Ruba Nurzaman

Bukan penulis...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjadi Guru yang Melayani

Menjadi Guru yang Melayani

Tidak ada anak yang bodoh, hanya saja mereka belum menemukan guru yang mau dan mampu melayani siswa tersebut. Hal ini sangatlah perlu dimiliki oleh seorang guru untuk bisa membangkitkan potensi yang dimiliki oleh anak. Salah besar kalu kita masih memaksakan sesuatu yang memang tidak disukai oleh anak. Jangan paksakan anak harus pintar matematika kalau anak tersebut tidak memiliki bakat disana, carilah potensi yang masih tersimpan didalamnya.

Ada seorang anak di kelas unggulan di sekolah kami yang sudah terlanjur dicap sebagai anak bandel, karena memang anak tersebut sering melanggar aturan sekolah, tetapi pelanggaran yang dilakukanpun tergolong pelanggaran yang ringan. Seperti sering datang terlambat, pakaian yang tidak rapi (baju dikeluarkan) atau tidak betah di kelas sehingga anak tersebut jarang mengikuti pelajaran secara penuh dikelas. Karena hal tersebut berakibat pada nilai yang diberikan oleh guru hampir semua mata pelajaran memberikan nilai yang tergolong dibawah standar untuk kelas unggulan, dan pada saat kenaikan kelas dari kelas 7 ke kelas 8 pun nilai raportnya sangat minim dan berada pada urutan (rangking) terakhir di kelasnya serta menjadi perbincangan para guru.

Pada saat itu kebetulan saya biasa ditugaskan untuk memfasilitasi siswa/i dari kelas lain yang berprestasi untuk bisa masuk kelas unggulan melalui seleksi terlebih dahulu. Siswa yang termasuk pada peringkat sepuluh terendah di kelas unggulan harus bersaing dengan 13 siswa peringkat pertama dari masing-masing kelas. Nantinya 10 orang siswa terbaik berdasarkan hasil seleksi berhak masuk atau tetap bertahan di kelas unggulan.

Untuk seleksi kali ini, sengaja untuk soal yang saya buat 80 persen soal logika dan 20 persen untuk soal materi pelajaran, salahsatu tujuannya saya ingin melihat kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh anak tersebut yang katanya tidak pantas masuk kelas unggulan. Meskipun saya tidak mengajar di kelas tersebut tetapi saya melihat sepertinya anak itu memiliki kekuatan yang belum bisa terlihat, dan saya sempat menduga bahwa kekuatannya itu ada pada kemampuan logika dan berhitung, meskipun saya lihat nilai matematikanya tergolong jeblok. Dan ternyata benar saja dugaan saya ini, setelah memeriksa jawaban tes tersebut, dia mampu menjawab 90 persen soal dengan benar jauh melebihi teman-temannya yang lain yang hanya dikisaran 50-60 persen saja.

Sejak saat itu, anak ini saya ajak untuk bergabung di mengikuti persiapan olimpiade Matematika. Karena kebetulan waktu itu saya masih menjadi pembimbing olimpiade matematika. Tindakan yang pertama saya lakukan dalam membimbingnya dalah dengan melakukan pendekatan secara emosional untuk melihat jati dinya yang sesungguhnya, melakukan pencarian penyebab dari tindakan yang selama ini dilakukannya.

Tibalah saatnya untuk mengikuti lomba. Anak itu selalu memberikan kejutan dan membuat pembimbingnya degdegan, bagaimana tidak dari 120 menit waktu yang disediakan oleh panitia untuk mengerjakan soal, baru 10 menit sudah keluar ruangan. Awalnya saya mengira mungkin dia hanya kebelet ingin pipis saja tapi anehnya dia malah mendekati saya. Ketika saya tanya “ada keperluan apa keluar ruangan, waktunya kan masih lama?” kemudian dia menjawab dengan santai “sudah selesai pak, saya hanya mengerjakan yang saya bisa saja sudah tidak betah di ruangan” dalam hati saya sempat kesal pada anak ini, dan sayapun jadi tegang. Karena takut yang selama ini jadi langganan juara olimpiade bidang matematika dari sekolah kami, setidaknya sampai lolos di provinsi, kali ini harus siap kalah di level paling bawah. Saya bisa malu pada kepala sekolah dan guru-guru yang lainnya. Saya berusaha menenagkan diri dan berdo’a mudah-mudahan hasilnya tidak terlalu memalukan. Paling tidak juara ke-3 lah biar tidak terlalu malu. Pada saat pengumuman, saya sempat lemas karena ketika diumumkan mulai dari juara harapan 2 sampai dengan juara 3 namanya tidak disebut juga. Artinya kami harus siap kalah pada kompetisi itu. Namun sesuatu yang tidak terduga membuat saya terperangah ketika panitia menyebutkan bahwa pemenang juara 1 lomba olimpiade dimenangkan oleh anak itu. Disitu saya hampir menangis terharu dan bangga.

Sejak saat itu saya percaya memberikan kepercayaan penuh kepada anak ini. Untuk bimbingan saya mencoba mengikuti keinginannya mulai dari waktu maupun durasi bimbingan. Begitupun dengan materinya saya bebaskan dia yang memilih apa yang ingin dipelajarinya lebih dlam lagi. tugas saya hanya memfasilitasi saja. Beberapa lomba pernah ia menangkan sejak saat itu, termasuk pernah membawanya menjadi perwakilan dari provinsi Jawa Barat untuk mengikuti ajang lomba FLS2N untuk sekolah inklusi tingkat nasional bidang Matematika di Bali bersama temannya untuk bidang Matematika.

