Ruba Nurzaman

Bukan penulis...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pendidikan Kasih Sayang
sumber foto: papanori.wordpress.com

Pendidikan Kasih Sayang

Sudah menjadi tugas kita selaku orangtua dan guru untuk mendidik dan mengajar anak-anak kita sebagai penerus bangsa. Untuk melakukan dua kegiatan tersebut, tentu saja dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan dari seorang guru maupun orangtua. Tidak sedikit dari kita yang melakukan kesalahan dalam mendidik anak maupun siswa. Apalagi sekarang kita sering mendengar ada orangtua maupun guru yang menghalalkan tindakan kasar baik itu secara verbal maupun tindakan dan tentu ini akan berakibat fatal bagi perkembangan si anak kedepannya.

Apakah Mendidik sama dengan mengajar? Tentu saja diantara keduanya memiliki perbedaan. Apabila seseorang mengajar, maka belum tentu orang tersebut sedang mendidik, tetapi untuk mendidik salah satunya bisa dengan kegiatan mengajar. Oleh sebab itu, maka mendidik itu makananya lebih luas daripada mengajar.

Beberapa orang mungkin banyak yang belum faham akan makna dari mendidik dan mengajar. Padahal terdapat perbedaan yang mendasar diantara keduanya. Mengajar dalam segi isi maka mengajar berupa aktivitas transfer bahan ajar dalam bentuk ilmu pengetahuan. Prosesnya dilakukan dengan memberikan contoh kepada siswa atau mempraktikkan keterampilan tertentu atau menerapkan konsep yang diberikan kepada siswa agar menjadi kecakapan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mursell menggambarkan mengajar sebagai mengorganisasikan belajar sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa’. “Mengajar dalam konteks standar pendidikan tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses pengaturan lingkungan supaya siswa belajar”. Sedangkan mendidik: Dari segi isi, mendidik sangat berkaitan dengan moral dan kepribadian. Jika ditinjau dari segi proses, maka mendidik berkaitan dengan memberikan motivasi untuk belajar dan mengikuti ketentuan atau tata tertib yang telah menjadi kesepakatan bersama. Kemudian bila ditilik dari segi strategi dan metode yang digunakan, mendidik lebih menggunakan keteladan dan pembiasaan.

Untuk pendidikan kasih sayang ini, kita bisa belajar dari beberapa sekolah yang sudah menerapkan bagaimana mendidik dengan penuh kasih sayang, untuk bisa mendekatkan siswa dengan gurunya. Meskipun sebenarnya bahwa yang namanya pendidikan itu tidak hanya di sekolah saja. Kita ambil contoh saja di SD YPPK Dunomamoy di kabupaten Keerom. Salah satu tujuan mereka menerapkan konsep pendidikan kasih adalah untuk selalu mengingatkan dan menggerakkan guru agar terus memberikan kasih sayang kepada anak, baik di dalam maupun di luar sekolah. Dengan begitu, harmonisasi yang sudah terjaga, bisa terus diperkuat hingga melahirkan generasi anak yang sejati.

Contoh lain di salah satu sekolah di daerah konflik, Poso. Mereka melaksanakan konsep pendidikan kasih sayang melalui tiga simbol, yakni harmoni alam, harmoni diri, dan harmoni sesama. Ketiga harmoni itu dijadikan bahasa bersama untuk saling mengingatkan apabila ada diantara siswa atau guru yang melanggar ketiga harmoni tersebut. Misalnya cerita salah seorang guru kepada pendamping dari True Creative Aid, salah satu lembaga yang bergerak mendampingi masyarakat untuk menemukan potensi uniknya (kekuatan) dan memuliakan masyarakat melalui potensinya tersebut, yang dituliskan dalam sebuah buku. Ada salah seorang anak yang membuang sampah sembarangan. Beberapa anak lain langsung mendekati dan menegur dengan mengatakan, kau ingat harmoni alamkah? Salah seorang anak mengingatkan tentang simbol harmoni alam, dengan mempertautkan kedua telapak tangannya di depan perut. Anak yang ditegur langsung memungut sampah dan memasukkannya kedalam tong sampah yang tersedia di dalam kelas.

Guru lainnya menambahkan cerita bahwa dirinya pernah diingatkan oleh anak. Pada waktu itu seorang guru sedang marah di depan kelas, lalu ada anak yang mengingatkan dengan berkata “Bu guru, harmoni diri” sambil menyilangkan kedua lengannya diatas dada sebgai simbol harmoni diri. Dengan pendidikan seperti itu, antara guru bisa saling mengingatkan tanpa ada rasa takut diantara keduanya.

Dari gambaran diatas, pada hakikatnya, pendidikan merupakan bentuk dari komunikasi kasih sayang yang berlangsung didalamnya. interaksi proses pendidikan merupakan interaksi jalinan kasih sayang antara siswa dan guru. selain itu, interaksi kasih sayang dalam proses belajar mengajar adalah hal yang sangat penting, transfer ilmu akan menjadi lebih mudah di pahami oleh siswa manakala segalanya dilandaskan dengan rasa kasih sayang.

Pendidikan dengan kasih sayang bisa tampak melalui sikap hidup yang ditunjukkan oelh guru kepada anak. Guru dan memiliki kewajiban sekaligus etika dalam mendidik anak dengan landasan kasih dan sayang. Guru terhadap murid itu adalah layaknya orangtua bagi mereka di sekolah. Guru harus menyadari bahwa anak merupakan titipan dari Allah SWT. Semua murid harus diperlakukan sama tidak ada istilah anak emas, layaknya anak kandung. Guru bertanggungjawab penuh atas cara dan proses pendidikan murid di sekolah. Imam Al Ghazali berkata bahwa “ Hak guru atas muridnya lebih agung dibanding hak orang tua terhadap anaknya. Orang tua sering hanya menjadi penyebab adanya anak di alam fana dan guru menjadi penyebab hidupnya kekal.” Cara memperhatikan muridpun seorang guru harus proporsional. Guru diharapkan tidak berlebihan dalam memberikan penghargaan dan hukuman.

Ibnu Khaldun pernah berkata, "Barang siapa yang menerapkan pendidikannya dengan cara kasar dan paksaan terhadap orang-orang yang menuntut ilmu kepadanya, para budak, atau para pelayannya, maka orang yang dididik olehnya akan dikuasai oleh serbaketerpaksaan. Keterpaksaan akan membuat jiwanya merasa sempit dan sulit untuk mendapatkan kelapangan." Mendidik dan memberikan tuntunan merupakan sebaik- baik hadiah bagi anak. Dan sebaik-baik cara mendidik anak ada lah proses yang didasari kasih sayang. Karena itu berarti guru menyadari bahwa dirinya sedang memuliakan nilai-nilai kemanusiaan dan menjunjung tinggi nilai Ilahiah dalam mengajar dan mendidik anak.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post