Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice)
Lokasi
SMP PUI Cinehel Tasikmalaya
Lingkup Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama
Tujuan yang ingin dicapai
Penggunaan model Problem Based Learning dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik dalam materi SPLDV
Penulis
Rona Wahyu, S.Pd.
Tanggal Upload
09 Desember 2022
Situasi:
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah:
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, teman sejawat, dan kepala sekolah, kondisi yang melatar belakangi penggunaan model Problem Based Learning dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik dalam materi SPLDV adalah sebagai berikut:
1. Motivasi belajar peserta didik rendah
Menurut Laka, B, M., dkk. (2020) terdapat dua faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu: (1) motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan; dan (2) motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.
Setelah dilakukan analisis terhadap hasil kajian literatur dan hasil wawancara, serta dikonfirmasi melalui observasi dapat diketahui bahwa penyebab munculnya masalah motivasi belajar peserta didik rendah adalah minat dan semangat peserta didik kurang, tidak adanya cita-cita dan harapan peserta didik, dan guru kurang memotivasi peserta didik.
2. Kemampuan HOTS peserta didik rendah
Menurut Panggabean, D., D, dkk (2022) Salah satu penyebab Peserta DIdik mengalami kesulitan dalam pemahaman terhadap HOTS selama belajar adalah model pembelajaran yang diterapkan masih kurang sesuai dengan pembelajaran HOTS dan tidak disertai literasi sains.
Rendahnya tingkat pemahaman peserta didik dan guru masih melaksanakan pembelajaran berbasis LOTS dan MOTS merupakan penyebab kemampuan HOTS peserta didik rendah. Faktor tersebut saling berkaitan dengan kemampuan berfikir peserta didik, pemahaman peserta didik, dan kebiasaan peserta didik dengan mengerjakan soal LOTS dan HOTS. Jika peserta didik dibiasakan oleh guru dengan memberikan soal HOTS, maka peserta didik perlahan-lahan terbiasa dengan menyelesaikan soal HOTS. Tingkat pemahaman peserta didik harus didasarkan pada perencanaan yang baik yaitu dengan cara melaksanakan diagnostik awal peserta didik dan mengumpulkan contoh dan soal HOTS. Pada pelaksanaan pembelajaran guru harus melaksanakan pembelajaran berbasis HOTS yaitu dengan memberikan contoh soal HOTS dan latihan soal HOTS sehingga kemampuan HOTS peserta didik meningkat
3. Pemanfaatan model pembelajaran belum optimal
Gunawan, I, dkk (2017) Inovasi dan variasi penerapan strategi pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam kelas menjadi hal yang krusial dilakukan. Tidak ada strategi pembelajaran yang tepat untuk semua materi dan situasi pembelajaran serta menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran, artinya guru harus dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik pembelajaran.
Setelah dilakukan analisis terhadap hasil kajian literatur dan hasil wawancara, serta dikonfirmasi melalui observasi dapat diketahui bahwa penyebab munculnya masalah pemanfaatan model inovasi belum optimal adalah
1. Guru masih menggunakan metode konvensional
2. Guru kurang memahami langkah sesiai sintak
4. Pemanfaatan media pembelajaran berbasis teknologi belum optomal
Menurut Hendri, S, dkk (2021) ditemukan fakta bahwa guru kurang memanfaatkan unsur teknologi dalam proses pembelajaran online sehingga pembelajaran menjadi monoton. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak maksimalnya pembelajaran online dikarenakan kurangnya sumber belajarar yang dapat dipedomani oleh Peserta DIdik.
Setelah dilakukan analisis terhadap hasil kajian literatur dan hasil wawancara, serta dikonfirmasi melalui observasi dapat diketahui bahwa penyebab munculnya masalah pmanfaatan teknologi dalam pebelajaran matematika belum optimal adalah sebagai berikut
1. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran kurang
2. Guru belum menerapkan media pembelajaran interaktif
mengapa praktik ini penting untuk dibagikan:
Praktik ini penting untuk dibagikan agar bisa menjadi inspirasi bagi guru yang memiliki masalah yang sama dan sebagai referensi bagi pembaca menuju keberhasilan yaitu mengenai penggunaan model Problem Based Learning dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik dalam materi SPLDV.
Peran dan tanggung jawab saya dalam praktik:
1. Peran sebagai mahasiswa PPG daljab kategori 2: Memperoleh bimbingan dalam proses penyusunan rencana pembelajaran PPL, berdiskusi dan mempresentasikan hasil penyusunan rencana pembelajaran PPL bersama dosen, guru pamong, dan teman-teman mahasiswa PPG, melakukan revisi perbaikan rencana pembelajaran PPL berdasarkan sharing dari hasil diskusi dan presentasi yang sudah dilakukan, mengunggah perangkat pembelajaran PPL di LMS, melaksankan PPL berdasarkan perangkat pembelajaran, mendokumentasikan dalam bentuk video proses pelaksanaan PPL, mengunggah video tanpa editing (original) pada LMS, mengunggah video yang sudah di edit durasi 15 menit pada LMS, dan melakukan refleksi kegiatan yang sudah dilaksanakan.
2. Peran sebagai guru matematika yaitu menjadi fasilitator dan mediator yang dapat menumbuhkan semangat belajar peserta didik dalam mennggali informasi terkait materi SPLDV. Dengan demikian peserta didik dapat saya arahkan ketika mereka mendapatkan masalah yang pada akhirnya mereka sendirinantinya akan memecahkan masalah tersebut.
