Ada teman yang mengajukan pertanyaan. Apa tujuan saya menulis setiap hari. Dia penasaran, mengapa setiap hari saya memosting tulisan.

Bagi saya, menulis itu untuk mengekspresikan perasaan saya. Karena saya adalah tipe orang yang tidak gampang berkeluh kesah (baca:mengeluh). Apalagi gampang membicarakan kejelekan orang lain. Ketika menemui permasalahan, biasanya saya tulis.

Sejatinya bukan itu saja tujuan menulis. Ada yang menulis untuk berbagi/mengajak kebaikan. Ada yang tujuannya meningkatkan personal branding. Ada pula yang tujuannya untuk menghimpun pundi-pundi rupiah.

Untuk tujuan yang terakhir biasanya dilakukan oleh penulis profesional. Karya penulis seperti Andrea Hirata, Asma Nadia, Ust. Salim A. Fillah, akan diperebutkan penerbit. Mereka punya nama, pasti banyak calon pembaca yang rela antre untuk mendapatkan buku mereka.

Semingguan ini saya merasa kagum. Pasalnya beberapa penulis yang tergabung di grup WA dan Facebook penulis MediaGuru merasa senang. Mereka meluapkan kegembiraan lewat status di Whatsapp, Facebook, maupun instagram. Usut punya usut mereka senang karena buku karyanya dibeli perpustakaan nasional.

Sebagian besar dari mereka seakan tidak percaya. Maklum saja, sebagai penulis pemula mereka tidak menyangka karyanya dibeli Perpustakaan Nasional (perpusnas). Karena sejatinya, bukan itu tujuan utama mereka menulis.

Namun, mereka tidak bisa menolak takdir. Karena karya mereka menemukan takdirnya. Karya mereka dibutuhkan oleh perpusnas sebagai bahan bacaan pelajar dan mahasiswa. Karya mereka benar-benar layak jual.

Akhirnya saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan memberi apresiasi. Karena tidak ada asap bila tak ada api. Begitu pula buku-buku yang dibeli perpusnas. Tentu ada perjuangan dari Tim MediaGuru supaya buku-buku tersebut dibeli.

Selamat kepada para penulis. Terima kasih kepada MediaGuru yang selalu dan terus berinovasi.

Banyuwangi, 31 Desember 2022