'Allah Tagih Wakaf itu 2 hari lebih Cepat'
(Tantangan Hari ke -29) #TantanganGurusiana Setengah berlari kami berdua Mendorong Mbah menuju masjidil Haram untuk menunaIkan ibadah Umroh kedua kami, sementara semua jama'ah sudah berkumpul di depan Pintu WC 3, rupanya tinggal kami jamaah yang ditunggu , sedangkan anak laki- lakiku sudah lebih dulu sampai bersama rombongan. Di gerbang pintu Ajiad pembimbing haji dan Muttowif menginstruksikan agar kami para jamaah mengatur kembali posisinya, jumlah jamaah ada 47, harus dibuat menjadi 4 banjar , Mayoritas pasangan suami istri. Maka yang laki-laki harus berada dipaling kiri dan paling kanan. Dua baris ditengah diisi wanita. Kami berempat mengambil posisi dibarisan paling belakang karena mbah menggunakan kursi traveling atau kursi roda, seperti pada saat umroh pertama kemarin ketika baru datang ke Tanah Haram Mekkah. Bedanya saat itu datang sudah tengah malam pukul 23 waktu arab saudi. Didepan, Saya melihat beberapa Askar sudah berjaga-jaga di gerbang Pintu Ajiad. Hatiku agak ciut sebenarnya khawatir Mbah nggak bisa masuk dengan kursi rodanya, mengingat pada hari- hari sebelumnya, setiap sholat jika ingin masuk melalui pintu Ajiat pasti dilarang jika membawa kursi roda., dan sudah beberapa kali saya simpan kursi roda itu di depan pintu gerbang Ajiad . Kadang diberi ciri berupa Slayer atau tas keresek berisi Sendal kadang tidak, karena saya percaya apapun yang terjadi ini Rumah Allah, Allah yang akan menjaganya. Jadi tidak punya beban khawatir klo saya tinggalkan. Benar saja ketika kami mulai melewati pemeriksaan, salah satu Askar melihat Mbah yang menggunakan kursi roda, diberinya kami Kode dengan bahasa isyarat tangannya... Meskipun Mutowwif dan Pembimbing haji terlihat berusaha bernegosiasi mohon kebijakan, tetap tidak bisa , Kursi roda dilarang digunakan saat tawaf di bawah. Harus di lantai 2 atau 3.Kamipun mengalah, dan menanyakan ke embah, tawafnya mau terpisah atau bersama- sama dengan rombongan. Klo bersama- sama di bawah nggak boleh pake kursi roda, kecuali di atas. Mbah memilih bersama- sama dibawah. Akhitnya kursi rodapun disimpan di gerbang, diberi ciri. " Cape dikit nggak apa- apa ya Mbah?" " Nanti klo mau sa'i kita ambil lagi Kursinya Mbah...Biasanya juga nggak hilangkan?" Kataku meyakinkan.Selanjutnya kami melaksanakan tawaf umroh ke dua bersama, meskipun pada akhirnya kami bertiga tetap terpisah dari rombongan karena Mbah berjalan sangat perlahan sehingga selalu kami tuntun dan dijaga. Selama berputar kami melafalkan kalimat- kalimat Tasbih, Toyyibah serta bacaan tawaaf dengan suara agak keras, biar Mbah bisa mendengar dan mengikuti. Suamiku berada di depan sementara saya berada di sebelah kiri Mbah, tangan kanan kugunakan untuk mememeluk Mbah, Tangan kiriku sesekali dipakai untuk memberi kode dan menghalau jika ada yang mau menerobos atau melintas di depan Kami, karena kadang ada saja jamaah umroh luar bertubuh tinggi besar berupaya menerobos dari arah kiri, karena memang suasana Tawaf dibawah dekat Kabah itu selalu penuh dan berdesakan terutama jika sudah mendekati Hajar Aswad. Tubuh terasa terombang ambing oleh lautan manusia dari berbagai suku Bangsa dan negara, semua berjalan mengelilingi Kabah sebanyak 7 putaran dengan niat tawaf sunah ataupun tawaf Umroh, bahkan ada juga yang melaksanakan tawwaf Wada, bagi yang akan segera meninggalkan Tanah Haram Mekkah. Tak terasa kami bertiga sudah sampai pada putaran ke tujuh, tapi pasti bagi Mbah yang usianya sudah 75 tahun perjalanan Tawaf ini terasa cukup melelahkan, apalagi jika membandingkan dengan tawafnya ketika pertama umroh, Mbah tidak jalan sama sekali hanya duduk di kursi travelingnya tawaf mengelilingi Ka' bah .Kasihan liat Mbah harus terpaksa berjalan...
