RR Sri Wulandari

RR Sri Wulandari adalah seorang guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Bengkulu Utara. Wanita kelahiran 22 Mei 1970 yang berasal dari Yogyakarta ini mendapat SK da...

Selengkapnya
Navigasi Web
Aca ...

Aca ...

"Aca, kamu marah ya?" tanya Erni. "Aku minta maaf ya. Janji deh, aku tak akan mengulangi lagi," lanjutnya.

Aca diam saja, tak menghiraukan kata-kata Erni, karena dia sedang salat tarawih. Coba kalau Aca menjawab, pasti batal deh salatnya.

Walaupun aku berusaha khusuk salat, tetap saja obrolan kecil si Erni kepada Aca mengusikku. "Ya Allah, ampuni aku. Tak bisa aku abaikan perkataan dan tingkah gadis-gadis kecil ini."

"Aca, jawablah! Kamu memaafkan aku tidak?" tanya Erni sambil mengguncang badan Aca yang sedang salat. Kalau kau tidak menjawab, aku tidak mau berkawan lagi," kata Erni sambil terus mengguncang badan Aca.

Begitu salam tanda salat selesai, aku bertanya kepada Erni. "Kenapa Erni mengguncang badan Aca dan terus mengganggu Aca yang sedang salat?" tanyaku.

"Aku tadi ambil uangnya," kata Erni tanpa dosa.

"Kenapa kamu mengambilnya? Tidak boleh ya mengambil uang siapapun dan berapapun," kataku.

"Emangnya uang yang kamu ambil tadi berapa dan sekarang dimana?" tanyaku.

"Dua ribu dan aku masukkan ke dalam kotak infaq," jawabnya dengan bangganya.

"Oh ya. Tidak apa, karena sudah terlanjur. Tetapi besok-besok jangan diulangi ya," mohonku.

"Untuk uang Aca biar Umi yang ganti," kataku sambil mengulurkan dua lembar uang lima ribuan. Satu lembar untuk Acaa dan satu lembar lagi Aca masukkan ke kotak infaq ya,' kataku kepada Aca yang bola matanya mulai berbinar.

Aca, gadis kecil yang selalu membuatku kagum. Selama salat tarawih, dia selalu mengikuti salat tanpa terganggu oleh kawannya yang selalu mengajaknya bermain atau bahkan mengganggunya.

Gadis kecil Aca, melihatmu aku selalu berlinang air mata. Dari kamu masih kecil atau balita, ibumu sudah meninggalkanmu. Pergi tak pamit alias minggat. Tak tahulah apa penyebabnya, dan aku tak mau tahu. Yang jelas, Si Aca kecil membuatku selalu muhasabah diri, selalu bersyukur, hingga menumbuhkan rasa simpati dan empati kepadanya.

"Sayang, kamu sholehah ya, jangan kamu dendam pada ibumu. Apapun alasan beliau meninggalkanmu, tak usahlah kamu menyalahkannya. Aku yakin, ibumu sekarang menangis bila mengingatmu, merasa berdosa telah meninggalkanmu. Kamu yang sabar ya Nak. Ikhlaskan, Insyaa Allah walaupun kamu hanya tinggal dengan bapakmu, yakin dan percayalah, kamu akan menjalani kehidupan sukses ke depan," batinku sambil mengusap-usap kepala Aca. Kulihat bola matanya ada genangan airmata, entah apa yang ada dalam pikirannya. Kupeluk Aca dan kubisikkan I love you *

Argamakmur, 01 Mei 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post