Mbak Wati disuruh belanja oleh ibu Butet ke sebuah toko swalayan yang tidak jauh dari rumah. Bagi toko swalayan, Ibu Butet adalah salah satu pelanggan setia di toko itu. Namun kali ini ia tidak perlu repot lagi kesana. Ada pembantu yang baru seminggu di rumahnya. Ia mengajarkan banyak sekali tentang hal-hal di rumah itu, mulai dari memasak, mencuci , belanja dan lainnya. Ia senang dengan kehadirannya di rumah itu. Mbak Wati termasuk orang yang rajin dan jujur bekerja.

Kali ini ia diminta untuk membeli beberapa pesanan barang di toko swalayan itu. “Ini uang seratus ribu dan daftar pesanannya, jika Wati mau beli sesuatu untuk kebutuhan kamu, pakai uang ini ya,” demikian perintahnya kepada Wati. Ia juga mengingatkan agar tidak lupa meminta struk belajaannya. Sesampainya di rumah mbak Wati menceritakan kalau ia tidak diberikan struk dari toko swalayan itu. Lalu Butet mengajarkan cara solusi jika belanja tidak memberikan struknya. Sang pembantu menyerahkan uang kembali belajaannya kepadanya. Bermaksud untuk mengajarkan kejujuran, Mbak Ina dan Butet kembali ke toko swalayan yang barusan ia belanja.

Sesampainya di sana, Ia meminta kasir menjelaskan alasannya tidak memberikan struk belanjaan kepada mbak Wati. Saat diskusi, nampak sang Kasir terbata-bata berbicara. Ia baru sadar kalau mbak Wati punya majikan yang kritis. Butet menasehati sang pegawai agar jangan memainkan orang yang baru dan jujur seperti mbak Wati, dengan harga yang tidak sesuai dan tidak memberikan struk. Mungkin tadi sang pegawai merasa berhasil menipu orang baru seperti mbak Wati. Ternyata akhirnya, penipuan mereka ini tidak berhasil. Kasir itu akhirnya meminta maaf. Butet tidak tega melaporkan peristiwa ini kepada pemilik toko swalayan itu. Di hatinya masih ada rasa kasihan, karena akibat pengalaman ini, tentunya mereka bisa kehilangan pekerjaannya.

Sumber gambar

https://dpmptsp.batam.go.id/2019/04/29/izin-usaha-toko-swalayan-iuts/

Tantangan menulis hari ke 264, Kamis, 23-9-2021