Apakah Guru Tak Boleh Lalai?
Guru Bukan Begal Motor!!!
Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Ketua Pengurus Besar PGRI)
Demikian judul kiriman yang masuk ke whatsapp grup dari teman SPG dulu. Judul dengan tampilan foto sungguh menyayat hati. Foto dengan kepala plontos dan kaos oren, kaos seragam pesakitan atau narapidana, dengan kaki telanjang. Hatiku pedih, sakiiiittt tak terperikan. Betapa tidak guru yang berprofesi sebagai pendidik, yang memiliki jargon “digugu ditiru”, kini tampil dengan sangat melukai hati kami, hati para guru di Indonesia. Foto tersebut seolah menunjukkan pesan, bahwa guru diperlakukan tidak baik sebagai pesakitan, sedangkan pesakitan yang bertitel “koruptor”, sering kami lihat di televisi-televisi tak plontos kepalanya, malah sering melambaikan tangan dengan senyum tersungging dengan PD nya ketika diwawancara media. Tentunya mereka masih beralas kaki, dan meskipun berseragam baju pesakitan warna oren, tapi kelihatan lebih berklas, karena dibuat seperti rompi atau jaket.
Tulisan ini dibuat, tanpa bermaksud untuk membela atas kelalaian yang diperbuat oleh Pembina pramuka dan Bapak Mabigusnya, karena secara pribadi saya juga turut menyesalkan kejadian yang sudah membawa maut 10 siswa yang mengikuti kegiatan Susur Sungai Sempor itu, Malah saya juga ikut menyoroti masalah ini dengan mengirim tulisan ke Gurusiana, pada 22 Februari 2020 dengan judul “Menyoal Kegiatan Pramuka Susur Sungai yang Merenggut Korban Jiwa”. Waktu itu saya mempertanyakan apakah rasio jumlah peserta dengan jumlah pembina, sudah seimbang?
Tetapi walaupun bagaimana, guru bukanlah malaikat, yang selalu sempurna melakukan kebaikan, tanpa cacat sedikitpun. Begitu pula guru juga bukan syetan yang selalu salah, tanpa kebaikan sedikitpun. Guru adalah manusia biasa, meskipun profesinya sebagai pendidik menuntutnya sempurna. Sekali lagi ini bukan pembelaan atas kealalaiannya, tetapi tuntutan kepada kepolisian, untuk bersikap seimbang. Ini semua terkait foto yang kami dapatkan, kami ingin mempertanyakan kepada pihak kepolisian yang memberi tindakan kepada para pelaku, mengapa memberi perlakuan yang berbeda antara para koruptor dan guru?
Pantas saja judul di atas yang ditulis Bapak Dudung Nurullah Koswara “Guru Bukan Begal Motor!!!” sangat mencolok, karena perlakuan dengan cara menggunduli kepala, dan telanjang kaki biasanya dilakukan kepada residivis, pelaku curanmor, begal, perampok, dll.
Tidak dipungkiri, 10 nyawa yang sudah jatuh, tidak bisa dibangkitkan, tentu. Sudah pasti akan menyakitkan keluarga yang ditinggalkan. Untuk itu, atas nama guru, kami mohon maaf, Namun perlakuan serendah itu kepada para tersangka “kelalaian” benar-benar terasa menyakitkan bagi kami, hingga meluluhkan profesi kami sebagai guru yang di masyarakat ada pada level klas yang dihormati. Saya jadi ingat guru zaman dahulu, pada masa kolonial. Murid saat itu memanggil guru dengan sebutan “Juragan Guru”. Saya menyampaikan ini, bukan berarti ingin diperlakukan jadi manusia super, tapi lebih kepada ingin menunjukkan bahwa guru layak untuk “digugu dan ditiru”, bahwa guru masih menjadi orang yang disegani dan dihormati, minimal oleh murid-muridnya. Sehingga kalau sudah begini, murid belajar akan berhasil, karena murid mencintai dan menghormati sosok pendidik dan pengajarnya, yaitu “guru”. Akankah masih berkumandang nyanyian bagi guru dengan syair
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sabagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa
Kalau boleh saran, ke depan untuk kegiatan serupa supaya memperhatikan faktor cuaca, rasio pembina dengan siswa, kemampuan siswa dalam berenang, dan penguasaan medan bagi para pembina. Semoga dengan pembenahan ini tidak akan ada lagi korban jiwa.
Keterangan gambar diambil dari: http://ayoyogya.com/read/2020/02/25/38685/tak-ikut-susur-sungai-sempor-p
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantaaap..tulisannya. keren abiis
Makasih Bunda Edit supportnya
Bagus bu
Terima kasih Bunda Trisna Sesriyenti. Salam kenal dari Bogor