Rukayah

Rukayah itu namaku, lahir di kota Magetan yang asri pada 21 Juli 1976, SDN Kediren 2 langkah awal mengenyam pendidikan pada usia 8 tahun, melanjutkan ke M...

Selengkapnya
Navigasi Web
Toleransi dalam kitab suci

Toleransi dalam kitab suci

Indonesia adalah Negara kepulauan, Negara yang kaya raya. Kekayaan Indonesia meliputi kekayaan alam, keanegaraman adat istiadat dan budaya, keindahan alam yang memukau. Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun dan Jepang selama 3,5 tahun karena mereka tertarik dengan pesona Indonesia terutama keaneragaman rempah-rempahnya. Bangsa Indonesia juga terkenal dengan keramahtamahan dan kerukunan antara warga.

Kemerdekaan Indonesia adalah buah manis dari berhasilnya para pejuang dalam mengelola keragaman budaya, suku, agama dan adat istiadat menjadi satu kekuatan besar yaitu satu bahasa, satu bangsa dalam mengusir penjajah sehingga bangsa penjajah hengkang dari Negara Indonesia tercinta. Dari sejarah panjang para pahlawan lahirlah semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda namun tetap satu bangsa Indonesia.

Sebagai generasi yang menikmati kemerdekaan menjadi kewajiban dan tanggungjawab untuk menjaga persatuan dan kesatuan yang dibangun para pejuang dengan kucuran darah yang membahasi bumi pertiwi selama 3,5 abad dan 3,5 tahun. Tangisan para istri dan anak para pejuang yang selalu membasahi ibu pertiwi harus kita bayar dengan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif, jangan kita nodai dengan perdebatan, perbedaan pendapat dan keakuan yang menimbulkan rasa saling benci dan merasa paling benar yang memicu persatuan dan keutuhan bangsa ini.

Namun, persatuan dan keutuhan bangsa ini ternoda oleh oknum generasi saat ini, agama yanag mereka anut sering tampil dengan wajah kasar, nyasir kehilangan wajah yang ramah. Rangkaian teror bom, perusakan tempat ibadah dan fasilitas publik mewarnai media masa.

Di Indonesia ada 6 agama resmi yaitu Islam, Hindu, Budha, Katolik, Protestan dan Konghucu. Semua agama mempunyai hak yang sama dalam menjalankan ibadah dan keyakinan, para penganutnya dilindungi oleh Negara. Pancasila sebagai dasar negara mengakomodir semua agama dan keyakinan yang ada di Indonesia. Dalam butir Pancasila sila pertama ada pesan saling menghormati, saling menghargai dan tidak memaksakan agama dan kepercayaan kepada orang lain.

Dari ke-6 agama yang ada di Indonesia mempunyai pedoman sebagai dasar berinteraksi kepada sang Pencipta dan sesama manusia. Semua agama mengajarkan kepada pemelukknya untuk berlaku dengan kasih sayang tanpa rasa kebencian, berbuat kebaikan menghindari kejahatan dan bertoleransi. dalam buku ini akan diulas tentang anjuran toleransi dari berbagai kitab suci agama yang ada di Indonesia.

1. Torelansi dalam agama Hindhu

Toleransi dalam agama Hindhu adalah Umat Hindu menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan menganggap bahwa hakikat semua agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan, namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda. Saling menghormati agama yang lain adalah sebuah kewajiban dalam rangka mengamalkan kitab dan ajaran sang yang Widhi, Tuhan yang menguasai alam semesta.

Dalam kitabnya disebutkan : samo ‘ha sarva-bhūteu na me dveyo ‘sti na priyah ye bhajanti tu mā bhaktyā mayi te teu cāpy aham (Bhagawadgita, IX:29) Artinya: Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua makhluk. Bagi-Ku tidak ada yang paling Ku-benci dan tidak ada yang paling Aku kasihi. Tetapi yang berbakti kepada-Ku, dia berada pada-Ku dan Aku bersamanya pula

