Rukayah

Rukayah itu namaku, lahir di kota Magetan yang asri pada 21 Juli 1976, SDN Kediren 2 langkah awal mengenyam pendidikan pada usia 8 tahun, melanjutkan ke M...

Selengkapnya
Navigasi Web
Toleransi dalam Pendidikan

Toleransi dalam Pendidikan

A. Hakekat Pendidikan

Pendidikan memiliki ragam arti dan pengertian, banyak pakar dan tokoh mengemukakan pendapat disertai dengan argumen sesuai dengan latarbelakang yang beragam pula. Perbedaan pendapat di kalangan tokoh dipengaruhi dari sisi budaya, pengetahuan, politik, agama dan sosial. Di setiap perbedaan pasti ada persamaan yang menjadi satu titik temu sehingga perdebadatan yang diakibatkan keragaman pendapat dapat dihindari yang pada akhirnya membuahkan hasil yang bermanfaat bagi masyarakat.

Koentjaraningrat seorang ahli antropologi mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar untuk mengalihkan adat istiadat dan seluruh kebudayaan dari generasi lama ke generasi baru.

Sementara Sudarminta seorang ahli filosofis memaknai pendidikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan, pengajaran,dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses kemanusiaan diri kea rah tercapainya pribadi yang dewasa susila.

Sedangkan menurut bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah sebagai usaha orang tua bagi anak-anaknya dengan maksud untuk meyokong kemajuan hidupnya, dalam arti memperbaiki tumbuhnya kekuatan ruhani dan jasmani yang ada pada diri anak-anak.

Dari berbagai pendapat tesebut dapat di simpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar, melalui latihan, bimbingan, pembiasaan dan pengajaran untuk menjadikan anak sebagai manusia yang sanggup dan mampu menjalani hidup yang penuh tantangan di masa depan. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan seorang anak akan hidup mandiri dalam menjalani hidupnya.

Pendidikan yang dilandasi dengan cinta dan kasih sayang akan menghasilkan manusia yang memandang manusia penuh dengan keharmonisan. Cinta dan kasih sayang yang di terapkan oleh para pendidikan akan melahirkan kehidupan yang harmonis, saling menghargai, menumbuhkembangkan sikap toleransi saling menyayangi, dan hilangnya rasa saling membenci dan menghujat. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh cinta akan menghasilkan manusia yang eksklusif dan intoleran.

B. Pendidikan Sebagai agent of Change

Perubahan individu, sosial, intelektual dan moral terjadi melalui pendidikan. pendidikan adalah senjata yang ampuh dalam melakukan perubahan. Melihat peran yang sangat penting dalam melakukan perubahan perilaku, maka pendidikan harus diberikan porsi perhatian yang besar, baik dari sistem, tata kelola dan pembiyaan yang melibatkan selurus komponen masyarakat, mulai dari masyarakat yang terkecil yaitu keluarga hingga pemerintah yang memiliki pemangku kebijakan.

Menurul Abdul Munir Mulkham pendidikan merupakan model rekayasa sosial yang paling efektif untuk menyiapkan suatu bentuk masyarakat masa depan. Dalam kontek Islam penyusunan konsep pendidikan Islam secara benar dalam arti fungsional, terhadap problem kemanusian dan masyarakat akan menjadi sumbangan bagi realisasi sebagai khalifah dalam pelaksanaa tugasnya di bawah bimbingan wahyu dan uswah Nabi Muhammad saw. mengenai tugas manusia sebagai khalifah di tegaskan dalam QS al-Baqarah ayat 30 :

ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi tentunya harus memiliki kecakapan dalam berbagai aspek, baik kecakapan secara intelektual, sosial dan moral. Hal ini bisa di peroleh dan di kembangkan melalui pendidikan. Islam menaruh perhatian yang sangat besar pada pendidikan, dimana menuntut ilmu ditekankan mulai dari buaian sampai ke liang lahat. Wahyu yang pertama turun adalah QS al Alaq ayat 1-5 :

artinya : 1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ketika Rasulullah menyendiri di gua Hiro, malaikat Jibril turun menyampaikan wahyu pertama tersebut. Pada ayat yang pertama Allah menyuruh Nabi agar membaca, sedang beliau tidak pandai membaca dan menulis (ummy), maka dengan kekuasaan Allah ini beliau dapat mengikuti ucapan Jibril. Dan Allah akan menurunkan kepadanya suatu Kitab yang akan menjadi petunjuk bagi manusia. Maksudnya, bahwa Allah yang menjadikan dan menciptakan seluruh makhluk-Nya dari tidak ada kepada ada,menjadikan Nabi yang bijaksana dan pandai dengan bimbingan Allah secara langsung.

