1974
“Bu hari ini pulang sekolah Bapak langsung undangan ke kampung seberang ya, tolong dandanin Tika dengan baju yang terbaik. Kebetulan yang ngundang Bapak Lurah yang anaknya dulu murid Bapak.”
Mendengar bapak bicara seperti itu, lalu Ibu dandanin aku. Rambutku yang biasa diikat karet gelang, sekarang Ibu tambah dengan hiasan pita berwarna putih. Cocok dengan gaunku yang berwarna putih, gaun kesukaanku, satu-satunya baju terbaik yang aku punya. Karena yang aku ingat, kami dibelikan bapak baju baru kalau mau hari raya.
“Nah sekarang anak Ibu sudah cantik. Kamu tampak seperti anak SD.” Sambil Ibu mencium pipi dan mengelus kepalaku, padahal waktu itu usiaku baru lima tahun.
“Dah Bapak berangkat ya Bu.”
Aku senang setiap hari diajak Bapak ke sekolah. Entah mulai kapan Bapak ajak aku ke sekolah. Yang kuingat, setiap pagi Bapak memboncengi aku duduk di kursi rotan kecil yang bertengger di bagian depan sepeda kumbang Bapak.Bapak tampak gagah dengan sepeda itu. Aku semakin bangga sama bapak, karena selain bapak tampan dan pintar, bapak juga sangat penyayang.
“Tika! Tika! Sini main sama Kak Ela, nih Kakak punya apa nih” Sambil mengacungkan makanan, entah makanan apa karena jaraknya agak jauh, jadi tidak jelas.
“Bohong sama Teh Ani saja, yu jajan ke warung.” Ajak Teh Ani sambil hendak menuntunku.
Dari kejauhan, tampak murid-murid bapak yang lain memanggil-manggil namaku. Semua antusias ingin mengajakku bermain atau sekedar mentraktirku. Begitulah setiap hari murid-murid bapak akan mengajakku bermain atau jajan begitu kami sampai di halaman sekolah.
Dan ketika bapak masuk kelas untuk mengajar, bapak akan mengajakku serta dan menempatkan aku di kursi kosong. Bapak juga memberiku buku dan pinsil agar aku bisa belajar menulis katanya.
Pernah aku bertanya kepada bapak, mengapa aku tidak dimasukkan ke sekolah TK. Karena terus terang kadang aku suka iri melihat anak-anak seusiaku sekolah TK, apalagi setiap hari mau ke sekolah bapak, kami akan melewati sekolah TK. Jawaban bapak,
“Sekolah TK itu, sekolah menyanyi dan belajar menulis. Bukankah kamu setiap hari belajar menulis sama bapak, jadi buat apa sekolah TK? Terus sekolah TK itu sekolah untuk anak-anak yang tidak punya teman, jadi TK itu sekolah bermain, Sedangkan kamu, bukankah dengan ikut Bapak ke sekolah kamu jadi banyak teman?”
Setelah kejadian itu aku tidak pernah mempermasalahkan aku harus sekolah TK atau tidak. Bagiku, aku senang ikut bapak ke sekolah setiap hari. Lebih senang lagi karena perutku kenyang, tas dan tanganku penuh dengan makanan.
Sepulang sekolah, benar saja bapak mengajakku ke undangan ke kampung seberang. Disebut kampung seberang, karena medan menuju kampung tersebut benar-benar harus menyeberang sungai yang dipenuhi batu-batuan yang besar, sehingga bapak harus rela menjinjing sepeda dan menggendongku sambil melompati batu-batuan itu. Beruntung tidak ada hujan di hulu, sehingga debit airnya kecil, terbukti bapak hanya menggulung celana panjangnya tidak lebih 20cm. Pada masa itu pembangunan belum merata, jadi insfrastruktur jembatan sebagai penghubung desa belum tersedia. Aku kagum sama bapak, bapak nampak kekar, tidak ada ketakutan yang terpancar di raut wajahnya. Akhirnya kami selamat sampai di seberang.
"Eh Pak Guru, terima kasih sudah datang, ayo silakan cicipi hidangannya Pak." Sambut Tuan rumah sumringah. Semua keluarga Bapak lurah itu menyambut kami, sampai-sampai kami dioleh-olehi makanan yang banyak ketika kami mau pulang.
Begitulah bapak. Di kampung kami, pada masa itu, guru adalah sosok yang dihormati. Setiap orang yang hajatan dari kampung seberang, kampung lain yang agak jauh pun pasti mengundang bapak. Dan bapak, selagi sehat dan tidak ada aral melintang, bapak selalu datang memenuhi undangan.
Dan sekarang aku jadi kangen dengan masa kecilku, kangen dengan ibu dan bapak yang selalu menyayangiku. Semoga ibu dan bapak dikumpulkan di tempat yang terbaik di sisi-Mu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ceritanya mengalir dg indah..jd penasaran lanjutannya..
Terima kasih Bunda Edit. Terus terang saya tadi sempet bingung mau nulis apa. Untung saya ingat kenangan dulu sewaktu masih kecil. Terima kasih supportnya.
Bagus bu
Terima kasih bu supportnya
Dah kehabisan ide. tolong masukannya ya temanteman