2. Toleransi dalam agama Budha

Kurang lebih 200 tahun kemudian seorang raja terbesar sepanjang sejarah India yang bernama Asoka menjadikan agama Buddha sebagai agama negara. Berkat jasanya mengutus para misionaris Buddhis, agama Buddha dapat menyebar ke berbagai wilayah di luar India: ke arah barat menyebar sampai ke wilayah Yunani (walaupun tidak bertahan lama di sana), ke selatan menyebar ke Sri Lanka, ke timur menyebar ke Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia, ke utara menyebar ke Tibet, Cina, Jepang, dan Korea. Namun demikian, Raja Asoka tetap menghargai dan menghormati berbagai agama lain yang ada saat itu. Dalam beberapa prasastinya tercatat bahwa Raja Asoka walaupun beragama Buddha mendanakan sejumlah gua sebagai tempat pertapaan bagi para pertapa ajaran lain. Di antara sekian banyak prasasti peninggalan Raja Asoka terdapat sebuah prasasti yang mengajarkan toleransi antar umat beragama yang berbunyi sbb:

“Janganlah kita menghormati agama kita sendiri dengan mencela agama lain. Sebaliknya agama lain pun hendaknya dihormati atas dasar-dasar tertentu. Dengan berbuat demikian kita membuat agama kita sendiri berkembang, selain menguntungkan pula agama lain. Jika kita berbuat sebaliknya, kita akan merugikan agama kita sendiri selain merugikan agama lain. Oleh karena itu, barangsiapa menghormati agamanya sendiri dan mencela agama lain, semata-mata terdorong oleh rasa bakti kepada agamanya sendiri dengan pikiran ‘Bagaimana aku dapat memuliakan agamaku sendiri’, justru ia akan merugikan agamanya sendiri. Karena itu kerukunan dianjurkan dengan pengertian biarlah semua orang mendengar dan menghormati ajaran yang dianut orang lain.”

Demikianlah agama Budha dengan sifat toleransi dan pasifisme (paham cinta damai) yang tinggi dapat hidup rukun dan harmonis dengan agama lain di mana pun ia berkembang. Dalam sejarah perkembangannya, agama Buddha tidak pernah menyebabkan pertumpahan darah saat memperkenalkan ajarannya di dalam maupun di luar India. Di Asia Timur khususnya di Cina agama Buddha dapat berbaur dengan keyakinan setempat (agama Kong Hu Cu dan Taoisme) yang kemudian menghasilkan keyakinan baru yang disebut Tri-Dharma (Tiga Ajaran: Buddha, Kong Hu Cu, dan Tao). Di Indonesia sendiri pada masa kerajaan Majapahit kehidupan agama Buddha dan agama Hindu berlangsung rukun dan harmonis seperti yang tersirat dalam ungkapan Jawa Kuno yang tertulis dalam kitab Sutasomo“ Bhinneka tunggal ika, tan hana Dharma mangrwa (Berbeda-beda namun tetap satu, tiada Kebenaran yang mendua)” (http://www.kompasiana.com/mr_ded/toleransi-dalam-agama-buddha_54ff6eefa33311804c510162,

Umat Budha selalu diajarkan selalu mengembangkan dan mengutamakan kasih saying secara universal (metha), terhadap semua makhluk, tidak hanya kepada manusia saja namun kepada binatang dan makhluk yang tidak kelihatan. Umat buda diajarkan sikap toleransi kepada siapaun tanpa kecuali.

3. Toleransi dalam agama Kristen Katolik dan Protestan

Ajaran agama Kristen juga menghormati keragaman, dalam kitab Injil juga mengajarkan bagaimana cara menghormati dan menghargai keyakinan yang berbeda dengannya. Para pemeluk agama Kristen meyakini bahwa dengan berperilaku saling menghargai satu sama lain walau beda keyakinan berarti telah melaksanakan perintah Allah. Dalam kitabnya dijelaskan bagaimana cara hidup dengan orang lain yang berbeda agama dan keyakinan seperti :

Rom 13:1-2 – (1) Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. (2) Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya

Mat 5:43-44 – (43) Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. (44) Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka

Toleransi pada hakikatnya adalah berkenaan dengan sikap terhadap orang, bukan terhadap pikiran orang. Maka itu, sikap Kristen yang berdasarkan kasih haruslah tertuju kepada orangnya. Toleransi dalam hal ini ialah toleransi sikap, toleransi sikap hati, bukan toleransi keyakinan atau kebenaran. (Theologia Abu-Abu, hal. 284-285

Jadi adalah benar bahwa kita tidak boleh memusuhi orang beragama lain, adalah benar bahwa kita tidak boleh berbuat jahat / anarkis kepada mereka, adalah benar bahwa kita harus mengasihi mereka, berbuat baik pada mereka, menolong mereka ketika dalam kesusahan, tapi menyetujui apa yang mereka pahami, menerima apa yang mereka katakan sebagai kebenaran, apalagi menyesuaikan ajaran agama kita dengan ajaran agama mereka sama sekali tidak boleh kita lakukan. Kalau kita melakukan hal itu, itu bukanlah lagi toleransi namanya tapi kompromi.

Dalam ajaran agama Katholik juga ditemui konsep tentang kerukunan, hal ini sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Konsili Vatikan II tentang sikap, Gereja terhadap, agama-agama lain didasarkan pada asal kisah rasul-rasul 17 : 26 sebagai berikut: “Adapun segala bangsa itu merupakan satu masyarakat dan asalnya pun satu juga, karena Tuhan menjadikan seluruh bangsa manusia untuk menghuni seluruh bumi."

Dalam deklarasi tersebut umat Katholik diajarkan bahwa manusia berasal dari satu sumber sang Pencipta yang menghuni bumi yang mempunyai hak yang sama dalam menjalankan keyakinan dan agamanya. Ajaran kasih adalah kekuatan budi luhur yang harus dijunjung tinggi dan di amalkan, tidak ada diskriminasi kepada agama dan kepercayaan yang berbeda, harus saling mengasihi satu sama lain seperti halnya mengasihi diri sendiri.

Sedangkan menurut agama Protestan juga menganjurkan agar antar sesama umat manusia selalu hidup rukun dan harmonis. Agama Protestan beranggapan bahwa aspek kerukunan hidup beragama dapat diwujudkan melalui Hukum Kasih yang merupakan norma dan pedoman hidup yang terdapat dalam Al Kitab. Hukum Kasih tersebut ialah mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Menurut agama Protestan, Kasih adalah hukum utama dan yang terutama dalam kehidupan orang Kristen Protestan. Dasar kerukunan menurut agama Kristen Protestan adalah ajaran pada kitab Injil Matins 22:37.

4. Toleransi berdasarkan Agama Konghucu

Dalam Sebagaimana agama-agama lainnya seperti telah diuraikan di atas, maka dalam agama Khonghucu jugs ditemui ajaran yang dapat mengantarkan pemeluknya untuk hidup rukun dengan pemeluk agama lainnya. Di antara ajaran atau lima sifat yang mulia (Wu Chang) yang dipandang sebagai konsep ajaran yang dapat menciptakan kehidupan harmonis antara sesama adalah :

a. Ren/Jin, cinta kasih, tabu diri, halus budi pekerti, rasa tenggang rasa serta dapat menyelami perasaan orang lain.

b. I/Gi, yaitu rasa solidaritas, senasib sepenanggungan dan rasa membela kebenaran.

c. Li atau Lee, yaitu sikap sopan santun, tata krama, dan budi pekerti.

d. Ce atau Ti, yaitu sikap bijaksana, rasa pengertian, dan kearifan.

e. Sin, yaitu kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya oleh orang lain serta dapat memegang janji dan menepatinya.

Memperhatikan ajaran Khonghucu di atas, terutama lima sifat yang mulia di atas di mana Khonghucu sangat menekankan hubungan yang sangat harmonis antara sesama manusia dengan manusia lainnya, di samping hubungan harmonis dengan Tuhan dan juga antara manusia dengan alam lingkungan. Setiap penganut Khonghucu hendaknya mampu memahami dan mengamalkan kelima sifat di atas, sehingga kerukunan atau keharmonisan hubungan antar sesama dapat terwujud tanpa memandang dan membedakan agama dari keyakinan.

