rosid tamami

Seorang guru madrasah di pinggiran kota banyuwangi, di sebuah perkebunan kakao yaitu Glenmore ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Haruskah Handphone Menjadi Musuh Bersama Dunia Pendidikan Kita

Baru-baru ini beredar video dan dishare ulang oleh banyak warganet di beberapa lini masa media sosial berupa rekaman video semacam seremoni penghancuran beberapa handphone milik siswa menggunakan palu yang dilakukan oleh sekolah (guru). Banyak yang berpendapat dan memberikan opini menanggapi peristiwa tersebut ada yang setuju dan membenarkan ada pula yang tidak setuju dengan tindakan sekolah tersebut dengan argumen dan dalil pembenar masing-masing. Sekolah (guru) yang melakukan tindakan tersebut tentu mempunyai dasar dalam mengambil tindakan dalam kerangka penegakan aturan internalnya. Tulisan ini tidak dalam kapasitas untuk ikut membenarkan atau menyalahkan apa yang dilakukan oleh sekolah tersebut.

Dalam era digital ini saat ini benar-benar merubah banyak perilaku, gaya hidup dan budaya. Perubahan yang begitu ektrem ini akan menggilas apa saja yang tidak cepat beradaptasi, lima belas tahun yang lalu mungkin kita tidak akan membayangkan dunia fotografi dan telepon (komunikasi) akan berubah begitu cepat, bagaimana sekarang produsen-produsen fotografi yang dimasa lalu begitu terkenal dan sangat populer sekarang ini sebagian hanya tinggal kenangan, ataupun produsen handphone yang dulu begitu menguasai pangsa pasar penjualan telepon dunia sekarang juga semakin tertinggal bahkan terancam kebangkrutan.

Perubahan dan perkembangan teknologi merupakan suatu keniscayaan yang sulit untuk dibendung dan dihalangai apalagi ditolak dan memilih atau kembali menggunakan cara dan teknologi lama. Digitalisasi sudah bergerak secara masif di berbagai sektor dan tentu saja proses ini sangat memudahkan dan meningkatkan efisiensi dibanyak hal. Era digital terus berkembang seiring perubahan dan peningkatan teknologi berbasis internet dan semakin mudahnya akses internet serta semakin banyaknya pengguna internet.

Berbagai sektor sudah menggunakan secara optimal perkembangan teknologi berbasis online, saat ini kita sudah sangat terbiasa memesan makanan dari aplikasi pemesan makanan ataupun memesan ojek online cukup dengan menekan tombol gawai saja. Bahkan dengan semakin berkembangnya teknologi e-money hampir semua transaksi jual-beli dan pembayaran dapat dilakukan dengan mudah, cukup dengan menekan tombol gawai saja. Pergeseran budaya ini bukan tanpa masalah, masih teringat diawal kemunculan ojek online juga terjadi konflik dibanyak daerah dan pada akhirnya saat ini sudah hampir tidak ada konflik tersebut

Bagaimana dengan dunia pendidikan kita ? pemanfaatan teknologi berbasis internet sudah digunakan secara optimal oleh lembaga pendidikan, saat ini hampir semua sekolah sudah mempunyai website sendiri, mempunyai sistem informasi berbasis sms gateway, dan melaksanakan ujian berbasis komputer (computer based test) baik untuk ulangan harian, semester bahkan juga ujian nasional yang lebih dikenal dengan UNBK. Secara umum optimalisasi penggunaan teknologi berbasis ICT sudah banyak digunakan dan sangat meningkatkan efisiensi dan mutu pelayanan sekolah.

Permasalahan berikutnya yang sering timbul dalam perkembangan teknologi berbasis ICT adalah pemanfaatan ponsel yang semakin lama semakin berkembang teknologinya dan fitur-fitur nya yang lebih akrab kita sebut android. Banyak sekolah dan guru yang gamang menghadapi kenyataan ini apakah langsung mengambil langkah keras misalnya dengan melarang bahkan seperti video yang banyak beredar yaitu penghancuran ponsel dengan palu ataukah memperbolehkan dengan syarat dan ketentuan tertentu. Kondisi ini hampir sama di banyak sekolah penangan penggunaan gawai oleh siswa selalu menghadapi kontradiksi antara manfaat dan mudharatnya. Perangkat ponsel memang memang mempunyai banyak sekali efek negatif namun manfaatnya juga tak terhingga banyaknya. Kebijakan penggunaan ponsel oleh siswa yang diambil oleh sekolah dan guru hampir selalu menjadi kontoversi karena perbedaan sudut pandang efek negatif dan positif.

Pelarangan penggunaan ponsel oleh siswa disekolah belum tentu juga akan meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa, masih perlu penelitian lebih jauh lagi. Tindakan yang mungkin lebih bijak adalah dengan pembatasan penggunaan ponsel dan mengarahkan penggunaan ponsel oleh siswa untuk belajar. Sekolah dan guru dapat menjadikan fenomena penggunaan ponsel oleh siswa bukan sebagai masalah tapi justru menjadi peluang sebagai salah satu sarana belajar. Usaha yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan mengintegrasikan ICT dan ponsel dalam proses pembelajaran. Saat ini publik sedikit terhenyak dengan munculnya bimbingan belajar Online, inovasi ini merupakan salah satu jawaban permasalahan penggunaan ponsel oleh siswa. Bimbel online yang mulai dirintis tahun 2014 dan terus berkembang pada tahun 2017 mempunyai user sebanyak 6 juta orang dan saat ini pasti lebih besar lagi, aplikasi bimbel online ini merupakan aplikasi berbayar, tentu bisa dibayangkan berapa omset yang didapat. Munculnya bimbel online ini bukan tidak mungkin suatu saat dapat menggeser bimbel konvensional yang sudah ada saat ini, seperti juga fenomena transportasi online.

Belajar dari muncul dan berhasilnya bimbel online berdasarkan banyaknya pengguna dan keuntungan finansial yang diperoleh, tidak ada salahnya jika sekolah dan guru mengembangkan juga pemanfaatan ICT dan khususnya ponsel dalam proses pembelajaran. Banyak aplikasi-apilkasi e-learning gratis yang dapat dimanfaatkan oleh guru menjadi bagian dari sarana belajar dan mengajar siswa dan guru. Aplikasi e-learning atau biasa disebut learning managemenet system (LMS) gratis ini sudah menyediakan fitur yang baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran mulai dari penyampaian materi berupa grafis dan video sampai fitur untuk tes uji kompetensi, tinggal kemauan dan kemampuan guru untuk menggunakannya. Harapan besar pemanfaatan dan integrasi ICT dan ponsel dalam proses pembelajaran oleh guru dan sekolah yaitu menjadikan ICT dan ponsel sebagai sarana penunjang dalam proses pembelajaran dan bukan sebaliknya menjadikannya musuh bersama (common enemies) dengan integrasi ini semoga dapat mengurangi efek negatif penggunaan ponsel oleh siswa, karena usia siswa kita saat ini merupakan pengguna ponsel terbesar yang rentan sekali mengalami efek negatif penggunaan ponsel jika tidak dikelola dengan baik, semoga.

* Artikel ini dimuat di harian Jawa Pos Radar Banyuwangi, Sabtu 27 Juli 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post