Ayat yang kedua menjelaskan tentang kekuasaan Allah dalam penciptaan manusia. Allah menjadikan manusia sebaik-baik makhluk yang dibekali dengan akal untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Perintah sujud kepada nabi Adam bagi malaikat dan syetan menunjukkan betapa mulianya manusia. Allah mengangkat manusia sebagai pemimpin di bumi yang bertugas menjaga dan memakmurkan bumi dan melarang manusia untuk berbuat kerusakan dan menumpahkan darah.

Sedangkan ayat yang ketiga Allah memerintahkan untuk membaca lagi, hal ini mengandung makna bahwa manusia mempunyai keterbatasan. Untuk itu dengan cara mengulang-ulang dalam belajar akan mengikat ilmu pengetahuna sehingga akan melekat pada akal, tulisan adalah sebagai tali.

Pada ayat keempat Allah menerangkan bahwa Dia menyediakan kalam sebagai alat untuk menulis, sehingga tulisan itu menjadi penghubung antar manusia walaupun mereka berjauhan tempat, sebagaimana mereka berhubungan dengan perantaraan lisan. Kalam sebagai benda pada yang tidak dapat bergerak dijadikan alat informasi dan komunikasi, maka apakah sulitnya bagi Allah menjadi Nabi Nya sebagai manusia pilihan Nya bisa membaca, berorientasi dan dapat pula mengajar. Allah menyatkan bahwa Dia menjadikan manusia dari ‘Alaq lalu diajarinya berkomunikasi dengan perantaraan kalam. Pernyataan ini menyatakan bahwa manusia diciptakan dari sesuatu bahan hina dengan melalui proses, sampai kepada kesempurnaan sebagai manusia sehingga dapat mengetahui segala rahasia sesuatu, maka seakan-akan dikatakan kepada mereka, “Perhatikanlah hai manusia bahwa engkau telah berubah dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang paling mulia, hal mana tidak mungkin terjadi kecuali dengan kehendak Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana menciptakan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Nya.

Pada ayat kelima Allah menganugerahkan manusia karunia yang sangat besar. Dia lah Tuhan yang mengajar manusia bermacam-macam ilmu pengetahuan yang bermanfaat baginya yang menyebabkan dia lebih utama dari pada binatang-binatang, sedangkan manusia pada permulaan hidupnya tidak mengetahui apa-apa. Bukan suatu keanehan ketika Allah menjadikan Nabi Muhammad menjadi manusia yang pandai membaca yang mulanya dalam keadaan ummy . Dengan ayat-ayat ini terbuktilah tentang tingginya nilai membaca, menulis dan berilmu pengetahuan. Andaikata tidak karena kalam niscaya banyak ilmu pengetahuan yang tidak terpelihara dengan baik, banyak penelitian yang tidak tercatat dan banyak ajaran agama hilang, pengetahuan orang dahulu kala tidak dapat dikenal oleh orang-orang sekarang baik ilmu, seni dan ciptaan-ciptaan mereka.

Melalui pena atau tulisan manusia mengetahui sejarah manusa yang dijadikan sumber inspirasi dalam menjalani kehidupan sebagai pemimpin di muka bumi yang bertugas menjaga dan mengelola dengan baik berpijak pada perintah Allah dan Nabi. (http://nuningmanajmen.blogspot.co.id/)

Dari ayat tersebut Islam menaruh perhatian yang sangat besar pada pendidikan, karena dengan pendidikan manusia mampu menjalankan tugasnya sebagai individu dan anggota masyarakat.

Di Indonesia system pendidikan dan pengelolaan sangat beragam, banyak lembaga-lembaga pendidikan baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Banyak kebijakan yang diluncurkan pemerintah dalam pendidikan, karena tuntutan yang tinggi dalam penguasaan ilmu pada era kecanggihan teknologi. Selain kecanggihan teknonogi peran masyarakat dalam pendidikan juga harus dikembangkan. Kebersamaan dan keterlibatan seluruh komponen akan membawa pengaruh yang signifikan pada keberhasilan pendidikan.

Kerjasama seluruh komponen masyarakat akan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Dengan keterlibatan seluruh unsur masyarakat Indonesia akan bangkit dari keterpurukan dan menghasilkan generasi yang mampu bersaing dalam kancah regional, lokal dan internasional. Selain itu di harapkan pendidikan mampu mencetak generasi yang beradap dan inklusif serta generasi yang toleran.

