Rudianto, M. Pd.

Rudianto, M.Pd. pernah menjadi guru SMP dan SMK. Pernah menjadi Tentor Primagama. Pernah menjadi Dosen. Pernah bergabung dengn USAID Prioritas sebagai fasilitat...

Selengkapnya
Navigasi Web
DIBALIK EUFORIA GERAKAN LITERASI

DIBALIK EUFORIA GERAKAN LITERASI

Gerakan Literasi Nasional (GLN) merupakan upaya untuk menyinergikan semua potensi serta memperluas keterlibatan publik dalam pengembangan budaya literasi. Gerakan Literasi Nasional harus dilaksanakan secara masif, baik di dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Gerakan ini lahir sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Sebagai bangsa yang memiliki kekayaan alam melimpah dan jumlah penduduk banyak, Indonesia harus mampu memanfaatkan kedua sumber daya tersebut agar bisa merebut kemenangan dalam persaingan antarbangsa yang semakin sengit. Namun bagaimana Indonesia bisa meraih itu semua kalau kondisi masyarakatnya masih memprihatinkan.

Data minat baca dan tingkat buta aksara berpengaruh terhadap posisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) /Human Development Index (HDI) Indonesia, yang diukur dari usia harapan hidup (tingkat kesehatan), pertumbuhan ekonomi dan kualitas pendidikan. Berdasarkan data BPS tahun 2014, nilai IPM mengalami kenaikan tipis menjadi 68,90 dari 68,40 pada tahun 2013. Data yang dirilis Badan Program Pembangunan PBB/United Nations Development Program (UNDP), IPM Indonesia pada tahun 2013 berada di peringkat 108 dari 187 negara. Angka IPM ini menunjukkan bahwa Indonesia berada jauh di bawah negara ASEAN lainnya. Survei lain tentang literasi yang dilakukan Central Connecticut State University pada tahun 2016 di New Britain, Conn, Amerika Serikat, misalnya, menempatkan Indonesia dalam posisi cukup memprihatinkan, yaitu urutan ke-60 dari 61 negara.

Sementara itu, hasil survei Progamme for International Student Assessment (PISA) 2015 yang diumumkan pada awal Desember 2016 menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Indonesia berada di urutan ke-64 dari 72 negara. Selama kurun waktu 2012--2015, skor PISA untuk membaca hanya naik 1 poin dari 396 menjadi 397, sedangkan untuk sains naik dari 382 menjadi 403, dan skor matematika naik dari 375 menjadi 386. Hasil tes tersebut menunjukkan bahwa kemampuan memahami dan keterampilan menggunakan bahan-bahan bacaan, khususnya teks dokumen, pada anak-anak Indonesia usia 9--14 tahun berada di peringkat sepuluh terbawah. Hasil skor Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI)/Indonesia National Assessment Programme (INAP) yang mengukur kemampuan membaca, matematika, dan sains bagi anak sekolah dasar juga menunjukkan hasil yang memprihatinkan. Secara nasional, yang masuk kategori kurang untuk kemampuan matematika sebanyak 77,13%, kemampuan membaca 46,83%, dan kemampuan sains 73,61%

Sementara itu Lembaga United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) merilis hasil survei terhadap minat baca di 61 negara. (2016). Hasilnya, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001% atau menempati terendah kedua dari 61 negara yang disurvei. Ini artinya satu buku dibaca oleh seribu orang dalam satu tahun. Sementara di negara maju satu orang membaca 10 bahkan 15 buku dalam satu tahun.

Melihat kondisi di atas, GLN diharapkan mampu menyelesaikan masalah tersebut. Pada GLN ini literasi diorganisasikan menjadi beberapa dimensi.

a. Literasi Baca dan Tulis

Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.

b. Literasi Numerasi

Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a) bisa memperoleh, menginterpretasikan, menggunakan, dan mengomunikasikan berbagai macam angka dan simbol matematika untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari; (b) bisa menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) untuk mengambil keputusan.

c. Literasi Sains

Literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasarkan fakta, memahami karakteristik sains, membangun kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual dan budaya, serta meningkatkan kemauan untuk terlibat dan peduli dalam isu-isu yang terkait sains.

d. Literasi Digital

Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

e. Literasi Finansial

Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan (a) pemahaman tentang konsep dan risiko, (b) keterampilan, dan (c) motivasi dan pemahaman agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.

f. Literasi Budaya dan Kewargaan

Literasi budaya adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat.

Kalau dilihat GLN yang ada sekarang lebih didominasi oleh Gerakan Literasi Sekolah. Padahal dalam GLN literasi meliputi tiga ranah.

a. Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan literasi sekolah dilaksanakan dengan mengintegrasikannya dengan kegiatan kurikuler, kokurikuler dan ektrakurikuler. Pelaksanaannya dapat dilakukan di dalam kelas atau di luar kelas yang didukung oleh orang tua dan masyarakat.

b. Gerakan Literasi Keluarga

Gerakan literasi keluarga dilaksanakan dalam bentuk penyediaan bahan bacaan keluarga, penguatan pemahaman tentang pentingnya literasi bagi keluarga, dan pelaksanaan kegiatan literasi bersama keluarga. Semua anggota keluarga bisa saling memberikan tauladan dalam melakukan literasi di dalam keluarga dengan berbagai macam variasi kegiatan.

c. Gerakan Literasi Masyarakat

Gerakan literasi masyarakat dilaksanakan dalam bentuk penyediaan bahan bacaan yang beragam di ruang publik, penguatan fasilitator literasi masyarakat, perluasan akses terhadap sumber belajar, dan perluasan pelibatan publik dalam berbagai bentuk kegiatan literasi.

Dari enam dimensi literasi dan tiga ranah Gerakan Literasi, sepertinya pergerakannya tidak seimbang. Dimensi literasi yang dominan adalah literasi baca tulis dan ranah yang dominan adalah Gerakan Literasi Sekolah. Apakah GLN sudah dikatakan berhasil?

Penulis melihat gerakan literasi yang ada masih bersifat parsial karena belum menyentuh seluruh dimensi dan semua ranah. Dari gerakan yang ada pun terkesan hanya bersifat seremonial. Padahal kalau kita lihat tujuan GLN jelas sekali bukan sekadar uacara yang dihadiri pejabat untuk kepentingan popularitas semata. Lebih penting dari semua itu GLN meninginkan agar masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang literat.

Penulis adalah Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon mengajar di STIKES Muhammadiyah Cirebon

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sangat memperihatinkan sekali minat membaca di indonesia sangat rendah. Semoga dengan GLN ini indonesia lebih maju dari sebelumnya.

20 Mar
Balas

Aamiin ya Rabbal alamin

20 Mar



search

New Post