Oleh: Rosihan Ari Wibowo, S. Pd.

UPTD SATDIK SDN Wringinagung 01 Kab. Jember

#TantanganGurusiana Hari Ke-3

Tidak ada yang bisa memberi keselamatan dan kebahagiaan kepada kita, melainkan ketaatan kita kepada Allah. Keadaan senang, susah, dan gembira dipandang baik dan membahagiakan manakala kita mendekat diri untuk selalu taat kepada Allah. Semua perintah-Nya tanpa terkecuali dan tak pilih-pilih.

Banyak kisah yang bisa kita jadikan pelajaran. Bahwa ketaatan seorang hamba kepada Sang Kholiq membawanya kepada keselamatan. Tanpa ada kata "nanti" , tanpa ada kalimat "tak masuk akal". Apalagi mengagungkan logika.

Saat musim kemarau Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk membuat bahtera. Saat itu mereka yang ingkar kepada Nabi Nuh melihat itu sebuah pekerjaan yang menggelikan dan sia-sia. Karena itu mereka mengejek dan mentertawakan. Namun, Nabi Nuh dan pengikutnya tetap melanjutkan proyek tersebut hingga akhirnya banjir benar-benar melanda.

Begitupun Nabi Ibrahim AS. Dengan penuh ketaatan ia jalankan perintah yang sama sekali di luar nalar, apalagi dari segi HAM. Namun, karena ini perintah Allah, beliau jalankan perintah ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Hingga Allah mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba.

Sebelumnya, Nabi Ibrahim meninggalkan Istrinya bersama bayi Ismail di gurun yang tandus. Sebuah perbuatan tidak semestinya dilakukan kepala keluarga. Namun, karena ini perintah Allah, Nabi Ibrahim meninggalkan kedua orang yang sangat dicintainya tersebut.

Tak ada kasih sayang manusia melebihi kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Demikianlah yang dirasakan ibu Nabi Musa. Ketika Firaun dengan pongahnya membunuh setiap bayi laki-laki, Ibu Nabi Musa mendapat petunjuk untuk menghanyutkan bayi Musa ke sungai.

Sebuah pilihan yang sulit. Bagaimanapun tidak ada yang menjamin bayi Musa selamat jika dihanyutkan ke sungai. Qodarullah, pada akhirnya bayi Musa berada di tempat yang paling aman, istana Firaun. Hingga beliau dirawat dan dibesarkan di sana.

Kisah ketaatan tidak berhenti sampai di sini. Ketika Musa dan pengikutnya mulai terhimpit, tak ada lagi jalan keluar. Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut.

Ajaib, lautpun terbelah. Musa dan pengikutnya menyebrang dengan selamat. Sebaliknya Firaun dan bala tentaranya tewas tenggelam setelah laut kembali menyatu.

Ketika mengasingkan diri saat akan melahirkan Nabi Isa, Bunda Maryam berteduh di bawah pohon kurma. Tak lama berselang ia mendapat petunjuk untuk menggoyang-goyangkan pohon kurma tersebut. Sebuah pekerjaan yang secara logika terlihat sia-sia.

Jangankan Bunda Maryam kaum laki-lakipun akan mendapatkan hasil nihil bila melakukannya. Namun, Allah dengan kemurahannya menolong Bunda Maryam yang sedang lapar dengan menjatuhkan buah kurma.

Demikian kisah ketaatan hamba kepada perintah dan petunjuk Allah. Ketaatan yang terlaksana karena keteguhan iman. Ketaatan tanpa kata "tapi" dan "nanti". Ketaatan spontan tanpa menghubungkannya dengan akal dan logika. Tidak seperti ketaatan Bani Israil yang banyak tanya ketika di suruh mencari sapi betina oleh Nabi Musa. Atau ketaatan Bani Israil yang banyak protes begitu mengetahui Thalutlah yang dipilih Allah sebagai pemimpin untuk berperang melawan Raja Jalut yang Zalim. Semoga bermanfaat.

Ngampelrejo, 03 Agustus 2021