Kabur
“Pak, Pak, Paaakkk!”
“Apa Bu, kok Ibu teriak-teriak sih, malu Bu sama tetangga?” Bapak yang baru pulang dari sawah, tergopoh-gopoh sambil segera menyimpan cangkul di samping rumah.
“Tika, Pak, Tika hilang” Sambil memegang secarik kertas, yang sebagian kertasnya sudah basah terkena air mata.
“Lho Ibu kok nangis? Apa buktinya kalau Tika, anak kita hilang?”
“Ini Pak, baca surat ini!”
“Assalaamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ibu, Bapak, ketika Bapak dan Ibu membaca surat ini, Tika sudah tidak ada di rumah ini. Jangan cari Tika. Tika tidak jauh kok. Insyaallah setiap hari Sabtu sepulang sekolah, Tika akan pulang ke rumah. O ya, maaf tadi Tika ambil uang di saku celana Bapak Rp 2.500,00 yang menggantung di kastop. Uang tersebut Tika akan pergunakan untuk biaya sehari-hari selama di pesantren, o ya Bu, Tika juga ambil beras 3 liter. Maafkan Tika sudah bikin Ibu dan Bapak kecewa, mungkin kesal juga. Tolong maafkan Tika, karena kata Pa Ustadz, ridho Allah ada pada ridho orang tua. Dan doa orang tua selalu dikabul Allah SWT. Maka dari itu, doakan Tika selalu ya, semoga berhasil dalam menuntut ilmu.”
Salam Bakti,
Mustika
“Bagimana Pak, lha Bapak kok malah bengong?”
“Bapak ga nyangka saja Bu, kok Tika baru kelas 2 SMP sudah seberani itu memperjuangkan cita-citanya. Dia memang keras kepala. Kalau sudah A ya A, ga bisa diganggu gugat.” Kata bapak.
“Ya ini semua gara-gara Bapak. Coba kalau dari awal ketika Tika minta izin untuk pergi menimba ilmu di pesantren Bapak izinkan, tidak akan begini kejadiannya. Sekarang kita bingung dia pergi ke pesantren mana coba” Jawab ibu setengah berteriak dengan tetap derai air mata tidak berhenti.
“Lho kok nyalahin Bapak. Bapak larang Tika pergi pesantren, karena Bapak khawatir dia tidak bisa membagi waktu antara belajar di pesantren dengan di sekolah. Apa Ibu mau tanggung jawab kalau nilai-nilai Tika turun, apalagi Tika sekolah di SMP favorit, bisa-bisa Dia ....”
Tiba-tiba ibu motong kalimat,
“Bapak ingat ga bagaimana semangat Tika kalau pergi mengaji? Ibu masih ingat ketika Tika berumur 6 tahun dan sore itu hujan besar, deras banget, tetapi Dia tetap berangkat. Bapak tahu kan jarak rumah kita ke surau itu hampir 1 km, terus menurut pengakuan Tika sepanjang jalan Dia mengajak teman-temannya untuk pergi mengaji, namun Tika gagal mengajak temannya ke pengajian.
Ternyata, perjalanan yang dilalui Tika dengan susah payah, sampai-sampai basah kuyup semua pakaiannya, begitu tiba di pengajian, tidak ada yang datang seorang pun, termasuk guru ngajinya. Yang bikin Ibu terharu, Dia cerita sama Ibu kalau kain yang dipakainya itu melorot, akhirnya Dia mencari batang pisang, lalu ditariknya sedikit demi sedikit dan dijadikannya ikat pinggang. Belum lagi, sandal jepitnya putus Pak. Akhirnya Dia pulang ke rumah tanpa alas kaki. Beruntung tidak menginjak duri atau beling.”
“Ya sudah Bu ceritanya, jangan diteruskan, Bapak sangat paham dengan tekad anak itu. Sekarang Bapak mau mandi, terus shalat baru kita sama-sama cari Tika dengan menelusuri pesantren-pesantren yang ada di kota ini.”
Bersambung
‘
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Waduh bersambung... jgn lama ya he he ...keren
he he makasih Bunda Fathoyah
Baru baca di tanggal 1 Februari. Seru!
He he. Mkasih Bunda Nurli Yanti
Seru bu
htr nuhun Bu Yolla
Wah jd penasaran nih lanjutannya
Terima kasih Bunda Suhaeni.