ROSIHAN ARI WIBOWO

Canggah dari Kyai Soleh Lateng. Lare Osing, lahir di Banyuwangi 01 Februari 1986. Tinggal di Jember sejak tahun 2014. SD Al Irsyad Al Islamiyah Banyuwangi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jadilah Suporter yang Santun
Sumber: https://www.viva.co.id/bola/liga-italia/620100-insiden-bentrok-suporter-juventus-tunggu-sanksi-berat

Jadilah Suporter yang Santun

#TantanganGurusiana Hari ke-2

Olahraga sudah mendarah daging dalam diri saya. Sejak kecil aktivitas yang satu ini selalu menemani hari-hari saya. Mulai dari sepak bola, bola voli, futsal hingga berenang. Namun, aktivitas-aktivitas di atas saya lakukan sebatas hobi.

Selain melakukan olahraga, saya kerap menjadi suporter. Bukan hanya sebagai juventini, sejak SD saya juga menjagokan tim sepak bola asal Jawa Timur. Persebaya, Arema, Persela, dan tentu saja tim dari kota kelahiran saya, Persewangi Banyuwangi.

Tidak bisa dipungkiri kehadiran suporter bak pemain kedua belas bagi tim sepak bola. Kehadiran mereka memberikan energi tersendiri bagi tim untuk menang. Karena itu menjadi agak aneh saat pandemi permainan sepak bola berlangsung tanpa kehadiran penonton. Itulah sebabnya saat siaran langsung pertandingan sepak bola, stasiun tv memberi efek suara suporter.

Seperti dua sisi mata uang selain sisi positif, tidak jarang suporter juga memberikan sisi negatif kepada tim. Kita sering mendengar kasus-kasus kerusuhan suporter yang dilakukan oleh oknum suporter yang tidak bertanggung jawab. Secara tidak langsung, tindakan mereka sangat merugikan klub kesayangannya dan mencoreng nilai sportivitas dalam olahraga. Yang paling buruk seringkali sebuah klub atau negara dikenakan denda akibat ulah oknum suporternya.

Banyak hal yang melatar belakangi kerusuhan suporter. Namun, yang sering terjadi tindakan mereka sebagai pelampiasan kekecewaan atas hasil pertandingan. Mereka tidak bisa menerima begitu saja kekalahan tim kebanggaannya.

Semua suporter pasti berharap timnya menang. Karena itu apapun akan dilakukan untuk mendukung timnya. Namun, tidak jarang saat kekalahan sudah di depan mata mereka justru mencaci, memaki, dan menghina pemain yang dinilai menjadi penyebab kekalahan. Bahkan cacian dan hinaan mereka menjurus pada tindakan rasisme dan fisik. Hal ini sebenarnya yang mengotori sportivitas dalam olahraga.

Jika suporter berharap menang dan siap untuk menang, mereka harus lebih siap untuk menerima kekalahan. Karena hanya ada dua pilihan dalam kompetisi, menjadi pemenang atau mengalami kekalahan. Mencaci, memaki, dan menghina pemain hanya akan merendahkan diri suporter tersebut. Salam olahraga!

Ngampelrejo, 04 April 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post