RR. Nunuk Indrayanti, S.Pd.

RR. Nunuk Indrayanti, S.Pd. adalah seorang guru di SMP Yadika 8 Jatimulya Bekasi sejak tahun 2003. Ibu dua orang anak bernama Dewa dan Satriyo. Dapat dihubungi ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Utang Masa Lalu
https://www.google.com/search?safe=strict&sxsrf=

Utang Masa Lalu

Panasnya suhu udara Kota Patriot tak terasa di permukaan kulitku. Hiruk pikuk suara mesin roda dua dan roda empat, serasa alunan musik pengiring yang lembut mendayu di telinggaku. Ku pejamkan mata sambil menarik nafas, damai hatiku, bahagia jiwa di dada, mengalahkan logika di kepala yang berontak ingin menarikku ke kesadaran hakiki demi keselamatan diri.

Siang ini, aku dan Yana sedang menikmati kebersamaan. Dalam diam, aku berusaha membangun istana mimpi. Motor yang kami tumpangi, melaju dengan kecepatan sedang, membelah kota Cikarang yang panas. Yaa, aku sedang berdua... berdua dengan  seseorang dari masa laluku, mantan pacarku.

Dua puluh tahun sudah kami berpisah, menjalani kehidupan masing-masing. Rasa sakit hati, malu dan tuntutan harga diri yang selangit, melarangku mencari suara angin tentang pujaan hati.  

Selesai SMK, pacarku Yana, merantau ke Jakarta. Sedangkan aku masih harus menyelesaikan kuliahku. Apa daya taqdir tak berpihak ke kami. Yana bertemu seseorang di Jakarta, mereka berjodoh, dan menikah. Akupun walau agak telat, akhirnya menikah dengan mas Iwan. Mimpi-mimpi kami berdua, menguap bersama putaran roda waktu.

Dua bulan lalu, Yana mendapat no WA ku. Ada teman lama yang iseng-iseng mengirim no ku ke Yana. Akhirnya dia menghubungiku. Ku angkat, dan dari detik pertama suara di seberang menjawab salamku, aku langsung tahu, itu suara Yana, bass, berat,  ternyata aku belum melupakannya.

Heran dan gugup, aku menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Telpon pertama berlanjut, kedua, ketiga dan keempat. Berkali-kali Yana ingin silaturahmi ke rumah. Selalu kujawab, kalau rumahku di perkampungan, gangnya sempit, tak ada no rumah, dan aku tak bisa memberi panduan jalan.

Penolakanku sebenarnya di dasari rasa khawatirku. Melihat foto profil Yana, aku tak bisa memungkiri, perasaanku berbunga-bunga. Kenangan-kenangan kenakalan masa remaja hadir kembali. Aku takut, jiwa gelap ini tak bisa kukendalikan, dan jatuh dikegelapan khayal semu.

Seperti kulihat sebuah film romansa kami. Berboncengan sepeda menyusuri desa nan hijau, Bergandengan tangan, dalam gelapnya malam sepanjang pantai. Menikmati bakso kampung bersama teman-teman gank. Malam mingguan rame-rame bikin rujak di rumahku. Semuanya terasa nyata kembali, serasa baru kemaren, aah...

Dua hari yang lalu, Yana menghubungiku lagi. Dia melihat statusku, aku sedang ikut satu acara di kotanya. Yaa, aku sedang mengikuti pelatihan guru. Kemaren aku bosen menunggu dimulainya acara, molor jamnya. Iseng-iseng ku foto background spanduk, dan ku upload di status. Sebenarnya aku sangat jarang bikin status, males banyak koment dari teman-teman.

Ternyata statusku terbaca oleh Yana,

“Kamu lagi di Cikarang?”

Aku menghela nafas.

“Iya.”

“Kok ga bilang-bilang?, itu kan kotaku?”

“Tidak sempet,”

“Ah, alasanmu saja, kamu ga mau ketemu aku ya?”

“Bukan, aku ke Cikarang kan bukan untuk jalan-jalan, tetapi pelatihan, jadwalnya ketat. Aku tidak bisa meninggalkan tiap sesinya.”

“Selesai jam berapa?”

“Setengah jam lagi.”

“Ok, aku kesana,”

“Eh, sudah sore, aku bisa kemalaman pulang,” suaraku yang terakhir sudah tidak terespon.

Perasaanku menjadi tak tenang, gelisah, tapi juga bergelora.

“Ah, bagaimana nanti?’

