Mengayuh sepeda sama dengan menghadapi kehidupan. Ada kalanya kita capek, jenuh, lelah, yang mengharuskan kita berhenti sebentar untuk beristirahat, mengambil napas, atau sambil memperbaiki sesuatu yang kurang baik yang tadinya menghambat langkah kita. Kemudian kita mengayuh lagi, melanjutkan perjalanan demi mencapai tujuan utama.

Jalan yang kita hadapi pun gak selamanya mulus, rata, dan nyaman untuk dilewati. Ada kalanya berbatu, berpasir, bahkan genangan air kita terabas untuk menuju arah yang benar.

Bersepeda adalah juga bentuk dari sebuah perjuangan. Kita akan sampai pada tujuan jika kita berusaha mengayuhnya.

Mau sukses? Pengen berhasil? Usaha dong..! Tidak ada sesuatu yang bisa diraih secara instan. Kalau pun ada pasti tidak akan lama bertahannya. Karena hasil gak akan pernah menghianati usaha.

Dalam bersepeda bersama suami, kami suka mencari jalan yang sepi, yang jarang dilewati kendaraan bermotor. Kadang juga merupakan jalan baru yang belum pernah kami lewati.

Bukan karena favorit kami yang selalu mencari rute cycling tak pernah jauh dari pinggir sungai, tapi karena daerah kami memang dikelilingi banyak sungai.

Kali ini kami menyusuri sungai terbesar di kota kami, Sungai Sampean, lalu turun menyeberang melalui jembatan limbas di desa Sliwung. Jembatan ini akan tenggelam jika sungai sedang banjir. Setelah itu naik lagi ke TPA dan menuju kota.

Rute yang benar-benar menguras tenaga. Beberapa kali saya berhenti untuk bernapas dan meneguk air. Tapi terbayar dengan indahnya pemandangan dari atas bukit.