Jadi pada dasarnya semua agama telah memberikan ajaran yang jelas dan tegas bagaimana semestinya bergaul, berhubungan dengan pemeluk agama lain. Secara dassolen semuanya menjunjung tinggi hidup rukun, saling tolong-menolong antara pemeluk masing-masing agama, namun terkadang pemeluknya lupa atau tidak mampu mengaplikasikan ajaran, tuntunan dari agamanya. Terkadang dassolen dan dessain tampak tidak sejalan. (http://aufamaudy0408.blogspot.co.id/2011/12/toleransi-dalam-perspektif-agama-agama.html)

5. Toleransi dalam Agama Islam

Perbedaan sosial, budaya, agama dan cara beribadah adalah merupakan realita yang tidak dapat dipungkiri, manusia tidak mempunyai kewenangan untuk memilih ia dilahirkan, namun manusia diberi akal untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Perbedaan dan keragaman yang ada bukan untuk melahirkan permusuhan, apalagi menghina cara beribadah atau simbul-simbul agama dan kepercayaan yang lain .Isam melarang umatnya untuk memaksakan untuk memeluk Islam, Islam menghargai berpedaan, menghormati agama lain.

Perbedaan jangan dijadikan lawan yang harus dikalahkan, namun perbedaan hendaknya dijadikan peluang untuk fastabiqul khairat (berkompetisi dalam hal kebaikan) sehingga akan muncul manusia yang berkwalitas dalam kebaikan dan akhlaknya. Adanya perbedaan akan menjadikan hidup dinamis, kompetitif dan teratur seperti pelangi tampak indah karena ada keragaman warna merah, kuning, jingga, biru, merah dan ungu. Keragaman yang disatukan akan tampak indah, keragaman bila berdiri sendiri tiada makna dan tiada keindahan.

Hidayah hanya milik Allah manusia hanya bertugas untuk berdakwah mengamalkan ajaran Allah. Dalam QS al Kafirun ayat 1-6 dijelaskan tentang prinsip toleransi .

Artinya :

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,

2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,

5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.

6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Dalam QS al Kafirun tersebut di jelaskan bahwa toleransi bukan berarti mencampuradukan ajaran-ajaran yang ada sehingga melahirkan agama baru, namun toleransi adalah memberikan kesempatan kepada agama lain dapat menjalankan ibadahnya dengan aman tanpa ada yang mengganggu. Toleransi yang mencampuradukkan ajaran yang lain berarti tidak beragama. Toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk sistem dan tata cara peribadatannya, dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing

Di dalam al-Quran banyak dijelaskan tentang sikap saling menghargai, saling meyayangi kepada semua makhluk. Nabi Muhammad saw di utus untuk menyempurnakan akhlak. Islam mengedepankan sikap terbuka, mau mengakui adanya agama lain selain Islam dan wajib menghargai dan menghormati perbedaan dengan cara toleransi. Islam melarang orang yang berlaku diskriminasi dan aniaya terhadap agama lain. Islam mengedapankan sikap terbuka (inklusif) daripada kebencian dan permusuhan sebagaimana Firman Allah dalam QS al-Hujurat ayat 11

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah imandan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.

Konsep toleransi yang ditawarkan Islam sangatlah rasional dan praktis serta tidak berbelit-belit. Namun, dalam hubungannya dengan keyakinan (akidah) dan ibadah, umat Islam tidak mengenal kata kompromi. Ini berarti keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka, demikian juga dengan tata cara ibadahnya, bahkan Islam melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun. Maka kata toleransi (tasamuh) dalam Islam bukanlah hal baru, tetapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan sejak agama Islam lahir.

Banyak sikap yang dicontohkan oleh Rasulullah bagaimana bermuamalah dengan sesama. Rasulullah pernah meminta bantuan kepada tentara Yahudi dalam perang dan memberikannya ghanimah (harta rampasaan perang). Rasulullah juga pernah menerima dan memberikan hadiah kepada non Muslim. Berikut cerita keagungan akhlak yang dicontohkan Rasullah yang tergambar pada kisah Ali dan Yahudi :

Pagi itu Ali bin Abi Thalib telah menyelesaikan salat malam, tinggal witir saja yang belum ia tunaikan. Setelah berzikir dan memanjatkan doa, dia mengerjakan salat witir sesempuna mungkin. Udara Madinah pagi begitu indah menentramkan. Aroma kehidupan Islami sangat jelas di balik bilik setiap rumah di Madinah. Lantunan ayat-ayat suci terdengar merdu dari rumah-rumah sahabat Rasul. Waktu subuh sudah tiba dan Ali bin Abi Thalib bersiap-siap menuju ke masjid. Beberapa sahabat sudah ada yang mendahului bahkan sudah banyak yang berada di masjid. Tibalah saatnya Bilal mengumandangkan azan keseluruh pelosok kota Madinah. Suaranya yang merdu dan keras menambah semangat kaum muslimin nuntuk segera berangkat ke masjid.

