Larangan membawa handphone ke sekolah bagi siswa merupakan tindakan tepat. Terutama bagi siswa SMP di daerah pinggiran. HP tidak dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran bagi siswa. Hal itu terlihat berdasarkan hasil survey di lapangan bahwa siswa SMPN 1 Punggelan rata-rata memanfaatkan HP hanya untuk kepentingan bersosial media dan game-gamesan. Dari hasil survey terhadap 130 anak bahwa siswa yang memanfaatkan HP untuk menunjang pembelajaran hanya 5 anak (3,85%). Sebanyak 125 anak hanya memanfaatkannya untuk game, selfie, dan bersosmed dengan teman-teman.

Kondisi ini sungguh memprihatinkan karena dapat melemahkan karakter siswa. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan sebelum siswa diizinkan membawa HP ke sekolah saat jam istirahat sebagian besar siswa menggunakan waktunya untuk membaca buku. Tidak hanya itu, yang lebih mencengangkan penulis bahwa siswa sebagian besar tidak dapat mengirim email. Hal itu terlihat ketika penulis meminta siswanya untuk mengumpulkan teks pidato yang dikirim melalui email hanya 40% yang mengirimkannya. Setelah diinterview dalam pembelajaran rata-rata siswa tidak tahu cara mengirim email.

Dengan diizinkannya siswa membawa HP ke sekolah banyak waktu yang terbuang sia-sia hanya untuk memerhatikan HPnya. Hal itu membuat karakter suka bekerja keras telah memudar. Membuat siswa semakin malas belajar karena mereka lebih asyik main game atau bersosmed. Dengan demikian perlu adanya penegasan terhadap larangan membawa hp ke sekolah khusunya bagi siswa di daerah pinggiran.