C. Dilema Pendidikan di Indonesia

Pendidikan adalah kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupannya. Sebagai makhluk yang sempurna, beragam dan unik manusia memerlukan pendidikan berbeda satu dengan yang lain. Masing-masing individu memiliki karakteristik dan potensi yang berbeda. Perbedaan karakteristik seharusnya diiringi dengan pendidikan yang beragam pula. Keseragaman pendidikan akan bisa mematikan potensi dan bakat.

Sistem pendidikan yang di terapkan di Indonesia lebih menitikberatkan keseragaman dan sentralistik. Keseragaman pendidikan hampir pada seluruh aspek, mulai seragam sekolah, muatan kurikulum, buku ajar dan penilaian. Timbulnya kesenjangan, sifat eksklusif terjadi karena adanya tuntutan keseragaman, barangsiapa yang tidak sama maka di anggap salah.

Dari segi muatan kurikulum dan beban belajar sangat menguras tenaga, baik bagi pendidik dan peserta didik, contoh muatan kurikulum yang diberlakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ada 48 jam paket dari pemerintah setiap minggu, ditambah dengan Bimbingan Konseling 2 jam, muatan lokal wajib 2 jam total 50 jam perminggu dengan durasi 45 menit perjam. Selain beban belajar 50 jam perminggu masih ada ekstrawajib pramuka selama 2 jam, belum lagi ekstra yang lain. Secara implementatif dalam satu hari peserta didik belajar sampai jam ke 10 untuk lima hari kerja.

Beban belajar yang terlalu banyak akan mengurangi waktu peserta didik dalam mengembangkan potensi dan bakat, mereka sudah letih dalam mengikuti pembelajaran di kelas yang masih beriorentasi pada penekanan pemberian pengetahuan, pengembangan potensi peserta didik masih sangat rendah. Guru belum sepenuhnya sebagai fasilitator (teacher centered), metode yang digunakan juga belum bervariasi yang dapat menumbuhkembangkan bakat dan minat guru. Pengalaman pendidikan di Jepang, sebagaimana yang di tuturkan oleh Hernowo dalam bukunya Ainun Naim dan A. Sauqi, patut dijadikan bahan renungan bersama :

“waktu itu, saya melihat sekolah di Jepang ditayangkan di televisi. Sekolah itu tampaknya adalah sekolah dasar. Saya tidak tahu kelas berapa yang di tayangkan di televise tersebut. Yang jelas sekolah itu riuh, penuh dengan anak-anak. Saya kemudian mendengar sebarisan narasi yang bacakan oleh si pembawa berita. Narasi yang saya dengar itulah yang menarik perhatian saya”.

“diberitakan bahwa di sekolah itu, hampr setiap hari, awal kelas dimulai dengan adegan penceritaan. Murid-murid yang mengawali pelajarannya di kelas di minta maju satu persatu dan mengisahkan pengalaman hidupnya sehari lalu ketika berada di rumah. Oleh si guru, setiap murid diminta untuk maju di depan kelas dan bercerita. Saya bayangkan anak-anak tersebut menceritakan kisah-kisah yang menakjubkan yang mereka alami di rumah.

“Mendengar berita tayangan di televise itu, imajinasi saya terus bergerak melayang entah kemana. Betapa asyikknya anak-anak Jepang ketika di ruang kelas. Mereka tidak langsung di jejali “pengalaman abstrak” bahkan mereka bebas mengeluarkan secara aktif cerita setiap murid, dan kemudian mencatat hal-hal yang penting dari pengalaman si anak, lalu si guru mengaitkan dengan pelajaran yang akan di berikan hari ini.

Pendidikan di Jepang tersebut menunjukkan bahwa keragaman adalah keniscayaan yang harus di hargai. Setiap anak yang lahir mempunyai bakat dan minat yang bervariasi. Peserta didik diberi kebebasan berekspresi dan mengembangkan potensi yang ada pada pendidik. Peserta didik belajar dari pengalaman hidupnya secara riil.

Dampak lain dari banyaknya beban belajar adalah pendidikan keluarga tidak dapat diterapkan secara maksimal dikarenakan sampai dirumah peserta didik sudah terlalu capek seharian disekolah. Hal ini menyebabkan kurangnya komunikasi dalam keluarga apalagi di era kecanggihan teknologi. Rendahnya komunikasi dalam keluarga akan menimbulkan rendahnya kepekaan sosial dan meningkatnya sifat egoisme.

Banyak orang tua pada zaman sekarang lebih takut kalau nilai matematika, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Mereka akan bangga kalau nilai pelajaran tersebut mendapat nilai 9 (Sembilan) . Mereka rela membayar mahal guru privat dan lembaga kursus. Pelajaran tentang akhlak dan budi pekerti kurang mendapat perhatian. Hal ini membuktikan bahwa orang tua juga masih berorientasi pada nilai dan dunia kerja. Mereka terkadang lupa bahwa masing-masing anak mempunyai kecerdasan yang berbeda.

Walaupun Ujian Nasional tidak menjadi sebuah syarat kelulusan, pada hakekatnya pendidikan di Indonesia masih berorientasi pada nilai dan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja. Peserta didik masih berorientasi pekerja belum pada pemimpin/direktur yang mampu menciptakan lapangan kerja. Pendidikan seharusnya tidak mencetak pekerja namun harus mampu mencetak generasi yang kreatif yang mampu bersaing dengan bangsa lain, jangan sampai pendidikan memasung kreatifitas peserta didik.

Pemerintah memiliki Pendidikan Penguatan Karakter (PPK) dan literasi, namun hasil yang di harapkan belum maksimal, hali ini karena beban belajar terlalu banyak seperti yang penulis uraikan di atas. Peningkatan kedisiplinan, pembiasaan membaca, penanaman karakter, dan religious culture kurang maksimal, karena terbatasnya waktu. Diperlukan kreatifitas bagi para guru untuk mensukseskan progam tersebut.

Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan sentralistik/keseragaman akan memenjarakan potensi peserta didik dan memasung kreatifitas. Selain itu beban mengajar seharusnya janngan membebani peserta didik.

D. Implementasi Toleransi di Sekolah

Pendidikan yang dicanangkan dilaksanakan di sekolah-sekolah di seluruh wilayah Indonesia mulai dari pendidikan non formal dan formal, baik yang di kelola pemerintah atau yayasan-yayasan. Pendidikan yang dikelola bertujuan untuk menciptakan generasi emas yang santun dan toleran.

Pendidikan Penguatan Karakter sebagai jawaban menurunnya karakter bangsa harus di implementasikan dengan langkah nyata di sekolah-sekolah mulai dari pendidikan non formal hingga pendidikan formal. Salah satu karakter bangsa yang perlu ditumbuhkembangkan adalah sikap toleransi, dengan tumbuhkembangnya toleransi di tengah heterogenya masyarakat di Indonesia akan mempererat kesatuan dan persatuan sehingga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan jaya, tiada yang berani merongrong ibu pertiwi tercinta.

Untuk mengimplementasikan progam tersebut di sekolah banyak cara yang dapat dilakukan diantaranya :

1. Progam Baca Kitab Suci (BKS)

Di sekolah umum seperti SD, SMP, SMA,SMK lebih heterogen dari sesi agama dan kepercayaan dibanding di madrasah atau sekolah-sekolah yang di kelola yayasan. Sikap menghargai dan saling menghormati bisa kita tanamkan mulai dari memahami kitab masing-masing. Hal ini bertujuan agar peserta memahami masingmasing kitab suci dan mengamalkan serta menjadikan pedoman dalam menjalani hidupnya.

Tata cara pelaksanaanya kegiatan tersebut bisa dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, sekolah dapat membagi alokasi waktu dengan progam literasi, walaupun pada hakekatnya membaca kitab suci juga merupakan progam literasi. Kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dengan dukungan semua warga sekolah, mulai dari satpam, karyawan, peserta didik dan guru. Guru jam pertama mendampingi di kelasnya masing-masing. Kurikulum dan Kesiswaan membuat buku pemantauan kegiatan tersebut yang diletakkan di dalam kelas.

Bagi yang beragama Islam dengan progam JFU (juzan fil usbu’) atau satu minggu satu juz. Bila jumlah peserta didik 36 anak maka dalam satu minggu kelas tersebut bisa khotmil Quran (selesai 30 Juz), setiap anak dapat menyelesaikan 30 juz dalam 30 minggu dengan pelaksanaan urut dari nomor absen. Dari 30 juz tersebut dibagi dengan cara dimulai urutan nomor satu pada daftar hadir kelas, nomor bertugas membaca juz 1, nomor dua juz 2 begitu seterusnya sampai dengan juz 30 sedangkan nomor 31 kembali ke juz satu, nomor 32 juz 2 dan seterusnya.

Dalam tabel tersebut dalam satu minggu peserta didik dapat menyelesaikan empat (4) juz, sehingga dalam jangka 30 minggu peserta didik dapat hatam dan 30 kali hatam dalam satu kelas, bagi yang berhalangan atau haid tetap membaca al-Quran dengan cara mendengarkan. Seandainya di sekolah ada 40 rombel maka dalam satu minggu 40 kali khotmil Quran

Setiap khotmil Quran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) wali kelas dan guru pada jam pertama bisa memimpin doa khotmil Quran. Peserta didik munulis daftar doa bagi yang menginginkan utuk didoakan dalam khotmil Quran bagi angoota keluarga yang mendapat musibah atau yang mempunyai hajat.

Dalam kegiatan khotmil Quran kita dapat mengetahui kondisi keluarga peserta didik , sehingga sifat saling mengasihi, kepedulian terhadap sesama akan terbangun. Selain sifat tersebut rasa gotong royong juga akan tumbuh dengan saling membantu menyelesaikan tugas membaca bagi yang kemampuan membaca alQuran rendah, karena intake dan kemampuan peserta didik di kelas sangat heterogen. Sifat saling mengasihi, saling peduli dan gotong royong akan melahirkan sikap saling menghormati dan toleransi.

Apabila di dalam kelas tersebut ada yang non muslim maka mereka tetap membaca kitab sucinya berdampingan dengan yang muslim, bila yang muslim satu minggu satu juz maka yang non muslim membaca 10- 20 lembar sesuai dengan kesepakatan kelas

Bila hal ini dilakukan dengan dukungan seluruh komponen sekolah, maka sikap toleransi, saling menghormati, gotong royong, dan sikap kebersamaan akan terbangun sehingga menjadi sebuah karakter bangsa yang akan menjadi solusi permasalah bangsa saat ini. Perjuangan para pahlawan akan membuahkan hasil apabila generasi saat ini mampu mengelola perbedaan menjadi sebuah wahana saling berlomba dalam kebaikan bukan berlomba mencari kesalahan orang lain dan justifikasi golongan yang paling benar. Sebuah bangsa akan disegani bangsa lain apabila karakter-karakter bangsa di junjung tinggi dan di amalkan seluruh lapisan masyarakat .

2. Student Centered dan Multi Metode

Peserta didik datang ke sekolah bukan dalam keadaan kosong, mereka mempunyai bakat minat dan potensi yang beragam. Mereka bukan gelas kosong yang hanya di isi air, mereka memiliki bekal pengetahuan yang diperoleh dilingkungan. Pembelajaran di kelas tidak lagi hanya transfer of knowlagde (memberikan ilmu pengetahuan) namun juga transfer of value (memberikan nilai-nilai sikap yang baik). Tugas seorang juga menumbuhkembangkan bakat dan potensi tersebut bukan malah mematikan.

Pembelajan yang didominasi guru (teacher centered) akan melemahkan bahkan mematikan kreatifitas peserta didik untuk mengembangkan potensi yang ada. Guru tidak lagi menjadi sumber belajar satu-satunya di dalam kelas, namun guru lebih ditekankan kepada fasilitator, pembimbing dan mengarahkan.

Dalam pembelajaran seorang guru harus merencanakan dan mendesain pembelajaran sesuai dengan kondisi anak dan perkembangan dunia modern, metode pembelajaran harus bervariasi dan inovatif untuk menghilangkan kebosanan peserta didik dalam PBM. Suasana pembelajaran yang efektif menurut PP 19 tahun 2005 SNP menyebutkan bahwa suasana belajar di kelas itu harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, inovatif dan menemukan sendiri, jadi pembelajaran yang efektif mempunyai karakteristik di mana peserta didik melihat, mendengarkan, mendemonstrasikan, bekerjasama, menemukan dan membangun konsep sendiri.

Untuk menjadi pelajaran yang disenangi peserta didik guru agama Islam harus peka terhadap dinamika perkembangan masyarakat, baik perkembangan kebutuhan yang selamanya berubah, perkembangan sosial, budaya politik termasuk perkembangan tekhnologi. Diera kecanggihan tehnologi guru berperan sebagai, a) fasilitator dimana guru perlu memahami berbagai jenis media, memiliki ketrampilan merancang media dan mampu mengoperasikan berbagai jenis media. b) guru sebagai pengelola pembelajaran dimana guru bisa menciptakan iklim belajar yang memungkin peserta didik belajar dengan nyaman.c) guru sebagai demontrator dapat diartikan guru harus menjadi teladan (اسوة ) d) guru sebagai evaluator, mengevaluasi semua aspek perkembangan peserta didik untuk pencapaian tujuan pendidikan menjadi manusia seutuhnya

Untuk mencapai pembelajaran yang menyenangkan diperlukan kreatifitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode yang dapat merangsang pembelajaran di kelas menjadi aktif. Pembelajaran yang aktif apabila da komunikasi dua arah antara peserta didik dan guru. Seorang guru yang baik tidak akan menjustifikasi kesalahan peserta didik secara prontal, hal ini akan menimbulkan rasa rendah diri dan menimbulkan sikap eksklusif. Berikut akan di uraikan beberapa metode yang bisa menumbuhkan kreatifitas, gotong royong dan toleransi.

