Konsep, Cakupan, Dan Relasi Pragmatik Dengan Ilmu lain
Nama : Rudi Harianto
Npm : 2188201006
Matkul : Pragmatik
UTS PRAGMATIK
Konsep, Cakupan, Dan Relasi Pragmatik dengan Ilmu lain
Pendahuluan
Perkembangan linguistik pada aspek struktur, bila dicermati, seperti telah mencapai titik jenuh pada 1970-an. Maka, konsentrasi linguis kemudian bergeser sedikit pada area terapan yang melahirkan grafologi, leksikografi, dan sebagainya; multidisipliner yang menghasilkan sosiolinguistik, psikolinguistik, dan sebagainya, dan fungsional yang melahirkan satu di antaranya pragmatik.Di dunia Barat pragmatik sebagai ilmu dirintis pada awal 1960-an oleh J. L. Austin, kemudian mulai berkembang sejak 1980-an melalui pemikiran J. R. Searle, G. Leech, G. Yule, A. Cruse, P. Griffiths, J. L., Mey, S. Blum-Kulka, H. Cappelen, E. Lepore, D. Tannen, M. Ariel, L. R. Horn, G. Ward, dan sebagainya. Di Indonesia pragmatik berkembang sejak 90-an melalui beberapa pakar di antaranya A. Gunarwan dan B. Kaswanti-Purwo. Rintisan dan perkembangan tersebut, seperti yang beberapa butirnya dipaparkan pada bagian berikut, mengerucutkan pada satu sisi konsep dan cakupan pragmatik dan pada sisi lain relasi pragmatik dengan ilmu-ilmu terdekat.Pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara konteks luar bahasa dan maksud tuturan melalui penafsiran terhadap situasi penuturannya. Dalam linguistik, pragmatik merupakan salah satu bagian dari semiotika. Prinsip-prinsip di dalam pragmatik meliputi sintesis antara studi, maksud dan tuturan.
Pembahasan
Konsep dan Cakupan Pragmatik
Bila pemikiran-pemikiran pragmatik disintesiskaan, pada prinsipnya pragmatik mencakup tiga kata kunci, yaitu studi, maksud, dan tuturan. “Studi” mengacu kajian atau cabang linguistik. “Maksud” mengacu apa yang dimaui atau diingini penutur dalam tuturannya. Apa yang dimaui atau diingini tersebut dapat dibangun melalui pengombinasian maknatuturan dengan informasi tambahan atau informasi ekstralinguistik yang tersedia dalam konteks. “Tuturan” mengacu satuan bahasa di atas kalimat yang merepresentasikan tindak tutur tertentu, misalnya tuturan berpagar (hedging utterances), hibrida, atau oratio obliqua yang merepresentasikan tindak direktif.
Konsep yang lebih lengkap dikemukakan oleh Glanberg (2005) dan Ariel (2008) bahwa pragmatik adalah studi tentang sesuatu yang lebih dari (beyond) apa yang dimaksud penuturmelalui tuturannya karena terdapat informasi tambahan (extra-information) dalam konteks. Berkebalikan dengan konsep tersebut, Griffith (2006) mengemukakan konsep sempit bahwa pragmatik adalah studi tentang makna tuturan. “Makna” dalam konsep Griffith adalah “maksud” menurut pakar lain.
Sejalan dengan konsep-konsep tersebut, pakar pragmatik mengemukakan bahwa cakupan pragmatik meliputi hal-hal yang berkaitan dengan tiga kata kunci di depan. Hal-hal tersebut terdiri atas dua kategori, yaitu wajib dan tambahan. Sebagai contoh, tindak tutur, prinsip percakapan, implikatur, dan deiksis merupakan cakupan wajib, sedangkan postulat pragmatik dan performatif merupakan cakupan tambahan.
-Tindak Tutur
Tindak tutur ialah kegiatan menyampaikan maksud melalui tuturan. Austin (1962) membagi tindak tutur ke dalam tiga komponen: lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak lokusi ialah tindak penutur dalam mengekspresikan tuturan. Tindak ilokusi ialah tindak penutur dalam menyampaikan maksud.Tindak perlokusi ialah tindak penutur dalam menyampaikan tuturan yang memiliki daya untuk memengaruhi petutur agar merespons dalam bentuk verbal atau pun nonverbal.
