Ternyata tidak hanya HP yang perlu di charge. Semangat menulis pun perlu di perbarui. Seperti apa yang terjadi kepada saya.

Semenjak 1 Februari lalu saya tidak menulis. Saat itu secara bergantian saya dan anggota keluarga sakit. Dimulai dari si sulung hingga saya sendiri mengalami demam, pusing, dan bapil.

Seperti biasa, setiap kali berhenti menulis saya merasa berada di zona nyaman. Rasa malas hinggap tak mau pergi. Niat untuk mulai menulis terhalang rasa malas tersebut.

Alhamdulillah, di saat malas seperti ini saya bertemu rekan-rekan penulis hebat. Mereka berasal dari Oku Selatan, Kendal, Lumajang, dan Jember. Kesempatan langka bin ajaib ini tentu tidak saya sia-siakan.

Dari sinilah kami saling menguatkan. Memberikan energi terbaik untuk terus menulis. Menebar manfaat hingga putus asa tak lagi menyapa kami.

Dari Bang Iqbal saya belajar untuk menjadi diri sendiri. Bangga dengan hasil karya sendiri. Tidak menyerah untuk menghasilkan karya terbaik.

Dari Bu Robingah saya belajar ikhlas. Memberi pelayanan prima kepada sesama penulis. Hingga rela menempuh ratusan kilometer demi bersemuka dengan kami yang ada di Lumajang dan Jember.

Dari Bu Fytrya saya belajar. Bagaimana menjamu tamu. Membersamai hingga tak ada gurat kecewa di wajah mereka.

Akhirnya pelajaran tertinggi saya dapat dari Pak Nugroho. Bagaimana menjadi pejabat yang benar-benar humble. Totalitas dalam bekerja dan selalu menghadirkan keluarga dalam setiap pekerjaannya. Tidak lupa selalu meng-update data jika sewaktu-waktu diperlukan.

Sungguh. Pengalaman yang benar-benar tak ternilai harganya. Jika bisa, saya hentikan waktu untuk terus menyerap ilmu dari mereka. Terima kasih Allah atas taqdir terindah yang Kau berikan.

Ngampelrejo, 09 Maret 2022