1). Market Place Activity (MPA)/ Pasar Informasi

Market Place merupakan metode pembelajaran berupa kegiatan pasar, dimana siswa dapat melakaukan aktivitas jual beli informasi. Terdapat kelompok siswa pemilik informasi untuk dijual kepada kelompok lain dan kelompok siswa yang membeli informasi. Informasi yang diperjualbelikan adalah materi yang dipelajari pada hari itu dengan sintak sebagai berikut :

a. Setiap kelompok mempersiapkan barang yang akan dijual (pokok/sub pokok adalah hasil pembagian guru, masing-masing kelompok berbeda kontennya), Pada tahap ini siswa mengamati, menanya dan mengeksplorasi pokok/sub pokok bahasan melalui refferensi yang akurat antar sesama kelompok. Satu konten lebih dari satu referensi.

b. Barang yang dijual harus menarik (bisa menggunkan mind map, peta konsep, desain gambar dll). Siswa mengasosiasi dan mengomunikasikan hasil eksplornya melalui produk seperti mind map, peta konsep, desain gambar dll.

c. Setiap kelompok dibagi menjadi dua bagian (kelompok penjual dan kelompok pembeli) Kelompok penjual menjelaskan kehebatan produknya secara detail. Kelompok pembeli menilai atau mendengarkan penjelasan dan mencatatnya

d. Pembeli akan berkunjung ke stan penjual (diberi kesempatan 5-6 menit) Pembeli mengunjungi penjual dan mencatat apa yang dijelaskan penjual, ini harus dicatat karena pembeli ini harus menjelaskan kepada penjual di kelompoknya.

e. Pembeli menyampaikan laporan hasil kunjungannya kepada kelompoknya Pembeli menjelaskan hasil kunjungan kepada penjual dikelompoknya. Pembeli dan penjual menilai mana kelompok terbaik pada saat kunjungan dan dikunjungi

2). TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT)

TGT adalah model pembelajaran yang menitikberatkan pada pertandingan permainan kelompok. Teori ini dikembangkan oleh Slavin dengan tahapan sebagai berikut :

a. Penyajian kelas

Pengelolaan kelas meliputi: pengkondisian tempat duduk, dan penyampaian tujuan.

b. Kelompok (team)

Pembentukan kelompok terdiri atas 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen.

c. Game

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang di dapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.

d. Turnamen

Biasanya turnamen dilakukan pada akhir pertemuan atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan dalam satu meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.

e. Team Recognize (penghargaan kelompok)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi criteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40

3). Snowball Throwing

Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa, juga untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam menguasai materi tersebut.Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok; dipilih ketua kelompok yang akan mewakili untuk menerima tugas dari guru; masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain kemudian siswa menjawab pertanyaan dari bola yang didapatkan.Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas kemudian dilemparkan kepada siswa lain. Siswa yang menerima bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.

Tahapan yang dilakukan dalam menerapkan metode Snowball Throwingdalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

c. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

e. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ±15 menit.

f. Setelah siswa dapat satu bola diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

g. Evaluasi.

h. Penutup.

4). Centerpiece

Centerpiece yaitu pusat perhatian. Dalam istilah metode pembelajaran, centerpiece yaitu metode pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk mengeluarkan ide/gagasannya yang berbeda atau melengkapi ide dari siswa lain dan sebagai wahana untuk mengenal perbedaan pendapat yang berkembang di lingkungannya.

Siswa berkelompok 4 sampai 5 kelompok. Masing-masing siswa mendapatkan satu lembar kartu/kertas. Guru menyiapkan pertanyaan yang merangsang berpikir kritis baik melalui kuis atau tertulis. Setiap siswa menuliskan jawaban di kartu tersebut. Siswa yang selesai menuliskan jawaban meletakkan kartu tersebut di tengah meja. Setiap siswa menukarkan kartu miliknya dg kartu di meja kemudian membacanya lalu memberikan tanggapan sehingga setiap siswa membaca semua jawaban teman-temannya. Guru meminta konfirmasi siswa dengan ungkapan kunci ‘andaikata’ (what if)…… apa yang terjeadi?

5.) INKUIRI (DISCOVERY LEARNING)

Inkuiri berarti siswa terlibat dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan.Metode inkuiri adalah suatu cara menyampaikan pelajaran yang meletakkan dan mengembangkan cara berfikir ilmiah di mana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan dan sebagainya.Metode inkuiri bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif.

Kegiatan Awal (Pendahuluan): 15 menit

1) Guru membuka proses pembelajaran dengan memberi salam dan berdo’a,

2) Guru mengelola kelas (mengecek kesiapan, absensi, tempat duduk, dan perlengkapan lainnya),

3) Guru menyampaikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

4) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dari materi yang akan dipelajari, yakni serta metode pembelajaran yang akan digunakan.

5) Guru melakukan appersepsi (sejauh mana peserta didik memahami hubungan pelajaran yang lalu dan atau konsep yang dimiliki dengan materi yang akan diajarkan)

6) Guru memberi motivasi peserta didik.

Kegiatan Inti (110 menit)

1) Pembagian kelompok (Peserta didik membagi diri menjadi 5 kelompok dansetiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dan duduk sesuai dengan kelompoknya) pembagian kelompok dilakukan secara acak. (5 menit)

2) Guru membagi materi atau isu (masalah) yang akan dipecahkan sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik (perumusan masalah) (5 menit)

3) Peserta didik (setiap kelompok) menetapkan jawaban sementara (hipotesis) terhadap isu atau masalah yang ditugaskan (10 menit)

4) Peserta didik (setiap kelompok) harus mencari dan menemukan konsep atau prinsip melalui proses penyelidikan untuk mengumpulkan data. (45 menit)

5) Peserta didik(setiap kelompok) membuat kesimpulan jawaban secara tertulis (15 menit)

6) Peserta didik mempresentasikan hasil temuannya. (30 menit)

7) Terjadinya proses tanya jawab

8) Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dari konsep atau data yang ditemukan.

Kegiatan Penutup (10 menit)

1) Gurumemberi umpan balik dan penguatan materi di akhir pembelajaran.

2) Peserta didik menyimak penjelasan tentang topik materi pada pembelajaran selanjutnya, serta tugas yang diberikan guru terkait pembelajaran selanjutnya.

3) Mengajak semua peserta didik berdo’a untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.

4) Diakhir pembelajaran ada penguatan dari guru.

6). PROJECT BASED LEARNING (PBL)

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar dengan tahapan sebagai berikut :

Pendahuluan Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.

Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project).

Perencanaan projeck dan monitoring dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

7). Information Search/Berburu Informasi

Suatu cara yang digunakan oleh guru dengan maksud meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan baik oleh guru maupun dari peserta didik sendiri. Kemudian mencari informasi jawabannya lewat membaca untuk menemukan informasi yang akurat.

a. Pembagian kelompok (4-5 orang).

Guru membagikan pertanyaan-pertanyaan kepada kelompok siswa untuk dicari jawabannya. Peserta didik dalam kelompokmencari informasi di buku teks dan sumber belajar lain seperti Handout, Dokumen, Informasi dari internet, Perangkat keras (CD/DVD, dan alat-alat lain). Tiap Kelompokmenyusun jawaban yang sudah didapatkan dari referensi. Jawaban tiap kelompok didiskusikan. Setiap peserta didik membuat kesimpulan hasil diskusi semua kelompok.

g. Kegunaan

h. Membiasakan peserta didik untuk membaca secara cermat.

i. Melatihberpikir kritis.

j. Membantu menghidupkan materi yang membosankanmenjadi lebih menarik.

7). QUESTION STUDENT HAVE

Strategi Questions Student Have digunakan untuk mempelajari tentang keinginan dan harapan peserta didik sebagai dasar untuk mengoptimalkan potensi yang mereka miliki. Strategi ini menggunakan sebuah teknik untuk mendapatkan partisipasi peserta didik melalui tulisan. Hal ini sangat baik digunakan pada peserta didik yang kurang berani mengungkapkan pertanyaan, keinginan dan harapan-harapannya melalui percakapan.

a. Sebelum pembelajaran dimulai terlebih dahulu dilakukan setting kelas dengan membagi kelompok (4-5 orang anggota).

b. Mengadakan pre tes sebelum pembelajaran dimulai, terkait dengan KD yang akan diajarkan.