- Prinsip Percakapan
Prinsip percakapan terdiri atas dua jenis, yaitu prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan. Dalam prinsip percakapan, prinsip kerja sama merupakan prinsip utama, sedangkan prinsip kesantunan merupakan prinsip komplemen yang digunakan motivasi pelanggaran prinsip kerja sama, dan sebagainya.
- Implikatur
Implikatur ialah makna terselubung atau informasi bawaan implisit dalam tuturan. Grice (1975) mengklasifikasi implikatur ke dalam dua kategori: percakapan dan konvensional. Leech (1983) melengkapi klasifikasi Grice dengan menambahkan metaimplikatur. Implikatur percakapan ialah informasi bawaan implisit dalam tuturan yang didasarkan pada kontekspercakapan. Implikatur konvensional ialah informasi bawaan implisit yang didasarkan pada konvensi. Metaimplikatur ialah informasi bawaan implisit untuk kepentingan basa-basi (phatic).
- Deiksis
Deiksis ialah penunjukan atau pengacuan melalui indeksikal (ungkapan deiktis) dengan acuan yang berubah-ubah,berpindah-pindah, atau berganti-ganti.
Relasi Pragmatik Dengan Ilmu Lainnya
Relasi Pragmatik dengan Semantik
Ada satu hal yang menarik dalam pragmatik dan semantik, yaitu keduanya sering disebut dalam buku-buku pragmatik. Mungkin penyebabnya adalah orang sering menyamakan makna“makna” (meaning) dengan “maksud” (intention) seperti yang sering tampak dalam konsep bahwa pragmatik adalah studi tentang makna atau maksud tuturan. Bagi beberapa pakar, misalnya Leech (1983), berpendapat bahwa keduanya perlu dibedakan dank arena itu pula ia menempatkan perbedaan dua ilmu tersebut dalam bab tersendiri pada bagian awal buku The Principle of Pragmatics. Menurutnya, pragmatik ialah ilmu tentang maksud pengguna bahasa ketika berbahasa.
Relasi Pragmatik dengan Sintaksis
Terlepas dari perbedaan konsep kajian sintaksis versi Griffith dan Cruse di depan, Ariel (2008) berpendapat bahwa satuan bahasa yang dikaji dalam sintaksis tidak dimotivasi oleh aspek-aspek konteks (not motivated atau extralinguistically), sedangkan pragmatik justru mengedepankan peran konteks. Konsep Ariel tersebut jelas untuk membedakan pragmatik dengan sintaksis, tetapi tidak jelas untuk membedakan semantikdan sintaksis karena keduanya sama-sama tidak dimotivasi oleh aspek-aspek konteks, misalnya latar situasi dan partisipan. Karena itu, penting menghadirkan pendapat yang dapat digunakan untuk menjelaskan perbedaan pragmatic dengan sintaksis sekaligus semantik. Untuk membedakan tiga ilmu tersebut, Cruse (2000) menyatakan bahwa semantik berkaitan dengan kata-kata yg terisolasi, sintaksis tidak terisolasi, dan pragmatik lebih daripada itu.
Relasi Pragmatik dengan Pengajaran Bahasa
Pragmatik tidak hanya berkaitan dengan semantik dan sintaksis, tetapi juga pengajaran bahasa. Kaitan itu tampak terutama sejak pemberlakuan Kurikulum 1984. Pada saat itu, strukturalisme dalam pengajaran bahasa berkurang dengan ditandainya materi pragmatik pada setiap bab dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Materi pragmatik tersebut dieksplisitkan menjadi subbutir tersendiri sehingga menjadi hal yang harus direncanakan dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk diajarkan, diajarkan, dan diases pada tahap evaluasi. Fenomena itu menasional hingga dalam ujian nasional dan tes lainnya terdapat materi pragmatik.
Sumber :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pragmatik
2020-06-28_Book suhartono 2.pdf
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar