Rosmalinda Ika Kesumawaty Br. Kemba

profile diri. Lahir ke bumi 6 Desember 1972, Pernah belajar di USU, UMB dan UNIMED. Dari 1994 sd srkarang mengabdi di SMAN 17 Medan. ALUMNI SAGUSABU Medan 1 S...

Selengkapnya
Navigasi Web
Lokakarya Bahagia (2)

Lokakarya Bahagia (2)

Lokakarya Bahagia (2)

#Tagur H-28

Setelah selesai pembukaan lokakarya perdana, Pendamping Praktik yang kami singkat dengan istilah “PETIK” mengarahkan CGP untuk bergabung pada kelompok masing-masing. Suasana berbeda yang saya rasakan. Dalam satu kelompok bergabung dengan guru yang berbeda jenjang pendidikan dan mata pelajaran yang diampu. Saya sebagai guru SMA, berkelompok dengan guru TK, SD dan SMP. Bagaimana belajar dan membelajarkan dengan guru yang berbeda jenjang dan mata pelajaran? Bukankah tahapan pendidikan muridnya berbeda-beda?, saya membatin.

Perkenalan diawali dengan menggambarkan apa yang dibayangkan, dan menorehkannya dikertas yang telah disiapkan pendamping praktik. Peserta berkelompok berdasarkan kesamaan gambar yang dilukiskannya, dan mengambil informasi sebanyak mungkin terhadap hasil karya sahabat baru tersebut.

Saya katakan sahabat baru, karena kami membaur dengan beberapa kelompok yang lain untuk mendapatkan sahabat . Pertemuan dalam lokakarya perdana ini mengajarkan kami menghargai siapa saja. Tak ada beda guru SMA atau guru PAUD, yang dilihat adalah keunggulan dan kelebihan diri sahabatnya.

Bahagia rasanya punya teman yang memiliki kesamaan hobi dan pemikiran suasana perkenalanpun terasa hangat dan akrab. Saya mengabaikan perbedaan jenjang dan mata pelajaran dengan teman sesama kelompok. “Perkenalan seperti ini tentu memberikan suasana bahagia dan menarik jika diterapkan diruang kelas,” saya membatin.

Setelah perkenalan dan memaparkan apa yang kita ketahui tentang “sahabat baru”, kami dipersilakan membuat komitmen kelas. Masing-masing kelompok membuat kesepakan peraturan didalam kelas yang harus dipatuhi oleh semua anggota kelompok. Disinilah merdeka belajar diterapkan, guru (Pendamping Praktik) tidak mendominasi dalam membuat aturan. Guru memberi ruang dan kepercayaan pada anak didiknya (CGP) membuat peraturan kelas untuk disepakati bersama.

Sensasi yang berbeda tentu dirasakan siswa ketika guru memberi kepercayaan atas kemampuan yang dimilikinya. Biasanya semua peraturan ditetapkan guru dan murid harus siap melaksanakannya. Dengan menghargai dan memberikan kepercayaan pada murid tentu akan menambah semangat belajar yang dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya.

Bagaimana seorang guru mengasah kemampuan kognitif murid dengan menerapkan merdeka belajar, juga tergambar dalam lokakarya 0 ini. Kami yang telah dibagi menjadi dua kelompok diberi selembar kertas yang lebar untuk menuliskan kekhawatiran dan harapan dalam menjalani program pendidikan guru penggerak ini.

Kelompok yang terdiri dari enam peserta berkreasi dan bebas menuliskan harapan dan kecemasannya dengan peralatan yang ada, tanpa paksaan dan tekanan.

Kelompok Rurak (Guru Penggerak) menuliskannya bentuk bersusun sedangkan kami dari kelompok Bintang Star membuatnya seperti pohon bercabang dua dengan masing-masing memiliki empat ranting yang berisi harapan dan kecemasan. Namun kecemasan ditempatkan di dahan bawah sebagai tanda bahwa kecemasan harus diredam dengan meninggikan harapan.

Bisa dibayangkan sembilan bulan perjalanan pendidikan Calon Guru Penggerak tentu sangat melelahkan jika tidak disikapi dengan baik. Namun, jika CGP merupakan panggilan jiwa dan dijalani dengan hati yang bahagia tentu akan terasa rugi jika ada kegiatan yang terlewatkan.

Kegiatan lokakarya perdana ini, sungguh sarat dengan hal-hal baru yang bisa diterapkan pada pembelajaran dikelas. Kegiatan yang menyenangkan sehingga perjalanan waktu seharian diruang dingin ber-AC terlupakan.

Sebelum acara penutupan, pendidik praktik memandu kami dalam melakukan refleksi rangkaian kegiatan seharian. Refleksi merupakan kegiatan penting yang sering dilupakan pendidik diruang kelas. Akibatnya pembelajaran yang disampaikan terlewatkan tanpa ada perbaikan kedepannya. Demikian juga kegiatan ice breaking, diselipkan dalam kegiatan disaat peserta sudah terlihat mulai lelah.

Ini menjadi catatan penting bagi saya bahwa dalam setiap kegiatan pembelajaran, pendidik harus melakukan umpan balik dan refleksi terhadap apa yang dilakukan untuk membuat perbaikan pada pembelajaran berikutnya.

Kegiatan lokakarya perdana ini berakhir dengan suasana yang ceria. Selain kegiatannya sarat makna dan menggembirakan tanpa beban, setiap peserta dibekali amplop dari panitia.

Kesan dari lokakarya tujuh yangmerupakan panen hasil karya memberikan sensasi yang berbeda lagi. Kita lanjutkan pada tulisan berikutnya.

Oleh : Rosmalinda Ika Kesumawaty Br.Kembaren, M.Pd

#GuruPenggerak

#GuruPenggerakMenulis

#AksiNyataAgenPerubahan

#Salamliterasi

Riviera, Rumah Literasi, 140222

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post