Nasib
Nasib
RR Sri Wulandari
"Bunda, Kanda mau sedekah untuk pembangunan masjid ya."
"Apa? Sedekah membangun masjid? Apa Kanda sudah punya uang lebih? Apa Kanda sudah bisa mencukupi semua kebutuhan keluarga?" serobotku kesal.
"Bunda, yakinlah. Insyaa Allah rezeki itu akan Allah gandakan. Jangan takut Nda. Allah tidak tidur."
"Tidak bisa! Enak saja mau sedekah. Sini kasihkan Bunda saja uangnya. Emang Kanda dapat uang hari ini? Mending uangnya kita pakai beli mobil. Gegara Kanda kan habis harta kita. Eee ... Kini mau sedekah untuk masjid pula" kataku nyerocos.
"Astaghfirullah, Nda. Mana Bunda yang selama ini kukenal? Bunda kok sangat berubah sekarang ya. Ini pasti gara-gara Bunda berteman dengan kawan-kawan yang tidak bener nih."
"Enak saja nuduh sembarangan. Kanda tu yang sok alim sekarang. Semenjak berkawan sama si Bedul itu," kataku kesal.
"Bunda, bersyukurlah Nda. Alhamdulillah, semenjak berkawan sama si Abdul, Kanda jadi bertambah ilmu agamanya. Kanda mau tobat. Selama ini banyak berbuat maksiat."
"Alaaah ... Kanda ini. Aku dulu mau sama Kanda karena dulu kaya. Kini? Uang saja tak punya kok malah mau sedekah segala. Entahlah, pusing aku dengan sikap Kanda ini," gerutuku.
“Sebel deh. Harta habis, gegara usaha bangkrut. Kena tipu orang, kecurian, aduuuuh, pusing jadinya. Stress aku nih. Kandaaaa... aku benci.” Aku menggerutu.
“Kanda dulu yang kaya raya, uang bisa kubelanjakan apa saja sesukaku. Kanda yang dulu gaya hidupnya glamour, suka mengajakku menikmati dugem, kini berubah drastis. Entah kena sihir apa. Jelas-jelas sudah miskin, melarat, eee malah suka menghabiskan uangnya untuk sedekah lah, iuran bangun masjid lah, berbagi jumat gratis lah.... hadeeeh capek aku, Aku bininya tidak bisa lagi keluar shopping, beli barang-barang kesukaan. Kini aku malah kayak bibik Iyem, di rumah cuma berdaster. Tinggal hanya di rumah sangat sederhana. Sangat berlawanan dengan rumah yang dulu. Lantainya granit semua... kini hanya berlantai semen, dengan 2 kamar yang berukuran mini, kamar mandi dan dapur. Dulu mobil berjejer di garasi, kini hanya tinggal sebuah motor butut.
“Nasib ... nasib.... Dunia terbalik 180 derajat.”
“Ada apa Bun, nyapu kok sambil ngomel,” tegur suamiku.
“Ya iyalah. Seumur-umur baru kinilah bunda ini hidup sengsara,” balasku.
“Istighfar Bun. Allah sedang menguji kita. Allah mengingatkan kita yang selama ini hidupnya tak berarah. Kita lupa saat berkecukupan.”
“Halaah... Kanda ini sok suci nian kini. Sebel aku.”
“Astaghfirullah. Bunda sayang, ini kesalahan kita. Makanya Kanda sekarang bertobat, tidak bener yang Kanda lakukan selama ini berfoya-foya tak bermanfaat. Kini Kanda insaf. Kalau ada rezeki segera Kanda sedekahkan.”
“Oh ya Bunda. Hari ini Kanda mau ada kegiatan baksos di desa. Bunda mau ikut tidak? Kita bawa bahan pokok yang ada di dapur berbagi ke warga yang sedang kesusahan.”
“Apa? Mau dibawa juga bahan pokok di dapur? Makan apa kita Kanda. Itu kan jatah kita untuk sebulan ke depan?
“Itu kan banyak Bunda.Kita sisakan sedikit saja jatah kita untuk beberapa hari ke depan. Insyaa Allah rezeki akan datang lagi.”
“Tidak boleh... Bunda larang Kanda membawa bahan pokok itu. Kalau kanda memaksa, Bunda mau balik saja ke rumah orang tua Bunda. Bunda sengsara hidup dengan Kanda sekarang ini,” ancamku.
“Maafkan Kanda, Bun. Kanda tidak bisa memberikan Bunda lebih seperti dulu. Tapi Kanda merasa dengan kondisi sekarang, Kanda malah merasa tenang.”
“Kanda merasa sangat bersyukur dengan ujian ini. Kanda bisa merasakan penderitaan saudara-saudara yang sangat kekurangan. Kanda bisa merasakan dan tumbuh rasa empati kepada sesama. Kanda bisa merasakan nikmat syukur itu Bun.”
“Kalau Bunda belum mau ikut baksos sekarang, tidak apalah. Nanti lain waktu Bunda akan terbuka hatinya.”
“Yang penting, Bunda jangan pulang ke orang tua dulu ya. Kanda tidak jadi bawa bahan pokok di dapur, Kanda masih ada sedikit yang dikantong uang dari jual jam tangan Kanda. Insyaa Allah ini akan sangat berguna bagi mereka.”
“Apaa? Kanda menjual jam tangan? Ampuuuun Kanda. Itu kan Jam tangan mahal kenangan kita saat di luar negeri. Sudah tidak waras bener Kanda ini. Tercuci otaknya gegara berkawan dengan Bedul.”
Tiba-tiba terdengar suara mengucap salam dan ternyata itu suara si Bedul .
“Assalamu’alaikum,” salam Bedul.
“Wa’alaikum salam ww,” jawab Kanda.
“Maaf mengganggu ini. Lagi asyik ngobrol berdua ya.”
“Ah tidaklah. Silahkan masuk. Bun tolong buatkan minum untuk tamu kita.”
Tanpa menjawab aku segera bergegas ke dapur dengan wajah sewot. Aku tak suka dengan si bedul yang sudah merubah perangai suamiku yang jadi sok alim, suka sedekah, dan ini yang membuatku tak bisa menabung untuk memulihkan ekonomi kami.
To be continued
Argamakmur, 31 Desember 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar