Pendidikan Harmoni (Konsep Pendidikan Karakter di Daerah Konflik )
Salah satu poin dalam tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia. Namun dalam kenyataan di lapangan, poin ini sepertinya hampir tidak tersentuh. Kebanyakan sekolah dan guru fokus pada kemampuan kognitif siswa. Sekolah lebih banyak mencetak siswa yang cerdas namun kurang dalam mencetak siswa yang berkepribadian yang mulia.
Sepertinya ada yang kurang dalam kurikulum kita. Pendidikan karakter memang sering digembor-gemborkan oleh pemerintah, tetapi pendidikan karakter yang dibangun sifatnya nasional, semua dianggap sama. Padahal Indonesia ini termasuk negeri yang multikultural. Sehingga tiap daerah memiliki kultur yang berbeda dan tentunya memiliki kearifan lokal yang berbeda pula. Sejatinya, pengembangan kurikulum dalam pendidikan karakter itu berbasis pada kearifan lokal. Seperti di beberapa daerah yang menjadi dampingan True Creative Aid, salah satu lembaga bergerak dalam pembangunan pendidikan melalui kearifan loka. Di Keerom ada konsep pendidikan kasih (Wamepyun) dan di Poso kita mengenal Pendidikan Harmoni yang dijadikan bahasa bersama.
Pendidikan Harmoni merupakan salah satu model atau konsep pendidikan di daerah yang memiliki potensi anacaman terhadap nilai-nilai kedamaian. Konsep pendidikan ini dibangun dengan menggali warisan budaya dan kearifan lokal yang menjadi contoj kehidupan yang rukun, damai dan dijadikan bahan pelajaran untuk masyarakat setempat.
Dinas Pendidikan Poso mengembangkan petunjuk teknis Pendidikan Harmoni, sebagai panduan dalam implementasi dan mereplikasi. Juga membuat berbagai rancangan kegiatan untuk meningkatkan kapasitas guru. Guru diharapkan mampu menemukan tema-tema pembelajaran kontekstual dalam aktivitas kegiatan pembelajaran, agar pendidikan harmoni bisa berjalan dan semakin kaya.
Untuk terciptanya pendidikan harmoni, perlu ada komunikasi atau penyelarasan antara apa yang sedang dilakukan sekolah dengan apa yang harus dipraktikan dirumah. Adanya konsistensi dan keberlanjutan pengembangan karakter di rumah dan di sekolah, akan menolong siswa dalam menguasai dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks pendidikan harmoni, suasana harmoni hanya dapat dibangun apabila semua anggota kelompok sadar, mau terlibat dan bekerjasama.
Untuk penerapan pendidikan harmoni itu, mereka membuat bahasa bersama. Pencarian bahasa bersama tersebut dilakukan dengan cara mendialogkan antara butir-butir karakter yang telah disarikan dari berbagai kearifan setempat, dengan harapan tentang keadaan masyarakat yang ingin ditingkatkan agar menjadi tempat yang mendukung tumbuh kembang anak.
Bahasa bersama yang meringkaskan karakter-karakter harmoni tersebut meliputi: harmoni diri, harmoni sesama dan harmoni alam. Harmoni diri merupakan refleksi dari harmoni yang lebih tinggi yaitu harmoni pada Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi dasar bagi pelaksanaan harmoni lainnya, yaitu harmoni sesama dan harmoni alam.
Pendidikan harmoni selain melalui bahasa bersama, juga dilakukan dalam praktek PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dan hal ini telah diterapkan di ruang kelas dan membuat siswa bersemangat datang ke dekolah dan mengikuti proses pembelajaran. Secara praktis, hal-hal yang diterapkan ialah penyambutan siswa den memberikan kata-kata yang memeotivasi di pagi hari, belajar di alam terbuka, membuat kebun sekolah, membuat yel-yel ataupun lagu, penataan ruang kelas dan lingkungan sekolah, membuat kesepakatan bersama anak, hingga anak menilai dirinya sendiri lewat penilaian harmoni.
Penilaian harmoni berguna untuk mengajarkan anak berbuat kebaikan bukan karena takut dihukum atau takut dipukul, namun karena atas kesadran dirinya sendiri. Melalui pendidikan harmoni, guru sudah tidak perlu lagi mendidik siswa dengan kekerasan, tetapi dengan memberikan penghargaan, karena dengan kekerasan hanya akan menimbulkan rasa takut. Untuk bisa menerapkan hal itu tentunya tidak bisa timbul begitu saja dengan cepat, diperlukan waktu yang cukup panjang, dibutuhkan konsistensi melalui pembiasaan yang terus menerus dari para pelaku pendidikan, sehingga bisa membentuk karakter siswa yang diharapkan.
Perkembangan dinamika sosial yang terjadi didaerah konflik mengharuskan kita menjadikan nilai kearifan budaya lokal untuk dijadikan rujukan dalam mengatasi permasalahan dalam kehidupan sosial. Nilai-nilai kearifan lokal ini tentunya akan terus diuji seiring dengan perkembangan jaman yang dinamis, oleh karena itulah, nilai-nilai budaya lokal harus terus dikembangkan mengikuti perkembangan jaman tanpa menghilangkan nilai inti dari kearifan lokal daerah tersebut.
Untuk mengembangkan nilai kearifan lokal yang diwujudkan dalam pembelajaran berbasis pendidikan harmoni oleh guru di sekolah harus dimulai dengan berupaya mengembangkan kedamaian batin, selalu berfikir positif dalam menghadapi setiap rintangan dan senantiasa berorientasi pada pencarian kebenaran dalam ragam budaya dengan mengapresiasi nilai kearifan lokal tersebut secara bersama dalam damai dan harmoni.
.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar