Rahimku
Bagi wanita tidak memiliki rahim adalah malapetaka. Karena dari rahimlah Allah titipkan janin sebagai buah cinta sebuah pernikahan. Bahkan kehadirannya menjadi pengikat pernikahan. Itulah sebabnya kehadiran sang anak sangat dinantikan, bahkan sepasang suami istri yang belum memiliki keturunan, akan memperjuangkan untuk mendapatkannya, dengan cara apapun, sehingga banyak rumah tangga yang bubar lantaran sang istri tidak mampu memberi keturunan. Untunglah aku sudah dikarunia 3 orang anak, satu laki-laki dan dua perempuan.
Namun ketika vonis dokter yang menyatakan rahimku harus diangkat, sontak aku kaget. Dan aku tolak, aku sangat takut. Wah pikiranku sudah jalan-jalan ke mana-mana. Mendengar kata operasin saja, aku merasa ada pada posisi antara hidup dan mati.
“Dokter saya sakit apa, terus apa tidak ada jalan lain, selain harus diangkat?” Tanyaku pada dokter penasaran.
“Ibu terkena miom, sudah 7cmx12cm. Maka dari itu harus diangkat, sebab ini berbahaya.” Sambil dokter memperlihatan hasil USG.
“Kira-kira berapa biayanya Dok?”
Mulai tahun 2008 ini harganya kurang lebih sekitar 8 jutaan Bu.”
Ok Dok. Terima kasih infonya.” Hatiku berkecamuk, antara ikuti saran dokter atau tidak. Dari mana aku dapatkan uang sebanyak itu? Akan selamatkah aku kalau dioperasi? Ah pikiranku semakin melayang jauh, kalau aku meninggal, bagaimana nasib anak-anakku, jangan-jangan mereka dibesarkan oleh ibu tiri.
Karena aku sudah memutuskan tidak mau operasi, maka atas saran suami, akhirnya aku putuskan berobat ke alternatif. Bahkan sempat berobat ke dua orang dengan metode pengobatan herbal, tetapi tidak berhasil. Untunglah aku mendapat info pengobatan dengan metode tenaga dalam plus obat herbal. Alhamdulillah hanya 4x berobat, miomku yang tadinya menonjol di perut, sudah tidak teraba.
Alhamdulillah, aku bisa labrak pantangan terapis. Diantaranya baso, yang sebelumnya sudah berhasil kustop, sekarang aku merasa merdeka untuk menikmatinya kembali.
Namun hanya setahun menikmati bebas dari rasa sakit ketika menstrurasi, rasa sakit itu kini mulai lagi. Setiap datang bulan, aku akan merasakan sakit yang tak tertahankan, ditambah darah yang keluar banyak, sampai aku harus izin pulang ketika mengajar.
Akhirnya setelah itu, hampir satu hari dalam satu bulan, aku izin mengajar tidak penuh, bahkan kadang sampai tidak masuk sekolah lantaran sakit yang hebat. Kalau sakit seperti itu, berarti darah belum lancar. maka aku akan merasakan rasa sakit, mulas, perih persis seperti mau melahirkan. Siklus menstrurasi pun tidak normal, karena lamanya datang bulan bisa sampai 26 hari. Jadi hanya 4 hari aku merasakan shalat dengan nyaman.
Tiba-tiba pada suatu hari,
“Ma, tolong pijit, perut saya kok sakit seperti ada yang mengganjal ketika jongkok atau membungkuk, terus saya juga merasa mual-mual. Saya khawatir saya hamil lagi.” Tanya saya sama “Ma Beurang”.
“O ya Neng benar ini mah hamil, sudah lima bulan malah.”
“Ah masa Ma, baru dua hari yang lalu beres haid, masa hamil?”
“Eh jangan salah Neng, ada kan orang yang ments tapi hamil.” Jawab Ma Beurang.
“Subhanallah aku kaget, masa sih aku hamil, kalau iya, kehamilan yang berisiko, karena usiaku sudah 40 tahun.
Bersambung.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ini serius cerita Bunda..wah selamat ya Bun..
Ini serius, tapi tunggu lanjutannya Bun, he he
Seru and serem bunTakut...
Ya Bun, Makasih,
Seru sekali! Ditunggu lanjutannya yaa
Makasih Bunda Nurli Yanti. Insyaallah
Alhamdulillah... Semua ujian pasti ada hikmahnya
Insyaallah. Aamiin yra