Guru-gurupun mulai memberikan kepercayaan kepada anak tersebut dan memberikan perhatian dari sudut pandang yang berbeda dari sebelumnya, image bandelpun mulai memudar seiring dengan perubahan yang terjadi pada perilakunya karena didorong untuk bisa menjadi contoh bagi yang lainnya, hingga pada akhirnya peringkat di kelasnya pun perlahan merangkak naik , kalau tidak salah sampai di peringkat 5 besar.

Dari gambaran tersebut hal ini menjadi bahan perenungan saya, bisa saja ada anak yang menurut kita tidak bisa apa-apa bahkan cenderung bertingkahlaku negatif, sebetulnya mereka memiliki potensi yang sangat luar biasa melebihi dari apa yang kita duga. Semua itu terjadi karena kita melihat dari sudut pandang yang berbeda.

Sebagai seorang guru tentu kita tidak ingin menjadi pendidik yang gagal dan tidak sukses dalam mendidik dan mengajar, maka harus ada langkah-langkah yang harus kita lakukan. Oleh Karena itu pada kesempatan ini saya ingin mengulas tentang beberapa ciri kesuksesan seorang guru:

Pertama, Seorang guru harus sabar dan tidak pilih kasih, guru sebagai fasilitator harus mampu berlaku sabar, di kelas yang kita ajar sering sekali kita menemukan siswa yang sulit sekali meangkap pelajaran walaupun sudah sering diulang namun tetap saja tidak bisa, di sinilah kesabaran itu dibutuhkan. Dalam kondisi seperti ini guru harus mampu menahan diri serta tetap memberikan harapan kepada siswa bahwa dirinya bisa sehingga dengan begitu siswa akan tumbuh semangatnya, bukan justru semakin dicaci maki apalagi mengeluarkan kata-kata bodoh, di samping itu guru harus mampu berlaku adil baik kepada siswa yang lebih pintar maupun yang memiliki kemampuan di bawah standar, sering kali kita menemukan guru yang hanya memperhatikan murid yang cerdas saja, sementara siswa yang masih butuh bimbingan tidak diperhatikan justru dicuekin, kondisi ini justru akan menimbulkan diskriminasi, ingat siswa punya hak yang sama dalam menuntut ilmu dan harus mendapatkan pelayanan yang sama pula, sehingga guru harus melayani dengan sepenuh hati jika masih ada siswa yang belum bisa maka inilah tugas guru untuk memberikan pemahaman sampai bisa, justru karena siswa itu tidak bisa sehingga dia harus belajar dan guru harus tetap sabar bukan sebaliknya.

Kedua, Guru yang sukses tidak boleh menolak melayani siswa yang mengalami hambatan dalam proses belajar. Sebaiknya guru memberikan dukungan dan motivasi bagi siswa sehingga siswa akan merasa terlindungi dan guru pun akan nyaman dalam menjalankan proses belajar mengajar.

Ketiga, Menerima segala kekurangan dan kelebihan para siswa.Seorang Guru harus bisa menyadari kemampuan yang dimiliki oleh peserta didiknya sehingga metode pengajaran bisa disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Keempat, Siswa merupakan Individu mandiri yang sedang belajar. Diharapkan para guru akan menghargai setiap siswa sebagai individu mandiri yang sedang belajar dan bukan suatu beban, karena siswa tersebut memerlukan arahan dan bimbingan yang benar sebagai landasan kehidupan bersosial dan bernegara nantinya.

Kelima, Meningkatkan Citra yang hangat dan ramah di mata para siswa, Meskipun kegiatan belajar mengajar akan menuai banyak rasa baik suka maupun duka, namun sangat penting membangun citra yang hangat dan ramah di mata para siswa, sehingga para siswa akan lebih memahami proses belajar mengajar dengan lebih baik. Demikian lima hal yang menjadi ciri kesuksesan seorang guru dalam menjalani tugasnya sebagai seorang pendidik.

Menjadi seorang guru tentu saja penuh dengan kebahagiaan yang sarat makna. Sengsara atau bahagia sebetulnya kita sendirilah yang menentukan. Dari satu keadaan yang sama bisa memilki makna yang berbeda apabila ditinjau dari susut yang berbeda. Bahagia atau sengsara tentulah ditentukan oleh kemauan dan kemampuan dalam memaknai suatu pekerjaan. Bekerja untuk melayani itulah wujud nyata dari kecintaan kita terhadap pekerjaan.

Manfaat terbesar yang saya peroleh dari pekerjaan menjadi guru itu adalah martabat, harga diri dan keberkahan sebagai seorang guru sekaligus pendidik. Pemaknaan diri akan menerima sebuah kenyataan yang menjadikan diri menjadi sosok yang tidak gampang menyerah dan putus asa. Gaji dan karier bukanlah yang utama. Dan martabat itu tentu saja akan kita peroleh sebagai konsekuensi saya dalam melayani murid untuk mampu berubah, tumbuh dan berkembang bersama.

Tujuan saya untuk bekerja dan mengambil profesi yang mulia ini adalah menginginkan adanya sebuah perubahan, perubahan paradigma sekolah terhadap siswa, maupun paradigma siswa, orangtua dan masyarakat terhadap institusi yang bernama sekolah.

Perubahan itu tentulah tidak akan terwujud apabila tidak dimulai dari diri sendiri, sebelum kita mengubah para siswa, sesama guru ataupun merubah masyarakat. Dengan menjadi guru membuat saya bisa tumbuh baik itu secara emosional, intelektual maupun spiritual. Sulit memang untuk bisa mewujudkan semua itu apalagi ketika perubahan yang diharapkan masih jauh dari harapan dan bisa menimbulkan keputusasaan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post