Dan sekarang, kami sedang menikmati suasana. Tak banyak percakapan yang kami jalin dengan suara. Sapaan salam, tanya kabar masing-masing, terasa kamuflase dari jeritan hati.

Dengan mata, lebih banyak suara yang mampu menghantarkan rasa di jiwa. Ketika  menatapnya, harus ku akui, mantanku ini tetap ganteng diusia menjelang separo abad.

Bodynya yang atletis, tak berubah banyak. Tak kulihat perut yang membuncit, cirikhas laki-laki separo baya. Mungkin Yana tetap rajin olahraga, karena dulu atlet sepakbola. Rambutnya memang sebagian sudah memutih, tetapi malah menambah kewibawaan. Yang kusuka tetap hidungnya, mancung. Dulu, aku sering banget menarik-narik hidung mancung itu. Sekarang milik siapakah hidungmu Yan?

“Ayo, kuantar kamu,” ajaknya.

Aku naik di jok motornya. Aku berusaha menjaga jarak, grogi, gugup, tapi ingin tersenyum ...manis. Dan melajulah motor kami, eh...motor Yana.

Aku tidak tahu apa yang dia pikir, tetapi bagiku, ini seperti membayar mimpi-mimpi kami dulu yang belum terwujud.

Di masa yang lalu, kami tak pernah bisa berboncengan motor. Keadaan ekonomi orang tuanya, tak memungkinkan Yana minta dibelikan motor. Kami seringnya naik sepeda. Ketika teman-teman kami bisa berboncengan motor ketika pergi jalan-jalan, kami harus cukup puas dengan sepeda tuanya.

Sekarang Yana sudah mampu membeli motor, keinginan kami terwujud, apakah sama pikiran dia, entahlah, tetapi....

Kini,  kegelapan sudah membungkus maya pada, Aku termenung di bilik peraduanku. Perasaan senang, gembira, bergumul  dengan rasa sedih dan takut. Senang dan gembira, karena peristiwa tadi masih mampu menghadirkan rasa manis bagi hati kerdilku. Sedih, kenapa cerita kami tak berakhir dengan terbangunnya istana cinta. Takut, kalau langkah kami hari ini, menjadi awal dari kisah baru yang bisa kupastikan menuju kehancuran, baik untuknya, terlebih untukku.

“Ya Allah, dia milik orang lain. Yana bukan jodohku. Aku tak ingin merusak rumah tangga nya. Aku seorang perempuan, bagaimana bisa aku menyakiti perempuan lain?”

Ya, aku harus bisa mengatasi kegelisahan dan keliaran hati ini. Hasrat untuk memilikinya kembali, adalah sesuatu yang salah. Ini jalan menuju kegelapan. Kalau Yana baik untukku, pasti Allah sudah pertemukan kami. Yana bukan yang terbaik untukku.

Aku beranjak ke meja lampu, kuambil Hp ku, kucari nama Yana, dan ku hapus dari kontakku.

“Mari kita jaga keluarga kita masing-masing Yan. Kebahagiaan dua puluh tahun berumah tangga, jangan kita hancurkan dengan nafsu kita. Kita pasti mampu.”

“Mas Iwan, maafkan aku, aku hampir lalai. Aku akan berusaha selalu menjaga cinta kita. Dua anak kita, semoga  selalu menyadarkanku, mereka amanahmu, untuk kurawat, kudidik menjadi anak-anak sholeh yang akan selalu mendoakanmu. Semoga engkau damai di surga Nya. Engkau lelaki pilihan Allah untukku.

“Selamat tinggal masa lalu, jangan ganggu ketentraman keluargaku dan juga...keluarga Yana.”

 

# Cerpen Tantangan Tugas di kelas menulis cerpen MG 1.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Nah ini baru setia namanya...

14 Sep
Balas

Alhamdulillah. Matursuwun Bunda.

15 Sep

Cerpen asyik Bu Nunuk. Semangat berliterasi, semoga sukses selalu. Amin.

14 Sep
Balas

Alhamdulillah Pak Edi, matursuwun sudah mampir.

14 Sep

Mantul bu...diksinya bagus...

14 Sep
Balas

Aduh, malu Bunda, itu mati-matian mikir dan nyarinya. Matursuwun Bunda.

14 Sep

Keren, Bu Nunuk.Jadi tak ada yang harus, " Kumenangis...Membayangkan..."

15 Sep
Balas

Matursuwun sahabatku. Motivasimu sangat berarti bagiku.

15 Sep



search

New Post