tapi Alhamdulillah tekad dan semangatnya yang besar, mengalahkan rasa lelahnya.
Setelah selesai seluruh rangkaian Ibadah Tawaf dan sholat sunnah Tawaf, saya dan suami, berbagi tugas, Saya ajak Mbah menuju tempat Sa'i, sementara suamiku pergi mengambil kursi roda di depan Gerbang Ajiat yang sudah diberi ciri, berupa tas biru Slempang dari travel tertulis nama saya dan digantungkan dipegangan kursi, isinya ada sendal Mbah., slayer orange dari Travell yang diikatkan membelit seluruh badan kursi serta Sajadah. Sebelumnya ketika menyimpan kursi roda disana Pa Haji Eri selaku pembimbing haji kami sudah mengingatkan, takut hilang. Tapi saya bilang, " Nggak apa- apa Pa Haji, kemarin juga kami sering taruh di sini kalau Sholat wajib 5 waktu, Alhamdulillah nggak hilang. Setelah beristirahat duduk beberapa menit, Dengan langkah perlahan Kami berjalan menuju tempat Sai yang sedikit menanjak. Kutuntun Mbah perlahan-lahan, Mbah pasti mulai sangat lelah, mengingat umur dan kebiasaan beliau yang jarang Olahraga dan jarang sekali berjalan - jalan jauh... Tiba- tiba, HPku bergetar dan berbunyi ternyata dari Suamiku. " Mah, mah kursinya nggak ada..." " Yang ada tinggal Tas Biru punya Mamah, sejadah dan Slyer aja, Kali ada yang pinjam , " ujar suamiku di telph. Kemudian suamikupun mengirim gambar tas , slayer dan sajadah yang berada di lantai tanpa kursi rodanya. " Astagfirullah Al aziim" Ujarku. "Mbah kursinya hilang.." Laporku Ke Embah dengan Nada sedih. Mbah terlihat kaget dan sediih. "Kok bisa hilang Ya, siapa yang ambil?" Ujarnya berkali- kali heran. " Nggak tau, tapi pastinya yang butuh juga Mbah.. Sudahlah Mbah, biarin nggak apa- apa, ikhlasin aja klo hilang. saya cuma kasihan sama Mbah, Sa'inya berarti harus jalan.. " Kataku menenangkan Mbah. " Itu kayanya Kursi Mbah, Ni." Tiba- tiba Mbah melihat kursi yang mirip dengan kursi miliknya warnanya abu- abu kotak- kotak hitam, memang mirip sekali. Tapi nggak ada cirinya. " Bukan Mbah, cuma mirip". " Udahlah Mbah Ikhlasin ". Kataku menghibur. " Kasian Mininya kan udah beliin mahal- mahal ". Ujarnya dengan nada sedih dan wajah memelas. " Ahh, klo itu nggak usah difikirin, saya udah ikhlas karena sebenarnya klo nanti kita pulang juga kursi itu udah diniatkan mau diwakafkan...biar nggak ribet bawanya... tapi ternyata Kecepetan Allah ngambilnya." Jawabku lagi dengan nada Santai. " Insya Allah, ini rumah Allah, hilang di rumah Allah, Pasti Allah lebih tau kemana kursi itu berada, siapa yang ambil, Jadi saya sih Ikhlas Mbah.., Cuma Mbahnya yang kasian kemana- mana jadi harus jalan, belum lagi ke hotelnya cukup jauh dan jalannya mendaki." Ujarku sambil membayangkan bagaimana repot dan capeknya Mbah nanti tañpa kursi roda. " Coba kita Istigfar Mbah, Inget- inget kesalahan kita tadi ". Saya coba mengajak mbah untuk mengingat kejadian dari tadi pagi. Sayapun mulai beristigfar, dan Mengingat kejadian mulai sebelum Mandi Ihram saat akan keluar untuk mengambil Miqot di masjid Siti Aisah di Tan' im. Terbayang kejadian tadi pagi saat sebelum berangkat .
***Saat itu Saya lihat Mbah keluar dari Kamar mandi sudah mengenakan pakaian putih putih tetapi dengan kondisi rambut kering. "Mbah udah mandi Ihram belum?" Tanyaku Heran. " Udah". Jawabnya " Kok rambutnya nggak Basah?" Tanyaku lagi masih Heran. " Kan udah kemarin saat umroh pertama keramasnya " jawabnya merasa benar. Saya dan suamiku pun tertawa mendengar jawaban polosnya. Lalu kamipun menjelaskan bergantian. Untuk umroh ke dua ini saya memang nggak memandikan Mbah lagi karena saya fikir mbah sudah paham,baru dua hari yang lalu kok Ihromnya, lagi pula tadi sebelum mandi ihrom udah ditanya bisa atau tidak jawabnya bisa, makanya saya nggak bantu mandikan, tapi demi melihat mbah yang belum keramas saya jadi nggak yakin Mbah bisa keramas sendiri mungkin susah mengalirkan airnya...akhirnya sayapun menemani Mbah mandi menggunakan Shower, sambil membantu melafalkan niat Mandi Ihrom.Dan sudah diingatkan juga supaya jangan lupa nanti setelah niat Ihrom di BUS bareng Pa Haji Eri maka rambut, lengan tangan sampai pergelangan tangan, betis sampai telapak kaki nggak boleh kelihatan lagi , meskipun oleh anak sendiri atau sesama jenis. Kondisi seperti Mbah yang sudah mulai pikun memang harus selalu dibantu memakaikan kaos kaki, kerudung dan Manset, karena semua persendiannya sudah mulai Kaku sakit jika dipaksakan.Kejadian yang mengagetkan adalah saat Mbah sempat agak berteriak, marah dan Membentak, saat kami tegur tidak boleh buka kaos kaki didepan kami, sementara mbah sudah membukanya semua karena berniat mengambil wudhu, padahal saat itu posisi kita semua sudah niat Ihrom pulang dari Masjid Siti Aisah di Tan'im. " Ribet amat sih, perasaan dulu nggak ada kaya begini waktu umroh 6 tahun yang lalu ".
"Ini nggak boleh kelihatan, itu nggak boleh males nerusinnya klo begini caranya". Katanya sambil menggerutu . " eh, eh ... Mbah , Istigfar Mbah, nggak boleh ngomong gitu klo sudah niat ihrom wajib dituntaskan, kan tadi dengar Tausiah pa Haji di BUS."
Kuingatkan kejadian itu ke Mbah, makanya kuajak Beristigfar mohon ampunanNya...
*** Tak lama kemudian suamiku datang menyusul, mengajak segera sa'i. Dengan mengucap bismillahirrohmanirrohim, kitapun niat sa'i, mulai dari Safa ke Marwah, Marwah ke Safa sebanyak 7 kali bolak balik.
Setiap sampai lampu hijau , suami berlari-lari kecil, sambil mengucap, " Robbigfir, Warham, Wa'fu, Watakarrom, Watajawwas, ammata'lam, Innaka ta' lam, Malana'lam, innaka Attallah, A'azul Akroom," berulang ulang sampai melewati lampu hijau baru berjalan biasa kembali.
Dan Alhamdulillah tanpa diduga Mbah ternyata bisa menyeselesaikan Sai nya dengan berjalan, cukup cepat untuk ukuran dan setua Mbah, padahal biasanya, beliau mudah sekali lelah...
Tahalulul kami lakukan setelah menunaikan Sholat Isya kebetulan, 5 menit lagi Azan.
