Senjata Makan Tuan
Siang itu cuaca sangat cerah. Semilir angin menyapa pepohonan. Dedaunan meliuk-liuk mengikuti irama yang dihembuskan sang bayu. Lurah Burhan pulang ke rumah untuk beristirahat. Wajahnya tampak sumringah. Rasa bangga muncul pada dirinya setelah seminggu yang lalu ia dan pimpinan BPD mengeluarkan aturan baru tentang seragam siswa sekolah.
Salah satu pasal aturan tersebut berisi tentang larangan kepada pihak sekolah, guru, atau orang tua untuk memaksakan model seragam tertentu kapada siswa. Aturan ini menimbulkan pro dan kontra. Dua hari lalu, sekelompok wali murid datang ke kantor lurah. Mereka minta aturan itu direvisi. Mereka khawatir putra putri mereka semaunya dalam menentukan model seragam. Namun, Lurah Burhan menolak protes mereka secara sepihak. Ia beralasan aturan ini sudah menjadi Peraturan Kelurahan, tidak bisa diganggu gugat.
Satu jam sudah Lurah Burhan beristirahat di rumah. Ia bersiap untuk kembali ke kantor. Saat akan mengambil kunci mobil ia dikejutkan suara sepeda motor. Ternyata Lia, anak ketiganya pulang sekolah. Pak Burhan terkejut dengan penampilan anaknya. Lia yang biasa berjilbab kini menanggalkan jilbabnya. Bahkan ia mengenakan atasan tanpa lengan. Saat Lurah Burhan akan menasihati Lia langsung memotong pembicaraannya. "Ingat, Pa! Sekarang papa nggak bisa mengatur-ngatur caraku berpakaian. Sudah ada peraturannya, lho!" ujar Lia sembari meninggalkan Lurah Burhan yang tertunduk lesu.
Ngampelrejo, 22 Februari 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pak lurah memang tidah memikirkan keluarganya yang penting pak Camat senang. Dia bisanya apa?
Betul pak ustadz,,, Kasihan Pak Lurah, anaknya jadi ngelunjak... Hi.. Hi
Keren ceritanya pak, sangat menggelitik, kritikannya halus, memang aturan itu yang sangat kita risukan saat ini, semoga ada revisi dan solusi
Aamiin... Terima kasih bu