ROSIHAN ARI WIBOWO

Canggah dari Kyai Soleh Lateng. Lare Osing, lahir di Banyuwangi 01 Februari 1986. Tinggal di Jember sejak tahun 2014. SD Al Irsyad Al Islamiyah Banyuwangi...

Selengkapnya
Navigasi Web

Belajar dari Penjual Cilot

Cilot menjadi salah satu makanan favorit saya. Harganya yang murah dan ada di mana-mana menjadi alasan saya menyukai jajanan yang cukup merakyat ini. Apalagi saya seorang guru notabene dekat dengan jajanan ini.

Ternyata bukan hanya siswa yang menanti-nanti waktu istirahat. Saya juga salah satu orang yang selalu harap-harap cemas (baca: H2C) menjelang istirahat. Dalam hati selalu bertanya, penjual cilot sudah datang atau belum. Begitu tau kalau bang penjual sudah datang, ya langsung saja dieksekusi.

Ngomong-ngomong tentang cilot, selain di sekolah saya punya langganan di beberapa tempat. Salah satunya di depan Klinik As Sunniyah Kencong. Selain murah meriah, rasanya tidak kalah dengan cilot yang lain. Padahal bahan baku utamanya tepung kanji. Faktor lain yang membuat saya senang adalah penjualnya yang sangat ramah. Walaupun lansia, ia cukup ramah menyapa pelanggannya termasuk anak-anak.

Sebelum Ramadhan yang lalu beberapa kali saya lewat Klinik As Sunniyah. Namun, saya tidak mendaoati si mbah penjual cilot langganan saya. Sampai hari keempat saya menemukan lapaknya, tapi si mbah tidak tampak.

Setelah agak lama menunggu seorang laki-laki muda menemui kami. Ternyata bukan si mbah yang jualan cilot, tetapi laki-laki muda tersebut. Saya pun memberanikan diri untuk bertanya pada pedagang cilot tersebut.

Ternyata laki-laki muda penjual cilot tersebut merupakan anak angkat dari si mbah. Ia menggantikan si mbah yang berangkat umroh bersama suaminya. Yups, berangkat umroh. Berdua lagi.

Mendengar kabar tersebut saya terpana setengah tidak percaya. Sudah sering saya mendengar kisah seperti ini. Tukang becak naik haji, tukang ojek online umroh, atau orang-orang yang lain yang berpenghasilan kecil. Namun, kali ini lain cerita. Saya mengenal langsung tokoh utamanya. Ya, si mbah penjual cilot.

Benar-benar pelajaran yang sangat berharga. Seorang pedagang cilot bisa menunaikan umroh berdua dengan suami. Kali ini hati saya benar-benar tersentuh. Lebih tersentuh lagi ketika mendengar kalimat penutup dari anak angkat si mbah. "Kalau niat sudah kuat, walaupun penjual cilot bisa juga menunaikan Umroh".

Ngampelrejo, 15 April 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi!

16 Apr
Balas

Salam literasi pak. Sukses selalu ya.

16 Apr
Balas



search

New Post