c. Memberi penjelasan secara singkat tentang strategi dan tatacaraQuestions Student Have yang akan diterapkan

d. Peserta didik diberi waktu 20 menit untuk membaca materi pembelajaran pada buku panduan atau sumber belajar yang telah disiapkan.

e. Selanjutnya peserta didik diminta untuk menuliskan pertanyaan dari materi yang belum dipahami dengan diberi waktu 5 menit pada belangko lembar pertanyaan yang telah disiapkan.

f. Melalui aba-aba guru, masing-masing diminta untuk memberikan pertanyaan yang telah ditulis kepada teman dalam kelompoknya searah jarum jam untuk dibaca selanjutnya diberi tanda centang (Ö) jika pertanyaan tersebut juga ingin ditanyakan dan jika tidak diminta memberi tanda strip (-), diputar hingga blangko tersebut kembali kepada pemiliknya.

g. Pemilik lembar pertanyaan diminta menghitung tanda centang yang ada pada blangkonya dan dihitung jumlah tanda centang yang diperoleh di samping kanan pertanyaan.

h. Pertanyaan yang paling banyak mendapat tanda centang mendapat prioritas utama untuk dijawab. Cara yang dilakukan adalah peserta didik diminta mengacungkan tangan apabila guru menyebutkan jumlah-jumlah tertentu kemudian membacakan pertanyaannya.

i. Peserta didik lain diminta mengidentifikasi kemungkinan ada pertanyaan yang sama dari yang dibacakan.

j. Setelah pertanyaan dibacakan, maka kesempatan menjawab pertama diberikan kepada peserta didik yang tidak memberi tanda centang pada pertanyaan.

k. Semua kertas pertanyaan dikumpulkan, karena kemungkinan ada pertanyaan yang perlu dijawab pada pertemuan berikutnya, sekaligus untuk direkapitulasi dan diidentifikasi serta dihitung kuantitas dan kualitas pertanyaan masing-masing peserta didik.

l. Setelah selesai semua proses penerapan strategi pembelajaran dengan Questions Student Have, maka peserta didik diberi penilain pos tes untuk dua aspek, yaitu kognitif dan afektif.

m. Untuk aspek kognitif, peserta diberi tugas untuk mengerjakan soal-soal post test yang telah disiapkan.

n. Sedangkan penilain afektif, peserta didik diminta menilai teman satu bangku tentang perilaku pelaksanaanshalatsunnah berjamaah dan munfarid selama satu minggu ke belakang dengan cara memberi tanda centang pada kolom yang tersedia terhadap pernyataan yang telah dibuat.

9). PEMBELAJARAN DENGAN MODEL GRUP INVESTIGASI

Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.

a. Tahap I: Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok

Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.

b. Tahap II: Merencanakan tugas.

Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai.

c. Tahap III: Membuat penyelidikan.

Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.

d. Tahap IV: Mempersiapkan tugas akhir.

Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas.

e. Tahap V:Mempresentasikan tugas akhir.

Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti.

f. Tahap VI:Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan.

10). PROBLEM BASED LEARNING (BERFIKIR KRITIS)

Pembelajaran ini menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berfikir kritis. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Masalah bisa disajikan dalam bentuk gambar, tulisan, film pendek atau power point.

a. Pembagian kelompok (4-5 orang)

b. Instruksi guru sangat jelas apa yang harus dilakukan siswa dan apa yang harus dilakukan guru

c. Membagikan materi dan melakukan penelaahan terhadap masalah-masalah yang akan dipecahkan.

d. Mengklarifikasi kesulitan yang diangkat dari masalah.

e. Peserta didik diajak menjawab pertanyaan tentang ”apa yang perlu kita ketahui tentang masalah yang kita hadapi? setelah melakukan diskusi dan konsultasi

f. Menyusun rencana tindakan yang didasarkan papada hasil temuan mereka

g. Belanja informasi

h. Peserta didik menyampaikan pengetahuan hasil pemecahan masalah (tulisan, gambar dll)

i. Penguatan oleh guru

DAFTAR PUSTAKA

Agus Wasisto Dwi Doso, 2013, Model Pembelajaran PAIKEM, Jakarta, Bumi Aksara

Choirul Mahfud, 2006, Pendidikan Multikultural, Jogjakarta, Pustaka Pelajar

Ditpais, Kementerian Agama RI, 2015, Modul Metode Pembelajaran, Jakarta : Kementerian Agama RI

Irwan Masduqi, 2011, Berislam secara Toleran, Teologi Kerukunan Beragama, Bandung, Mizan Utama

Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, 2012, Pendidikan Multikultural, Jogjakarta, Ar Ruzz

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post