Roni S. Wahid

Roni S. Wahid, S.Kom penulis buku "Berjuanglah Masa Mudaku". Pernah ikut menulis skenario Kian Santang, dll. Lelaki yang belum menikah ini aktif di yayasan al f...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mentalitas Korban dan Perdamainnya
Menimkati keindahan ciptaan Tuhan di pagi hari

Mentalitas Korban dan Perdamainnya

Dewasa ini, banyak orang-orang yang mengeluhkan kehidupannya, termasuk penulis. Kenapa dunia tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita? Kenapa harus kita yang mengalami ini? Akulah yang paling tersakiti! Dunia ini membenciku!

Sewaktu mengikuti pelatihan pengembangan karekter di surabaya. Penulis belajar bagaiamana menghadapi masalah ini, dan untuk membantu rekan-rekan pembaca setia gurusiana yang mungkin saat ini mengalami hal yang sama, penulis berkeinginan membagikan tulisan ini.

Pertama kita harus mengenali dulu apa yang sedang kita alami dan kita rasakan. Apa yang kita alami ini dinamakan victim mentality.

Mengutip dari aladokter, Victim mentality atau mentalitas korban adalah kondisi ketika seseorang selalu merasa dirinya korban dari segala kondisi dan situasi yang ada di sekitarnya. Mereka secara konsisten akan menyalahkan orang lain atau situasi dan merasa tidak memiliki control atas masalah yang dihadapi. Pada dasarnya pola pikir ini terbentuk akibat trauma, kesusahan dan rasa sakit sepanjang waktu.

Ricad Carlson, PH.D. dalam bukunya “Janganan Membuat Masalah kecil, di tempat kerja jadi masalah besar” menunjukan cara berinteraksi secara lebih menyenangkan dan produktif dengan mitra kerja, klien dan atasan. Dengan buktinya nyata bagaimana buku ini mejadi sangat laris dan juga popular adalah karena banyak dari kita juga yang berusaha keluar dari keadaan ini.

Sebelum kita membahas cara mengatasinya, pertama kita harus mengatahui dahulu apakah kita termasuk orang yang mengalami mentality korban ini. Tanda-tandanya ada pada sikap berikut ini:

1. Merasa kurang mendapat dukungan dari orang lain 2. Orang lain harus mengakui bahwa kita adalah korban 3. Selalu merasa orang lain bahagia dan diri sendiri lebih buruk 4. Apakakah kita sering menyalahkan orang lain atas bagaimana kehidupan berjalan. 5. Merasa diri sendiri menerima banyak masalah yang sulit 6. Ketika seseorang berniat membantu justru balik menyerang dan marah 7. Cenderung bergaul dengan orang yang suka mengeluh

Dari tanda-tanda di atas, kita juga bisa mengenali penyebab dari sikap victim mentality.

1. Trauma masa lalu (pengalaman buruk yang pernah dihadapi, sehingga menjadi pondasi dalam mengelola emosi) 2. Situasi negative dimana apapun yang kita lakukan dikendalikan oleh keputusan orang lain sehingga terkadang kita tidak bisa memiliki kendali terhadap diri sendiri. 3. Rasa sakit dari keadaaan sebelumnya yang menyebabkan kita merasa tidak berdaya, terjebak dan membiarkannya mengalir apa adanya 4. Pernah dikhianti oleh orang yang sebelunya sangat kita percayai 5. Mencari perhatian dengan cara menyalahkan orang lain, dan situasi yang sedang dialami 6. Sering memilih untuk tidak bertanggung jawab bahkan oleh masalah yang dibuatnya sendiri.

Setelah kita mengenali tanda-tanda dan juga penyebab dari sikap ini. Cara termudah untuk melewatinya adalah dengan lebih banyak melakukan kegiatan produktif, lebih baik kita lelah dalam berusaha mengerjakan sesuatu daripada lelah menyalahkan keadaan.

Ketika mentality victim hadir, penulis selalu diajarkan untuk fokus kepada penyelesaian masalah bukan kepada masalahnya.

Mudahlah memaafkan, tidak perlu membenci banyak hal. Ketika kita membenci kitalah yg rugi, karena perasaan gondok atau dengki yang kita bawa. Adapaun orang lain membenci kita biarkan tetap tersenyum padanya, biarlah dia dengan masalahnya sendiri. Jalani kehidupan ini sebagaimana sedang berpuasa, karena kita sadar kebaikan dan keburukun kita diketahui tuhan. Orang berpuasa tidak akan makan di siang hari meskipun tidak dilihat orang lain.

Nasihat guruku dahulu, kamu adalah kamu. Jangan mau di dekte orang lain. Jika orang lain baik padaku aku kan baik padanya, jika orang lain jahat padaku aku akan lebih jahat padanya. Tidak demikian, yang seharusnya adalah meski orang lain baik atau buruk padamu, kamu harus tetap baik padanya. Meski kamu disakiti, jangan mendoakan keburukan padanya. Kamu adalah orang berpendidikan, itulah gunanya kamu sekolah tinggi.

Mari kita saling menyayangi dan berteman baik dengan siapapun. Tetapi jika kamu ingin lebih, jadilah istriku kebetulan aku masih melajang.hehe

Semoga barokah...

Pajar Bulan, 07 Februari 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi!

07 Feb
Balas

Baik... Terimakasih telah meninggalkan jejak pak.... :)

07 Feb

Jiaah, ujung2nya melamar ahaha..... Keren ulasannya, Pak. Makasih

08 Feb
Balas

Terimakasih bu. Lagi usaha bu.hehe

08 Feb

Ulasan yang menarik dan bermanfaat pak...salam kenal dan salam literasi

07 Feb
Balas

Terimakasih bu... Salam kenal juga saya roni masih lajang dari lampung barat.hehe

08 Feb

Salam kenal

07 Feb
Balas

Salam kenal juga bu.... Semoga bisa akrab.hehe

08 Feb

Tulisannya menarik pak. Terima kasih sharing ilmunya

08 Feb
Balas

Baik terimakasih banyak umi...

08 Feb

Bagian akhir tuh... promo yaa... Haha... Salam sukses, Bapak.

09 Feb
Balas



search

New Post