Saat Tahalul suamiku mencari jamah umroh lain yang sudah selesai Tahalul, minta tolong dipotongkan rambutnya minimal 5 helai. Kemudian memotong rambut saya dan Mbah dengan cara memasukkan tangannya ke kerudung, maksimal 5 helai.
Alhamdulillah, rangkaian pelaksanaan ibadah Umroh keduapun selesai... semoga diterima semua rangkaian ibadah kami ini Ya Allah.. ( Aamiin yra ) Kamipun berniat kembali ke Hotel. Sebelumnya kami sempatkan dulu mampir ke kantor bagian kehilangan melaporkan tentang barang yang hilang di dekat WC 4. Namun tanpa diduga tiba- tiba datang pemuda Arab atau Pakistan orangnya tinggi putih, tapi berjanggut lebat tapi tidak panjang, menepuk pundak suami dan mengajak berbicara. Cukup lama bicaranya, kemudian saya pun menghampiri dan memperlihatkan foto kursi roda kami yang hilang, setelah dia paham kami kehilangan kursi roda, Dia mengajak kami ketempat penyimpanan kursi roda yang bisa dipinjamkan , dan terlihat Pemuda tersebut berbicara pada petugas penjaga barang seperti bernegosiasi, kami cuma melihat saja sambil mencoba menebak memahami maksudnya. Tak lama kemudian petugas yang diajak bicara olehnya tadi melihat kearah kami membawa kursi roda ukuran besar lalu memberikannya kepada kami, awalnya kami menolak karena saya kira dia memberikan kursi roda milik Mbah yang hilang padahal bukan itu kursinya. Kemudian ada sepasang suami istri sudah nenek dan Kakek datang, tampaknya ingin meminjam kursi yang ditawarkan ke kami tadi, tapi oleh petugas ditolak bahkan diusir. Akhirnya saya coba membuka percakapan kembali menggunakan Bahasa Inggris, menanyakan bolehkah jika kursinya kami pinjam selam 2- 3 hari ke hotel , dan ternyata boleh bahkan free diluar dugaan, dia bilang silahkan ambil dengan bahasa Isyaratnya. Saya janji akan mengembalikan nanti setelah melaksanakan tawaf Wada.
" Alhamdulillah Mbah, dapat gantinya ternyata lebih besar, kursi rodanya Mbah..ayo coba naik ". Kataku ke Mbah. Saking senangnya kufoto Mbah yang sudah nampak terlihat lelah sekali.
Sepanjang perjalanan tak henti- hentinya kami semua mengucapkan Syukur, karena ternyata Mbah mendapatkan kursi roda yang lebih enak dan nyaman.
Nyaman ke Mbahnya karena senderan tangan dan punggungnya lebih empuk. Nyaman juga bagi kami yang mendorong karena rodanya lebih besar sehingga lebih ringan, dan tidak tergelincir lagi seperti kursi roda pertama yang kecil rodanya. Alhamdulillah.
Ternyata Allah menagih Wakaf Kursi rodanya lebih cepat 2 hari, tujuannya supaya kami semua bisa lebih nyaman dan leluasa saat mendorong dan membawa Mbah kemanapun selama di Mekkah.
Masya Allah, Barakallah...
Kami selalu merindukanmu Ya Allah, rindu panggilanMu, agar diberikan kesempatan lagi Berkunjung ke Baitullah...
Labaik Allahumma Labbaik, Labbaik alaa Syarikalaka Labbaik...

Tas, sajadah dan slayer yang ditinggalkan oleh pencuri ehh maaf bukan pencuri, tapi seseorang yang dikirim untuk memudahkan kami .... Insya Allah kami ikhlas karena memang sudah diniatkan dari awal kursi traveling tsb akan diwakafkan.

Dan ini adalah foto mbah saat pertama diganti eh dipinjamkan kursi roda yang lebih besar.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Subhanallah..
Benar bu Hj Titin...Trmksh
Alhamdulillah. Allah ganti kursi rodanya yang hilang hanya dalam hitungan jam.