rosid tamami

Seorang guru madrasah di pinggiran kota banyuwangi, di sebuah perkebunan kakao yaitu Glenmore ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Literasi Digital Dimulai dari Mana ?

Literasi Digital Dimulai dari Mana ?

Akses masyarakat indonesia terhadap teknologi informasi dan komunikasi (ICT) atau teknologi berbasis internet saat ini sudah begitu mudah dan luas, hampir sulit ditemui orang yang tidak mengenal dan tidak mengakses internet. Penggunaan internet sudah menghilangkan sekat-sekat tingkat pendidikan, strata sosial, ekonomi dan umur, semua orang dari semua kalangan sudah sangat terbiasa menggunakan internet. Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang banyak pengguna internet di indonesia juga sangat besar. Dikutip dari laman www.kominfo.go.id Pada tahun 2017 indonesia menempati rangking ke enam jumlah pengguna internet terbesar didunia dengan jumlah netter sebanyak 112 juta orang. Peringkat lima besar pengguna internet didunia adalah Tiongkok, Amerika Serikat, India, Brazil dan Jepang.

Kalau dilihat dari lima besar pengguna internet didunia tiga negara yaitu Tiongkok, Amerika Serikat dan Jepang ketiganya merupakan negara maju sehingga jumlah pengguna internet berkorelasi positif dengan kemajuan dibanyak bidang. Potensi pengguna internet yang sangat besar di Indonesia seharusnya juga berdampak luar biasa jika dikelola dengan baik. Sektor-sektor perdagangan, industri, pelayanan publik, pelayanan pemerintahan, pendidikan dan yang lain seharusnya bisa sejajar dengan tiga negara maju diatas, kenyataannya apa sudah seperti itu, perlu kajian yang lebih mendalam. Berdasar survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dikutip dari laman www.kompas.com pemanfaatan terbesar internet hanya untuk chating , media sosial semacam facebook, instagram, twittwer dan yang lain. Dari data ini terlihat bahwa penggunaan terbesar internet hanyalah untuk hiburan semata bukan pemanfaatan dalam perdagangan, pelayanan publik maupun pemanfaatan untuk pendidikan.

Besarnya jumlah pengguna media sosial di Indonesia bukan tanpa masalah, dengan rendahnya tingkat Literasi maka akan berpotensi pada penyimpangan penggunaan media sosial dan internet secara umum. Berdasarkan penelitian dari Program for International Student Assessment I ( PISSA) literasi anak-anak (pelajar) di Indonesia berada pada peringkat ke-62 dari 72 negara yang di survey. Tingkat literasi yang rendah ini ternyata juga menyababkan literasi digital yang rendah, hal ini terbukti dengan banyaknya informasi sesat dan menyesatkan (Hoax) yang beredar secara masif di ruang-ruang media sosial kita. Apalagi ditengah ekskalasi politik saat ini yang cenderung panas informasi-informasi hoax akan dengan mudah kita dapatkan di linimasa media sosial kita.

Rendahnya literasi digital saat ini sudah memakan banyak “korban” bagaimana sekat-sekat pertemanan, persaudaraan, kelompok sosial menjadi renggang bahkan terputus hanya karena berbeda sikap dalam menanggapi informasi yang beredar dalam media sosial. Tidak hanya itu bahkan sebagian pengguna media sosial seperti kelewat batas dalam menyebarkan berita-berita palsu sampai harus berurusan dengan pihak kepolisian padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang biasa, orang baik seperti yang lainnya, sungguh memprihatinkan. Akankah kita tetap diam menghadapi ini semua, tentu tidak, semua orang harus mengambil bagian bukan hanya pemerintah untuk mencegah penyebaran informasi hoax yang berpotensi untuk menciptakan konflik dalam masyarakat.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran hoax melalui media sosial dan juga penyimpangan penggunaan internet yang lain adalah dengan meningkatkan literasi digital pengguna internet. Bagaimana cara meningkatkan literasi digital ? tentu harus dengan pendidikan, pembiasaan dan penyadaran. Permasalahan berikutnya, berdasarkan hasil survey dari beberapa lembaga sebagian besar penyebar hoax berusia diatas 40 tahun yang akan sulit ditingkatkan literasi digitalnya dengan pendidikan karena itu penangaan harus dengan penegakan hukum.

Untuk meningkatkan literasi digital dengan tujuan akhir pencegahan penyimpangan media sosial dan internet di masa depan maka guru dan sekolah harus menjadi pioner untuk meningkatkan literasi digital. Guru harus menjadi pelopor masyarakat dengan literasi digital yang baik jangan sampai guru gagap teknologi dan ikut arus menikmati informasi-informasi palsu dari media sosial. Guru dengan literasi digital baik akan mampu membentuk generasi milenial yang merupakan “generasi internet” menjadi generasi yang bertanggung jawab dan mampu memanfaatkan internet dan media sosial untuk meningkatkan kualitas hidupnya bukan sebaliknya menjadi korban internet dan media sosial. Semoga.

*Artikel ini dimuat di kolom opini Jawa Pos Radar Banyuwangi, Kamis 16 Mei 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih pak Mulya, salam kenal dan sukses selalu

16 May
Balas

Sangat konfrehensif pak, kegagalan Indonesia dalam pemanfaatan internet untuk hal produktif, berbeda dengan negara maju. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah.

16 May
Balas



search

New Post