Rozi setiawan

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Pesan berdarah

Suara adzan sudah menggema saling bersahutan dari satu mesjid ke mesjid yang lain. Pagi itu gua masih tertidur di teras musholla dalam komplek rumah sakit. Tidur yang hanya beralaskan tikar plastik dan jaket penghalang dinginya angin malam. Para keluarga pasien sudah bergegas mengambil wudhu untuk segera melaksanakan sholat subuh berjamaah. Gua coba untuk bangkit, dan merasakan dinginya air wudhu. Dagu ini sudah gemetaran, namun gua coba untuk melawan dengan melaksanakan sholat tahyatul masjid. Muadzin mengumandangkan iqomah bertanda sholat akan dimulai. Imam mengangkat takbir

"Allahuakbar..."

Kemudian dilanjutkan dengan membaca surat alfatihah. Suara imam begitu merdu, makhrajnya yang jelas membuat bacaan itu begitu indah. Kemudian di lanjutkan dengan membaca surat arrahman. Dengan nada nya yang indah, seolah dia berbicara dengan rintihan dalam hati, menusuk kedalam qalbu bagi yang mendengarnya. Keagungan tuhan yang dibacakan dalam ayat ini seolah olah dia berbicara pada sang penciptanya. "Nikmat tuhan yang mana lagi yang akan kamu dustakan". Dengan suara yang lembut tapi menusuk dalam qalbu di lantunkan oleh imam. Setiap gerakan sholat, begitu khusuk di rasakan. Zikir dan doa di lantunkan dengan merendahkan diri pada sang pencipta, diri yang hina, penuh dengan dosa dan kesalahan meminta ampunan kepada allah.Hingga imam membacakan salam, kita serasa baru siap dari perjalanan ke taman yang indah, sejuk dan hanya orang orang tertentu yang bisa mencapainya.

Setelah selesai berdoa, gua segera menuju ke depan, menjulurkan tangan kepada sang imam. Gua cium lama lama, melepaskan kerinduan kepada sang guru. 5 tahun yang lalu kami belajar mengaji, belajar silat dan belajar tentang cara beribadah. Hari ini gua merasa saat itu hadir kembali. Gua merasa sedih yang sangat dalam, teringat akan dosa dosa yang telah gua lakukan. Gua meneteskan air mata di tangan sang imam, beliaupun mengusap kepala gua seakan dia tahu tentang apa yang gua rasakan.

"Sudah anak muda... Apapun yang kamu lakukan, jangan pernah tinggalkan sholat. Karna sejelek apapun perbuatan yang kamu lakukan, dengan sholat allah akan menunjukimu jalan..."

Kata kata itu membuat gua tenang, seolah gua telah diberi jalan baru.

"Terimaksih ustadz..."

"Sama sama anak muda..."

Gua beranjak dari musholla menuju ketempat Ani di rawat.

Kemaren sore, ani keserempet oleh gojek, sewaktu ani mengejar gua, dia tidak melihat ada motor dari arah rektorat, motor itupun tidak bisa di kendalikan.

"Braaakkk...."

Ani terjatuh, dia meringis kesakita. Kakinya berdarah, gua ngak tahan melihatnya.

"Tolong ambulan... Tolong panggil ambulan...."

Gua berteriak dengan keras...

Namun ambulan tak kujung datang.

"Naik ke mobil lex..."

Indra datang dengan mobil teman nya, kamipun bersegra menuju rumah sakit umum. Tanpa henti indra menekan klakson dan menghidupkan lampu mobil bertanda emergency. Indra melaju dengan kecepatan tinggi, dia menyelip di atara mobil mobil yang rame. Dia mahir membawa mobil, terlihat hanya berselang beberapa waktu kami sudah sampai di IGD. Petugas IGD sudah siap dengan peralatanya. Kami hanya melihat dari kejauhan. Tidak banyak yang bisa kami lakukan selain berdoa ani baik baik saja.

Dokter keluar menemui kami.

"Adek saudaranya...?"

"kami temanya pak"

"bedasarkan observasi yang kami lakukan, Kaki ani patah dan harus dilakukan operasi"

Gua terdiam sejenak, tubuh gua layu, seakan tidak bisa menerima semua ini.

"Seandainya hari itu tidak terjadi,"

"Seandainya gua tidak bertemu dengan ani... Mungkin semuanya tidak akan seperti ini."

Gua merasa bersalah, gua merasa kejadian ini gara gara gua...

Gua tertunduk, berharap waktu kembali berputar...

**

Keluarga ani belum ada yang datang, karna jaraknya yang jauh membuat keluarganya harus naik mobil 8 jam dari kampungnya.

Gua melihat keadaan ani, di sana ada teman dekat ani, dan yang pasti indra ada di sana.

"Indra... Gua balik dulu ya..."

Gua minta izin sama indra dan teman temannya. Gua menganggap tidak terjadi apa sama indra, yang penting saat ini adalah kesembuhan ani.

Gua berjalan di lorong rumah sakit, dan melanjutkan ke gerbang depan untuk mendapatkan mobil. Dari rumah sakit gua harus naik mobil jurusan siteba, dan dari simpang tinju naik mobil ke air tawar. Pagi itu belum banyak mahasiswa ataupun pegawai yang naik angkot.

Gua ke kosan untuk mandi dan mengambil perlengkapan kuliah. Selesai kuliah gua kembali ke rumah sakit, kali ini gua sama satria, kebetulan satria punya motor.

Sampai di rumah sakit, kami menuju kamar ani. Terlihat disana sudah banyak keluarga ani. Kami hanya menunggu di luar, melihat suasana kalau sudah lengang baru kami masuk.

"Alex.... Di suruh masuk"

Teman ani memanggil kami di kursi dekat lorong. Gua masuk dengan satria, terlihat semua mata tertuju pada kami. Gua merasa kikuk, namum gua coba mencairkan suasan dengan bersalaman dengan semua org yang berada di sana.

"Bang..."

Terdengar suara ani memanggil gua. Gua mendekat.

"Terima kasih ya... Dah nolongin ani..."

Suara itu di sertai dengan air mata.

Gua ngak tahan melihat ani menangis.

"iya... Ngak apa apa... Ani harus sabar..."

Gua berusaha menenangkan

"Abang nuggu di luar ya..."

Gua mersa tidak kuat melihat kondisi ani... Gua duduk di kursi luar dengan satria. Terlihat sesuatu hal yang kurang mengenakan di sana setelah kami keluar.

Rasa rasanya gua mau pergi. Tiba tiba teman ani keluar

"Ada pesan dari ani"

Sambil memnerikan sehelai kertas yang di lipat rapi.

"Makasih ya..."

Gua mencoba membukanya.

"Abang... Terimaksih ya sudah ngantar ani ke sini, dan terimaksih juga udah baik sama ani dan perhatian sama ani. Sebenarnya ada yang mau ani omongin sama abang, tapi jangan sekarang. Abang pulang aja dulu, besok kesini lagi...

Salam

Ani"

Surat itu membuat beribu pertanyaan dlam pikiran gua... Tpi gua positif thinking aja. Apapun itu akan gua terima.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post