lebih dulu. Kami saling menyapa. Masih seperti adat orang Jawa pada umumnya, sambil menyapa sambil bersalaman dengan senyum tersungging di bibir mereka.

Sebelum mulai dengan pekerjaan pertamaku, aku sempatkan membuka ponselku. Mataku mencari-cari barangkali ada pesan masuk balasan SMS yang kukirim tadi pagi sesaat setelah sampai di tempat kerja. Sudah lima belas menit lebih SMS terkirim, tetapi balasan tak kunjung datang. Aku mencoba mengecek pulsa di kartuku. Ah, ternyata pulsa habis! Saya mencoba mengecek ulang SMS yang kukirim. Ada pemberitahuan terkirim. Tetapi mengapa belum ada balasan?

Seperti tidak percaya, aku mengecek kembali SMS yang kukirim. Aku mencoba kirim ulang SMS yang sama, karena ada bonus sms untuk sesama jenis kartu. Tetap saja tidak ada balasan sampai tiba saatnya aku harus mulai kerja. Aku terputus komunikasi dengan Maya sejak kepulanganku dari Jogja. Aku memang yang memintanya untuk tidak saling mengirim SMS, pesan WA ataupun telepon. Hal ini aku lakukan untuk menghindari hal yang tidak aku inginkan. Bagaimanapun juga aku punya keluarga.

Aku dan Maya terlanjur akrab. Keakraban kami memang sebatas di media sosial. Akrab seperti di dunia nyata. Semula memang biasa saja. Tetapi kemudian sehari tanpa kabar saja, seperti ada yang sesuatu yang hilang.

Hingga sore hari menjelang pulang kerja, tidak ada tanda-tanda pesan SMS-ku terbalas. Akhirnya aku bersiap pulang, aku ganti baju kerjaku dengan baju yang kukenakan saat berangkat kerja tadi pagi. Aku bersihkan ponselku dari SMS yang tadi kukirim ke nomer ponsel milik Maya. Walaupun isinya hanya sekadar menanyakan kabar, aku tidak ingin memancing keributan dengan Wiji, istriku.

(bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Penasaran nih

01 Jul
Balas

Boleh, dilanjut besok bacanya

01 Jul

Seperti namanya, kabarnya juga maya. Ditunggu bu, kelanjutannya. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

01 Jul
Balas

Iya Bu, Terima kasih kunjungan dan komentarya. Salam sehat dan sukses selalu juga. Amin doanya.

01 Jul

Keren, Bu Rom.

01 Jul
Balas

Terima kasih, Bu Eko. Bagaimana rintisan Komunitas Menulis Wonosobonya?

01 Jul

Cerpen atau cerbung? Penasaran juga...ditunggu kelanjutannya...

01 Jul
Balas

Ada lanjutannya, ditunggu ya?

01 Jul

Ada lanjutannya, ditunggu ya?

01 Jul

Ada lanjutannya, ditunggu ya? Baca juga kisah sebelumnya.

01 Jul



search

New Post