Air mata terakir
Sehabis sholat zuhur, aku melanjutkan dengan berzikir . Subhanallah 33X, alhamdulillah 33x dan allahuakbar 33x. Kemudian aku menenggadahkan tangan kepada sang khalik seraya berdoa.
"Kring... Kring... Krung..."
Tiba tiba hpku berbunyi
"Abang dimana?"
Tak biasanya istriku menelfon dengan suara seperti itu
"Abang di sekolah dek.."
aku menjawab santai
"Abang pulang jam berapa.."
Tiba tiba nada suaranya tidak seperti biasanya
"Adek kenapa"
Aku bertanya dengan cemas, takut terjadi sesuatu dengan istriku.
"Ngak ada bang... Abang cepat pulang ya..."
Suaranya semakin beda, sepertinya dia menangis, dia menghela nafas yang panjang seolah ada sesak di dadanya yang ingin dia katakan.
"Adek kenapa sayang...?"
Aku bertanya dengan sangat cemas. Apa yang terjadi dengan istriku...? Apakah dia baik baik saja...?
"Ngak ada... Abang hati hati pulang ya...? Jangan ngebut...? Asslamualaikum."
Dia langsung menutup telfon. Hati ini mulai merasakan sesuatu hal ganjil. Tidak bisanya istriku menutup telfon seperti itu.
Jam baru menunjukan 14.00. Tapi aku sudah mulai gelisah, rasanya aku tidak bisa menunggu jam 3 untuk finger. Kalau terjadi sesuatu dengan istriku, aku akan menyesal seumur hidupku.
"Brummm..."
Aku langsung tancap gas tanpa harus memikirkan finger. Sekarang aku hanya memikirkan istriku.
Motor vixenku melasat dengan kecepatan tinggi. Ini kali ke 3 si manis (sebutan motor vixen) di uji ketangguhanya.
Pertama waktu terjadi ledakan gas di tempat kerja izzah istriku. Kedua waktu irham terinjak bara api (artikel sebelumnya). Kali ini simanis lagi lagi menunjukan kalau dia masih bisa di andalkan. Dia meliuk liuk menembus kemacetan jalan padang panjang ke bukit tinggi.15 menit aku sudah samapai di bukittinggi.
Setiba di rumah, aku langsung menuju kamar. Aku mendapati istriku sedang menangis di kasur.
"Ada apa sayang...."
Aku menyentuh kepalanya dengan rasa sayang
"Abang...."
Dia langsung terbangun dan memeluk tubuhku dengan se kuat kuatnya. Airmatanya langsung meleleh, suaranya parau meraung di dadaku. Aku hanya diam, aku tidak bertanya apa apa.
"Menangis lah dek... Menangislah sepuasnya"
Aku tahu ketika wanita menangis dia tidah butuh penjelasan. Tapi yang dia butuhkan adalah dada untuk menumpahkan seluruh sesak di dadanya.
Aku hanya mengusap kepalanya sampai tangisan itu reda.
"Ada apa sayang...?"
Aku baru mulai bertanya
Dia duduk sambil mengusap air matanya.
"Bang irfan bang..."
Dia mulai bercerita.
"Ada apa dengan bang irfan?"
"Dia meninggal bang"
"innalillah..."
Aku bagai mendengar petir di siang hari. Irfan adalah suami dari tika. Dia sahabat istriku sejak SMA. sudah seminggu dia di rawat di rumah sakit tempat istriku bekerja. Dia sakit jantung, namun dia sudah di perbolehkan pulang. Kondisinya sudah jauh membaik.Tika juga sudah mulai masuk bekerja karna seminggu izin menemani suaminya.
Pagi ini istriku visite di poli jantung. Sebuah rumah sakit terbesar di bukit tinggi. Dia melihat dokter dan perawat sudah berkumpul di kamar irfan. Dia masuk ke sana dan melihat irfan sudah jatuh pingsan. Istriku langsung menelfon tika.
"Tik kamu dimana..."