Dalam perjalanan menuju masjid, ada seorang kakek tua yang beragama Yahudi berjalan sangat pelan di depan Ali bin Abi Thalib ra. Mungkin kakek tua itu ingin menuju pasar, Alipun berjalan dengan perlahan demi menghormati orang tua tersebut. Dalam hati Ali ingin segera cepat sampai ke masjid apalagi iqamah telah di kumandangkan. Namun ia ingat pesan Rasulullah untuk menghormati orang tua apapun agamanya. Iapun ikhlas terlambat dalam jamah salat.

Ketika Ali berada dalam serambi masjid, ia mendapati Rasulullah saw dan para sahabatnya masih dalam posisi ruku. Segera saja Ali bin Abi Thalib menyertai salat subuh dan ia mendapat satu rekaat. Salat subuh telah selesai daan Alipun pulang kerumah.

Beberapa saat kemudian Umar bin Khatab ra bertanya kepada Rasulullah saw perihal rukuk di rekaat kedua yang berlangsung lama. “ Wahai Rasulullah, mengapa hari ini salat subuhmu tidak seperti biasa? “adakah sesuatu yang terjadi?”.

Rasulullah saw. balik bertanya,” kenapa, ya Umar?”

Umar menjawab,”biasanya rukuk yang kedua tidak sepanjang pagi ini. Tadi engkau rukuk lama sekali. Adakah wahyu telah turun.”

Rasulullah menjawab;”aku juga tidak tahu. Hanya tadi saat aku rukukdalam rekaat yang kedua, malaikat Jibril tiba-tiba turun lalu menekan punggungku sehingga aku tidak bisa bangun iktidal. Dan itu berlangsung lama, seperti yang engkau ketahui juga. Dan aku belum tahu kenapa Jibril melakukan itu, Jibril belem menceritakan itu padaku.”

Dengan izin Allah, beberapa waktu kemudian malaikat Jibril pun turun. Ia berkata kepada Rasulullah saw , “ Ya Rasulullah tadi aku diperintahkan untuk menekan punggungmu dalam rekaat yang kedua. Sengaja agar Ali mendapat kesempatan untuk ikut salat berjamaah denganmu, karena Allah sangat suka dengan Ali. Ia telah menjalankan ajaran agama-nya secara bertanggungjawab. Ali telah menghormati kakek tua Yahudi. Dari penghormatan itu, ia sampai berjalan pelan sekali di belakangnya karena kakek itu berjalan sangat pelan. Jika punggungku tadi tidak ditekan tadi, maka Ali akan terlambat dan tidak akan memperoleh kesempatan untuk mengerjakan salat subuh berjamaah denganmu hari ini.”

Mendengar penjelasan Jibril itu, mengertilah kini Rasulullah saw makin mencintai menantunya karena itu berakhlak mulia demi menghormati seseorang kakek tua meski berbeda keyakinan. Islam mengajarkan agar kita menghormati orang tua terutama orang tua kandung sendiri. Sungguh akan menyesal orang yang selama hidupnya menyia-nyiakan orang tuanya dan tidak memberikan hak-haknya kepada mereka. Orang tua ibarat pintu gerbang kita menuju dunia dan kita akan senantiasa berhutang budi pada mereka. (http://kisahislami.com/penghormatan-kepada-seorang-kakek-Yahudi/)

Dalam kisah tersebut dapat diambil sebuah hikmah yang luar biasa bahwa Islam adalah agama yang menekankan kasih sayang, melarang kebencian dan berbuat aniaya kepada sesama. Bahkan kasih sayang menjadi brand emage Islam. Nabi Muhammad adalah titik temu dari dunia langit dan dunia bumi, antara sifat-sifat ketuhanan dan sifat-sifat kemanusiann, antara sifat amarah dan kasih sayang, nabi selalu menekan sifat kemanusiaannya demi pemenangan sifat ketuhanan. Sifat ini tergambar dalam QS Ali Imran 159

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.

Selain kisah keteladan di atas masih banyak kisah keluhuran akhlak Rasulullah saw dalam bermuamalah atau berinteraksi dengan sesama bahkan dengan musuhnya sekalipun. Salah satu contoh bagaimana setiap hari Rasulullah menyuapi pengemis Yahudi tua dan buta dengan penuh kasih sayang, walaupun Yahudi tua tersebut selalu mencaci dan menghina Rasulullah. Singkat cerita dengan keluhuran hati Rasulullah akhirnya pengemis Yahudi dengan kerelaan hati mengucapkan dua kalimah syahadat. Kelururan budi, kasih sayang yang tulus dari Rasulullah meluluhkan hati pengemis Yahudi tua.

Keluhuran dan keagungan akhlak Rasulullah juga ditunjukkan oleh para sahabat beliau, seperti Umar bin Khatab memerdekakan Bilal bin Robiah yang mendapat siksaan tuannya karena ia mempertahankan keislamannya. Utsman bin Affan menafkahkan harta bendanya untuk kepentingan masyarakat umum dengan membeli sumur milik orang Yahudi. Dan masih banyak lagi kisah-kisah inspiratif yang dari Rasulullah dan para sahabatnya.

A. Beragam untuk Bersatu

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang kaya akan sumber daya alam. Dalam sejarah Indonesia menjadi perlintasan penjelajahan bahari yang membawa arus peradaban dunia, sehingga kekayaan negara ini semakin bertambah Bung Karno menyebut negara ini dengan “taman sari dunia”. Letak yang strategis di belahan dunia menjadikan kebudayaan Indonesia banyak dipengaruhi budaya belahan dunia, seperti pengaruh kebudayaan Hindu dari India yang memunculkan beberapa kerajaan Hindhu.

Pengaruh agama Islam dan Cina hampir bersamaan antara abad 13 dan 14. Disusul dengan masuknya Belanda sekitar abad 16 yang akhirnya menjajah Indonesia selama 3,5 abad dan 3,5 tahun di jajah Jepang. Kelebihan bangsa ini adalah keramahtamahannya dan sifat terbuka terhadap budaya lain sehingga kebudayaan Indonesia semakin beragam. Selain itu bangsa ini mampu mengelola keberagaman budaya menjadi satu yaitu kebudayaan Indonesia.

Keberhasilan pengelolaan keragaman seperti yang telah dijelaskan di atas membuahkan kekuatan yang dasyat dalam melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari rongrongan para penjajah. Sejarah telah membuktikan ampuhnya persatuan dalam menghadapi berbagai ancaman penjajah walaupun dengan senjata bambu runcing, namun kekuatannya menggetarkan hati para penjajah yang memakai senjata modern.

Ketidakberhasilan dalam mengelola keberagaman mengakibatkan kehancuran, keresahan dan ketidakyamanan. Banyak bukti sejarah yang menunjukan akibat ketidakmampuan dalam mengelola keragaman. Untuk mengelola keberagaman diperlukan kesadaran masyarakat bahwa keragaman itu sebuah keniscayaan dan sebuah peluang untuk menciptakan keharmonisan. Negara ini di ibaratkan sebuah baprik yang membuat sebuah produk. Untuk menciptakan produk yang berkwalitas di butuhkan peran dari masing-masing komponen yang berbeda yang saling melengkapi. Seandainya di sebuah pabrik setiap komponen mau berdiri sendiri maka produk itu tidak akan terwujud.

Hal yang paling sulit dalam mengelola keberagaman adalah sifat egoism individu yang hanya mencari titik lemah dari setiap invidu. Bila sifat egoism ini tumbuh subur disetiap individu maka tungguhlah kehancuran persatuan di negeri ini.

.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Beragam adalah keniscayaan. Toleransi adalah kedamaian. Kupasan yang sangat bagus Bu. Jelas. Tks

28 Jan
Balas

mksh bun...

28 Jan

Mantul

27 Jan
Balas

mksh bun...

28 Jan
Balas



search

New Post