Rubiyatin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Berkenalan (lagi) dengan Sastra Daerah #2

Berkenalan (lagi) dengan Sastra Daerah #2

//lamun sira anggeguru kaki / amiliha manungsa kang nyata / ingkang becik martabate / sarta kang wruh ing hukum / kang ngibadah lan kang wirangi / sokur oleh wong tapa / kang wus amungkul / tan mikir pawehing liyan / iku pantes sira guronana kaki / sartane kawruhana // (wulangreh SIKS Pakubuana IV)

// jika kau ingin belajar nak / carilah manusia yang bertanggung jawab / yang bermartabat / dan memahami akan hukum (aturan) / yang tahu ilmu agama dan tahu malu / syukur jika mendapat pertapa / yang setia dengan pekerjaannya / tak memikirkan imbalan dan balasan / itulah yang bisa dijadikan guru / dan diambil ilmu /

Bait diatas merupakan kutipan dari Serat Wulangreh tembang Dhandhanggula yang ditulis oleh SIKS Pakubuwana IV. Tembang Dhandhanggula merupakan salah satu jenis seni sastra tradisional Jawa yang mempunyai aturan guru gatra guru wilangan dan guru lagu yang disebut dengan macapat. Guru gatra adalah jumlag baris dalam satu bait; Guru wilangan adalah jumlah bilangan / suku kata dalam satu baris; dan guru lagu adalah vokal akhir yang ada dalam satu baris.

Macapat terdiri dari 11 jenis, yaitu maskumambang, mijil, kinanthi, sinom, asmarandana, dhandhanggula, gambuh, pangkur, durma, megatruh dan pocung. pada masa dahulu macapat digunakan untuk bercerita, menasihati anak, mengajar, dan lain sebagainya. Dicontohkan pada bait di atas, yang berisi nasihat bagi anak yang ingin mencari ilmu, kepada siapa yang pantas untuk dijadikan guru. Bagi para guru, bait diatas dapat dijadikan contoh pedoman bagaimana agar bisa menjadi seorang guru yang baik, dan dapat menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya.

Tidak hanya dalam Wulangreh, KGPAA Mangkunegara IV juga memberikan contoh dala serat Wedhatama tembang Pangkur bait ke 11

// iku kaki takokena / marang para sarjana kang martapi / mring tapaking tepa tulus / kawawa nahen hawa / wruhanira mungguh sanjataning ngelmu / tan mesthi neng janma wredha / tuwin mudha sudra kaki //

artinya

// itulah nak, tanyakan / kepada para sarjana yang menimba ilmu / kepada jejak hidup para suri tauladan yang benar / dapat mengendalikan hawa nafsu / pengetahuanmu adalah senyatanya ilmu / yang tidak hanya harus dikuasai para tua / tapi juga yang muda dan juga miskin, nak //

Jadi, mari kita buka lagi satra tradisional yang ada di daerah kita lagi....

#SEMANGAT BELAJAR

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sastraa tradisional itu sarat makna. Cuma agak susah memahami bahasanya. Karena bahasanya masih dlm ejaan lama. Salam sukses n bahagia selalu.

22 Apr
Balas

begitulah bu, tapi kalau tidak ada yang mempelajari lama-lama bisa surut juga

22 Apr



search

New Post