The Power Of Positif Thinking
Tahun 2009 saya mengikuti tes CPNS. Saat itu saya tidak sendirian, ada beberapa teman kuliah yang juga ikut. Saat itu kami sedang menempuh program S1 PGSD di Unej. Pada tes kali ini kami mendaftar menggunakan ijazah D2 PGSD.
Walau kuliah bersama kami mendaftar di beberapa kabupaten yang berbeda. Ada yang mendaftar di Kab. Situbondo ada juga yang di Kab. Lumajang. Saya sendiri mendaftar di Kab. Lumajang, karena tahun itu Kabupaten Banyuwangi dan Jember tidak mengadakan.
Singkat cerita ketika pengumuman dua teman saya lulus. Yang satu di Lumajang dan yang satu lagi di Situbondo. Salah seorang dari mereka sangat akrab dengan saya. Saking akrabnya saya di-gojloki karena nggak lulus. Sayapun menjawab "InsyaAllah aku lulus setelah punya ijazah S1 dan lulusnya di Kabupaten Jember".
2011 saya lulus S1. Tak menunggu lama 2012 saya mendaftar tes CPNS. Kali ini saya mengikuti di Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Sekali lagi, saya tidak lulus. Bahkan nilai saya tidak keluar.
Sampai akhirnya tahun 2013 ada tes CPNS di Jember. Tidak banyak formasi S1 PGSD yang tersedia. Seingat saya hanya 28 formasi untuk guru SD dengan ribuan pendaftar.
Sejak awal saya optimis, inilah kesempatan terbaik bagi saya. Sama seperti tes-tes sebelumnya. Saya selalu berprasangka bahwa Allah pasti meluluskan saya. Jika memang tidak lulus, pasti ada takdir yang lebih baik untuk saya.
Alhamdulillah, saya lulus. Sesuai dengan gurauan saya kepada sahabat karib saya. Lebih tepatnya sesuai dengan prasangka saya terhadap takdir Allah. Lulus di Jember dengan pendidikan S1 PGSD.
Dalam hidup, beberapa kali saya mengalami peristiwa serupa. Berharap takdir sesuai keinginan saya. Namun Allah memberikan takdir terbaik untuk saya. Karena selalu ada hikmah di balik kegagalan yang saya alami.
Seperti ketika saya mendaftar program guru penggerak angkatan 3. Dari empat tahap tes yang dilakukan, saya tidak lulus di tes wawancara. Padahal itu adalah tahapan terakhir yang harus saya lalui. Sekali lagi, sama sekali tidak ada rasa kecewa dalam hati. Yang ada justru prasangka bahwa Allah lebih tahu mana yang terbaik bagi saya.
Benar saja, tak berselang lama istri terpanggil pada program Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun 2021. Program pemerintah yang pelaksanaannya bebarengan dengan PGP Angkatan 3. Andai saja saya lulus dan mengikuti PGP Angkatan 3, bisa dipastikan kami kewalahan membagi waktu. Secara ada shanum yang masih berusia satu tahun, yang harus dimomong sepanjang hari.
Sekarang saya menjadi peserta PGP Angkatan 7. Program pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru. Sebenarnya masih banyak lagi pengalaman serupa yang saya alami. Kegagalan demi kegagalan yang justru semakin membuat saya selalu berprasangka baik kepada Allah. Jadi, berprasangka baiklah kepada Allah. Karena Allah sesuai dengan prasangka kita.
Banyuwangi, 30 Desember 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar