Ibu Ani harus mengisi nilai rapor mid semester untuk enam kelas yang diajarnya. Ia sudah menyiapkan daftar nilai rapor tiap KD. Nampak baru sebagian kelas sudah dibuatnya di daftar nilai di e-rapor. Tetapi sebelumnya ia sudah menyiapkan daftar nilai di form aplikasi nilai yang sudah dimilikinya. Ia tinggal mendownload atau membuatnya secara manual untuk di kirim ke e-rapor. Tetapi masih ada saja siswa yang nilai rapornya masih kosong. Nilai yang kosong itu bukan hanya nilai tugas, tetapi juga nilai PTS. Ibu Ani mulai berusaha dengan berbagai cara agar siswa-siswa yang mendapat nilai kosong ini, segera menindaklanjutinya.

Adalah Endri, siswa yang sudah duduk di kelas delapan. Ia belum melakukan PTS. PTS yang dibuat dalam bentuk form sudah tertera di google classroom. Namun , PTS itu sampai sekarang belum juga dikerjakannya. Ibu Ani sudah memberikan solusi kepadanya agar ia segera mengikuti PTS susulan. Tetapi ia belum juga menanggapi pesan yang yang dikirim oleh guru mapelnya yang berisi tentang hal itu. Endri hanya bisa mengeluh,” Aduh, maaf ya Miss, saya tidak punya kuota.” Berbagai alasan bisa muncul saat ia tidak bisa mengikuti dan mengerjakan penilaian apapun, mulai dari penilaian harian hingga PTS.

Ibu Ani memintanya untuk datang sekolah dan mengerjakannya PTS secara manual dan mandiri. Itulah yang biasa dilakukannya. Ini tidak hanya terjadi pada Endri, anak-anak lainnya juga mengikuti cara ini, jika mereka mengalami kendala dalam kuota. Namun sangat disayangkan jika kuota yang dipakainya habis, tidak bisa untuk mengerjakan PTS dengan form. Alasan kuotanya habis dipakai hanya untuk bermain game dan untuk yang lainnya yang tidak ada hubungan dengan pelajarannya di sekolah. Begitulah kesimpulan sementara yang ibu Ani rasakan saat menanyakan apa saja yang dilakukan saat ia punya kuota di HPnya.

Sumber :

https://smkn6solo.sch.id/2020/10/11/susulan-ulangan-tengah-semester-uts-kelas-x-xi-xii-tahun-pelajaran-2020-2021/

Tantangan menulis hari ke 271, Kamis, 30-9-2021