3. Peran sebagai peneliti yaitu mengidentifikasi masalah kemudian mengeksplorasi penyebab masalah, mencari solusi dan melihat efektifitas dari solusi tersebut.
Tantangan :
Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat,
Dalam mencapai tujuan tersebut, beberapa tantangan yang dihadapi antara lain:
1. Peserta didik kurang antusias dan senang dengan mata pelajaran matematika
2. Peserta didik terbiasa menggunakan soal rutin
3. Pengetahuan dan pengalaman penulis yang terbatas mengenai model pembelajaran yang inovatif
4. Pengetahuan dan pengalaman penulis yang terbatas mengenai media pembelajaran berbasis tekhnologi
Siapa saja yang terlibat dalam praktik ini:
1. Kepala SMP PUI Cinehel (Drs. H. Purkon Wahidin, M.Pd.)
2. Rekan guru matematika dalam membantu proses wawancara
3. Rekan sejawat di SMP PUI Cinehel Tasikmalaya
4. Penulis sebagai guru yang melaksanakan pembelajaran
5. Peserta didik
Aksi :
Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memberikan motivasi dan ice breaking yang dapat meningkatkan minat dan motivasi peserta didik
2. Memberikan contoh dan latihan soal HOTS pada bahan ajar, LKPD dan tugas individu dengan soal yang bervariatif dengan level kognitif C4, C5, dan C6
3. Menggunakan model pembelajaran yang inovatif yaitu model Problem Based Learning, merancang perangkat pembelajaran yang berbasis masalah, menyiapkan instrumen penilaian, dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan sintaks model Problem Based Learning.
4. Menggunakan medaia pembelajaran interaktif yang diintegrasikan dengan teknologi seperti penggunaan spiner untuk menentukan kolompok yang presentasi, power point untuk media pembelajaran, dan quizizz sebagai media evaluasi peserta didik
Refleksi Hasil dan dampak
Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif? Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut
Dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan:
1. Sebagian besar peserta didik menjadi lebih antusias dan motivasi dalam belajar peserta didik meningkat. Hal ini terlihat ketika peserta didik aktif dalam berdiskusi kelompok untuk menyelesaikan bahan ajar dan LKPD.
2. Terdapat peningkatan Kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik dalam menyelesaiakan masalah HOTS pada materi SPLDV. Hal ini terlihat dari hasil pengerjaan peserta didik pada awal pertemuan rencana aksi 1 dengan rencana aksi 4. Pada pertemuan rencana aksi 1 masih ada beberapa kelompok peserta didik yang tidak selesai menyelesaiakan masalah pada LKPD ataupun bahan ajar karena mereka masih merasa kesulitan, akan tetapi pada rencana aksi 4, semua kelompok sudah menyelesaikan masalah yang ada dibahan ajar ataupun LKPD secara tepat sehingga pada rencana aksi 4 waktu yang digunakan cukup selama 2 jam pelajaran.
3. Penerapan model Problem Based Learning hampir seluruh sintaks melibatkan peserta didik untuk aktif bertanya, menjawab, berdiskusi, menyampaikan pendapat, presentasi, dan memberikan kesimpulan.
4. Penerapan media pembelajaran dengan menggunakan media power point dan media quizizz berdasarkan hasil refleksi bersama peserta didik, mereka senang dengan pembelajaran terutama saat mengerjakan tugas individu dengan media quizizz.
Apakah hasilnya efektif?
Hasil dari praktik ini efktif karena model yang digunakan dalam praktik ini adalah model PBL. Model PBL merupakan model pembelajaran yang berbasis masalah. Sehingga pada bahan ajar dan power point yang pertama disajikan adalah masalah untuk diamati. Masalah tersebut merupakan masalah yang berbentuk soal HOTS yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat merangsang kemampuan pemecahan msalah matematik dan HOTS peserta didik.
Respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan:
Dengan menggunakan model PBL dalam pembelajaran pada materi SPLDV menjadikan suasana belajar lebih aktif dan memicu motivasi belajar peserta didik sehingga mendapat respon yang positif dari kepala sekolah dan rekan sejawat. Respon dari peserta didik yaitu senang dengan model Problem Based Learning yang diintegrasikan dengan teknologi.
Yang menjadi faktor keberhasilan dari strategi yang dilakukan adalah:
1. Dukungan kepala sekolah dan rekan sejawat yang turut membantu mempersiapkan alat dalam proses perekaman kegiatan pembelajaran.
2. Situasi dan kondisi sangat mendukung terlaksananya kegiatan PPL.
3. Dapat mengantisipasi atau mengatasi tantangan yang dihadapi sebelum hari pelaksanaan PPL
4. Berusaha melaksanakan semaksimal mungkin apa yang telah direncanakan.
Pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut adalah:
Berdasarkan aksi yang dilakukan dari keselurihan proses, penulis selaku guru mendapatkan pembelajaran bahwa permasalahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran dapat diatasi dengan solusi yang tepat, salah satunya adalah motivasi belajar peserta didik yang dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif seperti model Problem Based Learning dengan menggunakan media interaktif yang membuat peserta didik aktif dan termotivasi dalam pembelajaran tentunya dengan persiapan yang matang.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar