Dusun Tempatku Mengajar
Untunglah peristiwa batal bekerja di Bandung tidak diketahui oleh anak didikku. Karena jarak tempat tinggalku dengan tempatku mengajar lebih kurang 16 km. Demi bekerja di Bandung, kukembali ke rumah orang tuaku di pusat kota kabupaten. Meninggalkan dusun terpencil tempat menyimpan semua harapan. Ya, harapan anak-anak kecil yang biasa bertelanjang kaki ke sekolah, lantaran sepanjang jalan menuju sekolah adalah pematang sawah yang kadang-kadang masih basah bekas dicangkul pemiliknya, harapan anak-anak kecil yang pergi ke sekolah cukup satu buku tulis dan pinsil tanpa wadah yang bernama tas sekolah. Harapan anak-anak kecil yang tidak pernah menuntut sekolah untuk apa, sampai kapan dan jadi apa?
Itulah dusun yang kini kurindukan untuk kembali memeluknya. Sebuah dusun sepi, karena sedikit rumah. Jika dihitung satu dusun tak sampai 40 rumah. Setiap dusun atau kampung dikelilingi hektaran pesawahan. Jadi semua aktivitas antar kampung, pasti akan melalui wilayah sawah yang luas. Kehidupan penduduknya pun sederhana. Sehari-hari hanya berkuat dengan sawah dan sawah, baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda. Jadi jangan heran jika musim panen tiba, banyak anak tidak masuk sekolah dikarenakan harus membantu orang tuanya bekerja di sawah. Begitu pula ketika tiba masa musim tanam padi. Biasanya anak perempuan dikaryakan dengan mengasuh adiknya di rumah sementara orang tuanya ke sawah, dan bagi anak laki-laki, sejak kelas 5 SD sudah mulai dilibatkan mencangkul sawah.
Bicara perempuan dan laki-laki muda, single, di sana sangat jarang. Karena tradisi di sana, jika anak perempuan sudah dikunjungi oleh teman laki-laki, dianggap sudah matang, jadi boleh dinikahkan, tidak pandang bulu berapa usia mereka saat itu.
Pernah muridku yang baru kelas 4, tiba-tiba diberhentikan sekolahnya. Selidik punya selidik, ternyata si anak sudah siap untuk dinikahkan. Orang tua di sana tidak mengerti tentang apa itu kesehatan ibu hamil dan menyusui, bagaimana cara menyusun gizi seimbang supaya anak sehat, bagaimana menjaga anak supaya tumbuh kembangnya bagus dan proporsional. apalagi kalau ditanya tentang parenting. Yang mereka tahu, adalah ada kebanggaan ketika anaknya kecil-kecil sudah dilamar orang. Maka jangan heran kalau usia 15 tahun ada yang sudah menjanda sampai dua kali, dan memiliki anak 2 pula.
Tradisi mencari jodo ini, biasanya dilakukan melalui dua cara. Cara yang pertama, melalui perjodohan antar orang tua, dan cara kedua melalui kenalan langsung atau dikenalkan oleh teman. Cara kedua ini, dianggap paling jitu, karena biasanya acara hajatan digelar sangat meriah, sampai mengundang kenalan dan teman yang berbeda kampung. Dan yang dinanti masyarakat adalah hiburannya. Maklum pada saat itu belum ada televisi. Jadi hiburan seperti tayangan film layar lebar pada layar tancap. Kliningan, wayang golek yang di gelar di malam hari, akan sangat dinanti, dan pasti dipenuhi oleh muda-mudi, karena bagi mereka, hiburan adalah ajang untuk mencari kenalan plus mencari jodoh dari berbagai kampung atau dusun.
Definisi muda-mudi di sana, rata-rata kalau laki-laki maksimal usia 17 tahun, dan kalau perempuan usia 15 tahun. Nah, bagi yang muda-mudi menemukan pasangan, maka si laki-laki akan mengantar gadisnya pulang, karena jalanan menuju rumah sang gadis sepi dan gelap. Jadi kalau berangkat dan pulang nonton, mereka akan selalu berbondong-bondong.
Bagi orang tua yang anak gadisnya diantar oleh teman laki-lakinya, akan merasa girang, karena mereka merasa anak gadisnya sudah cukup dewasa. Dan setelah mengalami masa perkenalan yang tidak terlalu lama, biasanya mereka menikah.
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wah, pengalaman yg bagus bu ros
Ya Bun, pengalaman yang sangat menyedihkan
Berarti ratarata dulu seperti itu ya. Nasibnya ya mereka hidup dengan kawin cerai, gontaganti pasangan seperti biasa
maksudnya seperti sudah biasa, jadi dianggap lumrah
Jadi penasaran bagaimana nasib mereka sekarang pernikahan bertahan atau putus di tengah jalan soalnya kasus yg aku hadapi waktu SD sama, banyak teman yg dinikahkan usia muda,e pas ketemu sekarang rata rata dah dicerai suami, tragis banget ya habis manis sepah dibuang
Ya bnr. Tapi sekarang slhamdulillah sdh byk yg melanjutkan srkolah