ROSIHAN ARI WIBOWO

Canggah dari Kyai Soleh Lateng. Lare Osing, lahir di Banyuwangi 01 Februari 1986. Tinggal di Jember sejak tahun 2014. SD Al Irsyad Al Islamiyah Banyuwangi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Memoles Bakat Anak Sejak Dini

Memoles Bakat Anak Sejak Dini

Oleh: Rosihan Ari Wibowo, S. Pd., Gr.

UPTD Satuan Pendidikan SDN Wringinagung 01 Kab. Jember

#TantanganGurusiana Hari Ke-5

Sebuah video menarik perhatian saya. Video tersebut diposting oleh Ustaz Yusuf Mansur pada akun instagramnya. Ustaz yang satu ini memang rajin memposting video akun medsos pribadinya.

Tampak gadis kecil sedang berlatih tenis meja. Dengan cekatan ia menghalau bola yang dilancarkan pelatihnya. Sesekali ia melakukan kesalahan dan tidak mampu mengembalikan bola dengan sempurna.

Tak lama kemudian terdengar suara lelaki memarahinya hingga gadis kecil tersebut menangis. Walau dalam keadaan menangis ia tetap menghalau bola yang ditujukan ke dirinya. Saya akui, walau bertubuh mungil gadis ini sangat cekatan. Belum tentu saya dapat melakukannya.

Belasan tahun berselang si gadis mungil tersebut memetik hasil kerja kerasnya sedari kecil. Dialah Chen Meng, peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 asal Tiongkok. Hebatnya, ia meraih emas di nomor tunggal putri di Olimpiade perdananya.

Begitu banyak kisah serupa yang sering kita dengar. Seorang atlet berhasil karena sudah dipersiapkan sejak kecil. Baik skil maupun mentalnya. Tentu saja ada sosok besar yang berperan. Orang tua yang selalu mendukung dan pelatih yang membimbing.

Begitu pula kita sebagai orang tua. Selalu berharap anak kita menjadi orang yang berguna. Baik bagi bangsa maupun agamanya. Karena itu kita sering menemui status serupa dengan kalimat di atas. Apalagi ibu-ibu yang baru melahirkan atau anaknya berulang tahun. Secara tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya durhaka.

Itulah sebabnya, sering pula kita temui orang tua yang mengenalkan agama pada anaknya sejak kecil. Membiasakan anak dengan atribut agama. Anak laki-laki dibiasakan sholat ke Masjid yang perempuan dibiasakan berjilbab.

Begitulah cara orang tua mempersiapkan anaknya. Yang hobi olahraga, akan menyekolahkan anaknya ke salah satu club olahraga. Yang hobi musik, akan mendaftarkan anaknya ke sekolah musik. Yang ingin anaknya menjadi hafidz Qur'an, sedari kecil memondokkan anaknya ke pondok tahfidz. Sah-sah saja bila orang tua mengarahkan buah hatinya sesuai keinginan mereka.

Tiba-tiba ada kaum nyinyirin yang main tuduh. Mereka menuduh orang tua mengekang kebebasan anak. Anehnya, yang mereka tuduh adalah orang tua yang mengarahkan anaknya ke untuk mengenal agama. Terutama jilbab.

Macam-macam tuduhan mereka. Merenggut kebebasan anak-lah, membatasi hak asasi-lah. Padahal kalau mau adil harusnya mereka juga nyinyir kepada orang tua yang mengarahkan anaknya jadi atlet atau seniman. Inilah yang dinamakan standar ganda. Alergi kepada hal-hal yang berbau agama. Semoga bermanfaat.

Glenmore, 05 Agustus 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya, Pak. Salam sukses dan sehat selalu.

05 Aug
Balas

Terima kasih bu.... Sukses dan sehat selalu buat jenengan.

06 Aug

Sangat bermanfaat. Pendidikan karakter harus dibentuk sejak dini. Oleh siapa? Ya tentunya oleh keluarga sebgai madrasah awal bagi putra putrinya. Bravo atas coming back-nya, ya.

06 Aug
Balas

Maturnuwun mbak... Bismillah.. Semoga lancar...

06 Aug



search

New Post