Di masa pandemi ini perlukah ada kriteria untuk kenaikan kelas? Kalimat ini menjadi pertanyaan dalam hati ibu Nana. Ia melihat hasil belajar yang sangat menurun di semester 2 ini. Jika mengikuti peraturan yang ada, akan banyak siswanya yang tidak bisa naik kelas. Memang kriteria kehadiran di peraturan yang ditayangkan dalam presentasi rapat hari ini tidak ada kriteria kehadiran untuk naik kelas. Pada tahun lalu semua siswa bisa naik kelas, meski ada yang tidak mengirim tugas dan hadir mengikuti BDR. Entah dari mana nilai tugas itu sudah muncul.

Salah satu kebiasaan yang dilakukan para siswa, yang malas mengikuti BDR dan mengerjakan tugas adalah melengkapi dan menyelesaikan semua tugasnya selama ini di akhir-akhir batas waktu. Namun ada juga beberapa siswa yang tetap bertahan tidak mengerjakan tugasnya sama sekali. Dengan alasan ekonomi, kesehatan dan lain-lainnya, akhirnya semua anak yang bermasalah dalam belajar itu dinaikkan. Setelah melewati masa kenaikan kelas dari hasil keputusan rapat guru, ada beberapa dampak atau reaksi yang diambil oleh para siswa itu.

Sebagian siswa yang seharusnya tidak naik, merasa bangga bisa naik kelas di masa pandemi tahun lalu. Kelompok siswa ini sebelumnya direncanakan tidak naik kelas, karena masalah kehadiran dan tidak mengerjakan tugas atau mengikuti penilaian harian. Mereka beruntung bisa naik kelas dengan adanya kebijakan sekolah yang memaklumi kondisi pandemi saat itu. Lalu sebagian siswa ini ada yang tetap meneruskan kebiasaannya yang kurang baik. Sebaliknya ada yang mensyukuri kesempatan naik kelas ini dengan bertobat merubah kebiasaan jeleknya yang malas membuat tugas menjadi rajin belajar. Sekali lagi Ibu Nana hanya bisa merenung dalam hati, perlukah ada kriteria kenaikan kelas di masa pandemi.

Sumber gambar : https://www.pendidikanalmun.com/2018/09/contoh-sk-kriteria-kenaikan-kelas-dan.html

Tantangan menulis hari ke 158, Rabu, 9-6-2021