#Tulisan ke 155

Si Cantik yang Dulu Terabaikan

Setelah terjatuh dari ketinggian 154, berhenti menulis untuk beberapa waktu. Hari ini ada rasa rindu untuk melanjutkan merangkai kata, menyulam kalimat demi kalimat,hingga tertata menjadi hidangan yang bisa disantap oleh mata dan dirasa oleh batin, para pecinta literasi.

Saya tertarik menulis tentang si cantik yang dulu terabaikan, kini menjadi primadona bunda-bunda pencinta bunga. Mutiara gold, sejenis semak atau rumput yang kata suami saya, banyak tumbuh di padang luas. Oleh banyak orang, dimasukkan dalam kategori rumput liar, yang mungkin hanya menjadi santapan hewan.

Namun siapa menduga, kini ia menjadi primadona bunda-bunda.Dicari untuk dijadikan koleksi tanaman hias, berjejer di antara tanaman hias lainnya.

Yang terlintas dalam pikiran saya saat mengamati rumput cantik ini, betapa Allah punya cara meninggikan derajat makhluknya. Dengan membekali bulatan-bulatan berwarna kuning emas pada setiap ujung batangnya, itulah yang menjadikannya kemudian dilirik orang, hingga menjadi buruan para pecinta bunga saat ini. Maha Kuasa Allah dengan segala ciptaannya.

Kita, manusia, tentu saja diciptakan oleh Allah dengan segala kemuliaannya. Sebab bukankah manusia adalah makhluk yang paling mulia. Pertanyaannya adalah, sudahkan kita memantaskan diri kita layaknya manusia yang mulia ? Sesuai hakikat penciptaan kita ?

Atau jangan-jangan kelakuan kita justru lebih hina dari binatang ? Lebih jahat dari iblis laknatullah ?

Sebuah renungan yang tidak perlu dijawab. Cukup kita buktikan, bahwa kita memang layak menyandang gelar manusia yang diciptakan oleh Allah dengan segala kumuliaan di antara makhluk Allah yang lain.