Roni Bani

Guru SD, dari Kab. Kupang - NTT Menulis Mana Suka ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Pusara Tanpa Tangisan

Pusara Tanpa Tangisan   Sebelumnya saya sudah menulis, apakah akan menjadi pusara tanpa tangisan? Di akhir tulisan itu saya sedikit menggantung kabar dengan membuat pernyataan pendek kita tunggu kabar berikutnya. Nah, kabar berikut yang ditunggu pun tiba. Perbincangan di grup WhatsApp KB Tefneno Koro'oto yang beranggotakan 126 orang itu terus berlangsung. Anggota grup ini semuanya berasal dari satu kampung bernama Koro'oto, yang menyebar kemana-mana. Sekedar informasi bahwa kampung Koro'oto satu kampung yang dikenal luas di Pah Amarasi sebagai kampungnya keluarga besar Bani-Ora atau sebaliknya Ora-Bani dan rumpun keluarga penyangganya. Mereka bagai kuku dan daging saja, tap terpisahkan dalam kasih sayang yang disebutkan sebagai manekat baefeto-baemone, fetof-naof, orif-tataf, ainaf-amaf. Nah, ketika kabar duka yang belum pasti itu diperbincangkan di grup WhatsApp, sudah terasa nuansa dan jiiwa mereka. Mereka rindu dalam kesedihan untuk segera mengetahui takdir dari anggota keluarga yang dikabarkan sakit hingga meninggal di tanah rantau. Apalagi perginya dia ke sana baru genap sebulan. Kaget? Ya! Panik? Ya! Mengapa? Ayah-ibu dari almarhum mempunyai 3 orang anak lelaki. Seorang meninggal dunia di daratan Flores. Jenazahnya dibawa kembali ke kampung. Di sana almarhum diratapi dan ditangisi bersama kelaurga besar Bani-Ora dan kelaurga penyangganya yang menyebar di banyak tempat di Pah Amarasi. Kini, satu lagi anak lelakinya meninggal dunia. Anak lelaki harapan keluarga kecil ini. Anak bungsunya. Kesedihan yang tak tergambarkan dengan kata-kata. Dua kali mengalami duka. Orang tua tak sempat merawat anak. Saudara dan sanak kerabat tak sempat memberi perhatian. Kini kabar itu makin jelas. Hari ini, Selasa (10/03/20), pukul 16.00 (4 sore) waktu setempat (di Malaysia Timur, entah di kota/kampung mana?), mereka akan menguburkan jenazahnya. Mereka masuk melalui pintu perbatasan Nunukan, jadi dapat dipastikan ada di Malaysia Timur. Tiga sepupu almarhum menjaga jenazahnya yang dibaringkan di lantai berlaskan terpal dan kain. Alangkah sedihnya. Bila saja berada di rumah keluarga kecil ini, pasti sanak dan kerabat menyiapkan satu unit tempat tidur sederhana yang menempatkannya sebagai uismina' yang layak penghormatan. Sedih. Makin menyedihkan. Betapa keluarga ini berkabung entah untuk berapa lamanya. Kehilangan. Kehilangan untuk kedua kalinya. Dua pemuda telah "lepas" dari tangan siat-nabit orang tua mereka. Keluarga dan sanak kerabat turut merasakan duka yang dalam. Simpati dan empati mengalir. Terlihat dari mereka yang mengirim ucapan turut berdukacita melalui grup WhatsApp KB Tefneno Koro'oto. Satu hal lainnya, pelajaran penting dan amat berharga. Jangan mudah termakan rayuan bekerja di luar negeri, jika mereka yang mengurus berkata, "Gampang, nanti di Nunukan baru kita urus paspor!" Berhati-hatilah pada wajah yang berempati pada kita yang miskin, sementara mereka telah memasang jerat keberuntungan. Semoga yang saya katakan ini tidak demikian. Akhirnya, ratapan dan tangisan keluarga duka di kampung Koro'oto desa Nekmese', Kecamatan Amarasi Selatan menyeruak. Tapi, ratap dan tangisan itu tanpa dapat meraba untuk mengupacarakan secara layak jenazah sang almarhum. Di sana, di negeri bertabur noni yang mereka kejar, ia akan dikuburkan. Pada kuburannya akan tertera kata-kata, "Tulang-tulangmu akan kami bawa ketika kami kembali ke kampung, ke rumah kita!" Mungkin itu yang akan terjadi. Seorang anggota perantau yang mengurus jenazah mengirim kabar bahwa suatu hari ketika mereka pulang, tulang-tulangnya akan dibawa pulang. Saya sempat mengingatkan pada seseorang yang menyampaikan kabar ini kepada saya. Kasi ingat. Jangan berjanji begitu kaka. Kesibukan, kemewahan dan kemanjaan dapat saja menutup mata ingatan. Semoga tidak demikian. Tapi patut diperingatkan. Wahai para muda, ingatlah kata pepatah, hujan emas di negri orang, lebih baik hujan batu di negri sendiri. Walau demikian, saya tidak punya kuasa untuk membatasi upaya para muda untuk merantau.   Koro'oto, 10 03 2020
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post