Rukmini

GURU SMPN 2 TELUKJAMBE TIMUR KARAWANG...

Selengkapnya
Navigasi Web
'Merdeka Belajar Versi Anak dan Guru Itu'

'Merdeka Belajar Versi Anak dan Guru Itu'

(Tantangan hari ke-19)

#TantanganGurusiana " Bu, ibu udah Pake Metode Mengajar Medeka Belajar Belum?" Tanya anak suatu hari pada saya. Saya sempat bingung dengan pertanyaan Si anak. "Memang Merdeka Belajar itu Metode ya? " Tanyaku dalam Hati. Kemudian sayapun tersenyum mendengar pertanyaan siswa. Sambil membereskan seperangkat alat bantu yang biasa saya gunakan saya pun balik bertanya? "Memang merdeka belajar itu menurut kamu seperti apa Zakwan? " " Nggak tau bu, saya mah cuma kata Ibu disana, kalau ibu itu sudah pakai cara metode Merdeka Belajar, dan disini katanya baru ibu itu deh bu yang pakai metode Merdeka Belajar." Cerita Zakwan kepadaku sambil duduk memainkan kursi yang diduduki, dan senyam -senyum ke teman-temannya yang masih bersamanya seolah minta dukungan pembenaran atas jawabannya. bell istirahat sudah berbunyi 1 menit yang lalu. Jawaban Zakwan membuat saya tertarik, dan memancing banyak pertanyaan kepadanya dan beberapa teman-temannya yang ada. " Memang ibu itu mengajarnya seperti apa?" Pancing saya sambil tetap bergerak perlahan- lahan menggulung Kabel-kabel , bekas sambungan LCD dan speaker. " Iyya katanya tuh kalau ibu itu mengajar, udah nggak merangkum lagi, semua jawaban di serahkan ke anak pendapatnya, gitu Bu" jawab Zakwan mewakili temannya. " Memang ada gitu guru yang nyuruh merangkum? " Ada bu, guru yang disebelah sana. " Nah tadi katanya cuma Guru itu aja yang pake metode Merdeka belajar, cirinya nggak merangkum, Lha... kenapa sekarang yang disebut 1 orang. Kan ada 12 Mapel berarti ada 12 Guru. Dan yang suka merangkum cuma satu berarti 11 lainya sudah menggunakan Merdeka Belajar dong.." Jawaban saya sambil tersenyum lucu, liat mimik Zakwan yang kelihatan berfikir. Hihihi ... saya ketawa mendengar anak menjawab. Saya pun memanggil Zakwan dan beberapa temannya untuk membantu membawakan perlengkapan mengajar. Dalam perjalanan menuju ruang Guru, saya masih mengajak anak- anak tersebut bercerita seputar pemahaman mereka tentang Merdeka Belajar yang ditetapkan oleh Mas Nadiem sebagai mentri Pendidikan dan Kebudayaan sekarang. Ternyata mereka belum memahami maksudnya dan isinya. Ditambah ada Guru yang salah menterjemahkan isi dan tujuan Program Merdeka Belajar yang dimaksud oleh Bapak Mentri Nadiem Makarim. Merdeka Belajar itu bukan Metode, Tapi Program yang di cetuskan oleh mentri Pendidikan baru, yang familiar kita panggil Mas Nadiem. Program "Merdeka Belajar" ini meliputi Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi. "Empat program pokok kebijakan pendidikan tersebut akan menjadi arah pembelajaran ke depan yang fokus pada arahan Bapak Presiden dan Wakil Presiden dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia," itu kalimat Mas Nadiem yang saya baca dan kutip dari Media Kompas. Mendikbud Nadiem menjelaskan, program "Merdeka Belajar" dijabarkan dalam 4 kebijakan yang meliputi: 1. Penilaian USBN komprehensif 2. Penghapusan UN dan UN 2020 jadi UN terakhir. 3. Penyederhanaan RPP 4. Zonasi lebih fleksibel Nah Merdeka Belajar disini lebih ke arah Merdekanya Sekolah dan guru dalam memberikan Penilaian hasil belajar siswa. Namun tetap saja mengacu pada Standar Penilaian dan Standar Proses yang berlaku beserta rambu- rambu atau pedoman serta Prinsip dalam penilaian Hasil belajar peserta didik. Jadi bukan Merdekanya Siswa dalam menentukan cara belajarnya di kelas... Diawal banyak siswa ketika baru mendengar dua kata ' Merdeka Belajar' Waww....' mereka senang sekali seolah- olah, maksudnya adalah anak- anak Bebas Merdeka tanpa belajar... Hihihi... Parah yah, anak-anak. Yah namanya juga Anak- anak, Pemikirannya adalah pemikiran anak, Beda dengan kita Guru, setiap statemen tidak langsung dicerna apa adanya, teliti dulu, pahami dulu benar tidaknya. Jika Benar dan manfaaat buat orang banyak silahkan diamalkan dan silahkan di Share. Jika salah luruskan jangan justru menjadi Provokator kekacauan.

Mengenai guru yang memberikan tugas merangkum, memang salah dan dosa ya...kan nggak salah juga, cuma jamanya aja yang berbeda, coba klo kita ambil niat baiknya, mungkin karena melihat anak- anak minat bacanya kurang, jika diberi tugas mayoritas nyontek. Akhirnya gurunya memberi tugas merangkum maksudnya dengan begitukan anak mau tidak mau jadi membaca dan menulis, Semoga aja jadi Belajar. Yahh liat niat baiknya saja lah..Toh memang karakter anak itu berbeda- beda cara belajarnya. Karena ada juga anak yang paham belajar jika diberi cara Konvensional. Ada juga yang tidak.

Orang- orang terdahulu banyak juga yang sukses dengan metode cara belajar konvensional. Karena dulu medianya memang terbatas, beda dengan sekarang. Jadi Mangga Merdeka belajar buat guru dikembalikan dengan Karakter Gurunya sendiri, yang penting , tujuan pembelajaran tercapai dan prinsip penilaiannya juga sesuai dengan aturan yang berlaku.

Salam Literasi. 🙏🙏🙏

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih infonya

06 Feb
Balas

Mantap Bu Hj

06 Feb
Balas

Mantaaap dan kereen

07 Feb
Balas

Tulisan yang menarik. Salam kenal dari saya.

06 Feb
Balas

Makasih pencerahannay, Bu...

06 Feb
Balas



search

New Post