Bu Syifa bercerita tentang anak lakinya yang memiliki sifat kritis. Sebut saja nama anak itu adalah Bento. Bento duduk di kelas delapan tahun ini. Ia menjadi salah seorang murid di sekolah Butet sejak kelas tujuh. Bento dengan sifat kritisnya itu dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Prestasi belajarnya selama ini cukup baik. Ia selalu menduduki rangking tertinggi. Peran orang tuanya yang tak pernah berhenti mendampingi dan memperhatikan semua kegiatan belajarnya dengan baik. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan Bento ada hubungan dengan peran orang tuanya.

Bu Syifa, mama Bento mempunyai sedikit kekuatiran tentang sifat anaknya yang kritis. Ia kuatir anaknya yang banyak bertanya ini dan sering memberikan pendapat, komentar atau saran kepada para gurunya, dapat mengakibatkan perasaan yang tidak enak pada diri mereka. Ibu Syifa menyampaikan kan curahan hatinya kepada wali kelasnya dan memohon maaf atas sikap anaknya yang kritis. Saat Butet mengajar Bento, ia senang terhadap sikap Bento yang kritis, terbuka, dan aktif. Sifatnya ini banyak membantu dirinya dalam memberikan feedback, misalnya, saat link form atau absensi tidak bisa dibuka.

Perlukah sikap kritis dikembangkan? Memang tidak semua orang mau atau sanggup menerima kritik. Meski kritikan itu sendiri sebenarnya bermanfaat dan dapat membangun seseorang. Ada beberapa manfaat sifat kritis yang dimiliki seseorang diantaranya. Pertama, seseorang yang bersifat kritis, ia akan mudah mengambil keputusan yang tepat pada saat diperlukan. Kedua, ia dapat menjadi seseorang yang berkarakter. Ketiga, siswa yang berpikir kritis mampu melihat belajar dengan cara pandang yang berbeda. Pada umumnya siswa yang kritis adalah mereka yang pandai di kelasnya.

Sumber :

https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/3-hal-yang-perlu-diketahui-tentang-berpikir-kritis

Tantangan menulis hari ke 197, Minggu 18-7-2021