Roni S. Wahid

Roni S. Wahid, S.Kom penulis buku "Berjuanglah Masa Mudaku". Pernah ikut menulis skenario Kian Santang, dll. Lelaki yang belum menikah ini aktif di yayasan al f...

Selengkapnya
Navigasi Web
Lelaki yang Banyak Berubah?
BB: 45kg vs 76kg TB:171cm

Lelaki yang Banyak Berubah?

"Setiap kali melihat wanita cantik aku selalu menangis. Alasannya sederhana, karena aku sadar aku tidak mungkin memilikinya" Kataku lirih.

"Kenapa kamu melihatku tidak menangis? Apakah aku kurang cantik?" Katanya cengengesan.

Sejatinya aku tidak benar-benar mengerti. Sejauh aku melihatnya, wanita dihadapanku ini adalah gadis tercantik di kampungku. Mata dan senyumnya bahkan pernah beberapa kali masuk ke mimpiku.

Kali ini ada sesuatu hal yang sangat aneh. Aku benar-benar tidak menemukan wanita yang setiap kali melihatnya rasanya ingin melakukan banyak hal untuk berjuang mendapatkan hatinya.

Euporia untuk mencari kekasih benar-benar hilang. Apa karena berat badanku yang naik. Sehingga aku terlalu malas untuk bergerak, bahkan untuk menghubunginya lebih dulu.

Mungkin karena kesalahan dahulu, dimana aku telah menyianyiakan wanita yang sangat menyayangiku. Mengatakan kepadanya dengan kejam, "aku lebih suka menjadi penulis daripada menjadi suamimu!"

Ketika itu aku memang bertengkar hebat denganya. Karena tidak pernah marah, dan membentak seorang gadis, aku hanya berani mengetikan kata itu.

Jika lebih dirinci masalahnya. Waktu itu aku benar-benar tidak punya pilihan. Demi menerbitkan sebuah buku komedi, aku harus ditolak banyak gadis.

Menembak gadis untuk ditolak sangatlah tidak mudah. Kita harus menempatkan posisi dimana kita sangat peduli padanya dan berusaha mati-matian untuk membuatnya jatuh hati. Setelah berhasil kita juga dituntut untuk membuatnya ilfil kembali.

Berusaha terlilat keren lalu membuat diri terlihat seperti badut. Rasanya setiap hari hanya melakukan hal yang sia-sia.

Kamu tersenyum, aku memandangimu lagi. Kamu terlihat berpikir namun tatapmu kosong. Hanya memandangi langit-langit. Sesekali aku menduga mungkin kamu sedang mengharapkan pesawat lewat. Lalu berteriak "minta duit!"

Aku pun ikut memandang langit. Pikiranku menuju titik fokus. Aku teringat akan momen aku terdoktrin. Kala itu bagiku ditolak adalah anugrah. Karena setelah seorang lelaki ditolak pastilah dia akan membuat sajak, puisi, dan karya karya yang bagus. Kawanku bahkan karena patah hati membuat beberapa lagu dan berasil tranding di masanya.

Berusaha untuk meningkatkan euporia. Aku sering bercanda untuk minta disalamkan kepadaa seorang gadis. Aku juga sering menanyakan kepada muridku apakah kamu punya kaka perempuan. Jika punya salamkan aku padanya. Aku selalu mengatakan ini di depan banyak orang. Agar mereka paham bahwa itu adalah candaan.

Namun perkara urusan asmara. Ternyata aku benar-benar tidak bisa serius dan selalu menganggap semuanya candaan.

Sayangnya, waktu terus berjalan. Ternyata aku masih kekanak-kanakan dan hobi main. Benar kataku tadi. Satu-satunya yang berubah hanya berat badanku.

"Pulang bareng yuk?" Katanya manis

"Duluan aja!" aku mengukurkan kedua tangan sambil mempersilahkannya pergi.

Hujan pun turun sore itu. Kamu berjalan pergi tanpa menoleh ke belakang. Sementara aku main becek-becekan sambil menginjak rintik hujan yang turun.

Pajar bulan, 11 feburari 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen yang unik. Keren, Pak

12 Feb
Balas

Terimakasih bu... Telah meninggalkan jejak..

12 Feb
Balas



search

New Post