Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7
Alhamdulillahirobbil’aalamiin, hanya kalimat itu yang pantas saya ucapkan. Setelah sekian bulan menunggu, akhirnya kesempatan ini datang juga. Saya berhasil menjadi Calon Guru Penggerak Angkatan 7. Setelah sempat gagal pada tes wawancara di Angkatan 3. Tentu saja kesempatan ini tidak akan saya sia-siakan. Saya akan berusaha untuk menyerap semua ilmu yang tersaji dalam program ini dan tentu saja berusaha sekuat tenaga untuk mengaplikasikannya.
Sebenarnya bukan pertama kali ini saya belajar mandiri berbasis LMS. Pada 2018 lalu saya mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) juga berbasis LMS. Jadi, saya tidak asing lagi dengan Learning Management System (LMS). Selain pada program PPG, saya juga kerap mengikuti diklat dan pelatihan yang diadakan Kemdikbud RI melalui program Guru Belajar dan Berbagi. Program tersebut juga menggunakan LMS sebagai akses belajar bagi pesertanya.
Walau sudah berhubungan dengan LMS saya merasa Pendidikan Guru Penggerak ini merupakan hal yang baru. Karena fitur-fitur di LMS berbeda dengan program-program yang saya sebutkan di atas. Pada program ini peserta diajak untuk belajar dengan langkah-langkah sistematis yang terdapat pada LMS. Antara lain: Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata. Bagi saya, ini merupakan hal baru yang menjadi tantangan tersendiri. Peserta dituntut untuk mengatur waktu belajarnya sendiri sekaligus dituntut untuk disiplin mengumpulkan tugas.
Ada beberapa hambatan dan kesulitan yang saya hadapi dalam mempelajari modul 1.1. Hambatan tersebut antara lain: Kurangnya support internet, saya masih kesulitan untuk membuat video, kesulitan karena laptop kurang support untuk membuat video, dan kendala cuaca buruk yang kadang-kadang menghambat saya untuk mengikuti ruang kolaborasi.
Dari hambatan-hambatan di atas, saya berusaha untuk segera mengatasi demi kelancaran program ini. Hambatan kesulitan internet saya atasi dengan meminta izin untuk belajar di sekolah yang sudah ada jaringan internet. Kesulitan membuat video saya atasi dengan terus belajar dan mengasah skil untuk membuat video dengan aplikasi Kinemaster dan canva. Laptop yang kurang support saya atasi dengan meminjam laptop milik lembaga yang lebih support, Masalah cuaca buruk dapat teratasi dengan menyiapkan tempat alternatif yang kiranya bagus cuacanya.
Selama pembelajaran berlangsung saya seperti tidak percaya. Sudah satu dasawarsa lebih saya menjadi pendidik, baru kali ini saya mendapat pengetahuan yang sangat pas. Pembelajaran harus berpihak kepada murid. Ya, guru tidak bisa seenaknya saja mengajar semaunya dan semampunya tanpa memperhatikan kebutuhan murid. Guru tidak bisa lagi menyamaratakan semua murid. Karena setiap anak berkembang sesuai dengan kodrdat alam dan kodrat zaman yang mereka miliki.
Dari sinilah saya mencoba untuk melaksanakan aksi nyata. Saya mencoba untuk memperbaiki cara mengajar. Pertama saya merencanakan langkah-langkah apa yang akan saya lakukan. Tentu saja pada proses ini saya menggandeng guru kelasnya sebagai teman sejawat. Langkah berikutnya saya melakukan wawancara dengan murid guna menggali kebutuhan setiap murid.
Ketika praktik langsung saya merasa senang. Murid terlihat sangat antusias dengan penjelasan video yang saya putar di layar LCD. Selama ini mereka menerima pelajaran secara konvensional di mana guru yang menjadi pusat pembelajarannya.
Dari proses modul 1.1 saya mendapat beberapa pelajaran. Pertama, bahwa pendidikan hanya menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat anak. Kedua, Pendidikan tidak boleh statis, harus berkembang sesuai tuntutan zaman. Ketiga, bahwa filosofi KHD merubah pendidikan sesuai kodrat/keadaan, melakukan perubahan sesuai azas trikon (kontinuitas, konvergensi, dan konsentris).
Setelah saya mempelajari modul 1.1 ada beberapa hal baru mengenai diri saya. Sebagai pendidik tugas dan fungsi pokok saya adalah menuntun. Menuntun siswa untuk menebalkan hal-hal positif yang masih samar-samar pada diri murid. Untuk mewujudkan hal tersebut saya harus memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran tersebut benar-benar mengakomodir semua kebutuhan murid.
Sebagai tindak lanjut saya akan terus mempelajari Filosofi KHD. Saya akan mencari referensi tentang filosofi KHD. Bukan hanya teorinya saja, tapi juga bagaimana mempraktikkannya di kelas. Referensi tersebut bisa saya dapatkan dari internet ataupun dari diskusi-diskusi di komunitas. Pengetahuan baru tersebut nantinya akan saya praktikkan di lembaga saya.





Keterangan Gambar:
Gambar 1. Menumbuhkan karakter dengan pembiasaan 5S.
Gambar 2. CGP memewawancarai siswa guna mendiagnosa keadaan awal siswa.
Gambar 3. Pemanfaatan TIK sesuai kodrat zaman.
Gambar 4. Belajar sambil bermain.
Gambar 5. CGP melakukan refleksi dengan rekan sejawat.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ini CGP jadi banyak tulisan lagi Pak. Bu Mimin malah Sdh membukukannya
Alhamdulillah... InsyaAllah Bu
Luar biasa ulasannya, Pak. Salam literasi
Siap... Maturnuwun Bu... Salam