"Iya zaah... Tika dah jalan ke rumah sakit"
"Cepat ya.."
Kemudian istriku menutup telfon.
Terlihat perawat memasang peralatan canggih di pasang di tubuh irfan, monitor setiap detik selalu berbunyi dengan lampu warna merah selalu berkedip. Detak jantung irfan mulai menurun. beberapa kali dada irfan di pompa oleh dokter, tapi hasilnya nihil.
Tika terlihat berlari tergopoh gopoh menuju kamar. Istriku langsung menemaninya ke dalam. Sampai di pintu dia melihat dokter sudah membuka peralatan di tubuh irfan. Tika menghampiri irfan.
"Bang.... Abang... Abang..."
Tika berusaha mengoyang tubuh irfan, matanya mulai berkaca kaca. Namun irfan hanya diam terbujur kaku.
"Abang.... Jawab tika bang..."
Tangisan itupun pecah di ruangan itu. Istriku berusaha menenangkan tika. Tika langsung memeluk istriku.
"Izzah.... Abang sudah tiada zah... Kenapa abang meninggalkan tika zah...
Kenapa abang tidak menunggu tika zah..."
Tika melepaskan tangisanya di pelukan istriku.
"Yang sabar tik... Ini ujian dari allah tik... Kita harus sabar"
Istriku berusaha menenangkan tika. Tapi tangisan tika semakin menjadi jadi
"izzah... Abang sudah sehat zaah... Dia sudah bisa bercanda, dokterpun sudah memperbolehkan kami pulang. Tapi kenapa abang meninggalkan tika zah..."
Istriku hanya bisa mengusap punggung tika dalam pelukanya
"Apa yang akan tika katakan pada anak anak zaah... Mereka masih kecil. Mereka butuh abang zaah..."
Tangisan itupun semakin pecah
Air mata istriku tidak terbendung lagi. Mereka menangis sejadi jadinya ruangan itu. Dokter hanya bisa melihat dua wanita itu menangis. Tidak ada keluarga irfan atau keluarga tika disana. Hanya istriku sahabat SMA nya yang bisa dijadikan tempat menumpahkan sesak dada oleh tika.
Tika mulai tenang, dia mendekati jenazah suaminya yang sudah di tutup dengan kain putih oleh perawat.
Dia membuka kain putih itu, dia tatap wajah suaminya untuk terakhir kalinya.
Tika mencium kening suaminya
"Aku mencintaimu bang..."
Tikapun langsung pingsan, tubuhnya tak tahan dengah situasi ini. Banyak hal yang tak bisa di ungkapkannya.rasa sedih yang sangat dalam membuat tika kehilangan kesadaran. Rasa bersalahnya membuat tika terpukul, dia meninggalkan suaminya karna harus pergi bekerja yang satu minggu tidak masuk. Dia terpaksa pergi karna mendapat teguran dari kepala sekolahnya. Namun apa mau dikata, irfan harus meninggalkan tika untuk selamanya.
Tika dibaringkan di ranjang sebelah irfan. Istriku memberikan minyak angin supaya tika cepat pulih.
Tidak lama berselang keluarga tika dan irfan sudah mulai berdatangan.
Tika sudah siuman dari pingsannya. Jenazahpun dibawa pulang
"Zaah... Terimaksih ya..."
Tika langsung memeluk istriku.
Istriku melepas tika pergi.
Sambil berjalan keruang kerja, istriku mengambil hp dari saku bajunya. Dia langsung menelfonku sehingga aku memutuskan untuk pulang.
Istriku merasakan sesuatu yang mendalam dalam kejaduan ini
"Tidak kuat rasanya aku kehilangan mu bang."
Istriku memeluk erat tubuhku
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bagian terakhirtu kan lai ndak halu do nak zi?..hahahha...
Yang ma t miss...? Hihihi
Mantap bg .
Hihihi klo d awak di siko j ny yun... Klo dk yuni langsuang krim naskah hahahah